Comeback Home

107 20 3
                                    

Rasanya masih sama. Setiap detik dimana matamu berhasil menemukan keberadaan dirinya, saat itu pula, sakit yang belum sepenuhnya pulih dalam hatimu kembali bangkit tanpa dapat kau kendalikan. Kau paham betul, bahwa mungkin saja, masih ada serpihan cinta yang kau miliki untuknya sehingga, perasaan sangat tak nyaman ini tetap menggerogoti sewaktu-waktu.

Bersamaan sesuatu yang menyakitkan tersebut, muncul kerinduan luar biasa yang tak kalah hebatnya mengerubungi hatimu. Perasaan dan pikiranmu seolah tengah berperang sekarang. Beradu, tentang manakah yang paling mampu menguasai dirimu. Rindumu yang menggebu ataukah trauma yang diam-diam timbul lalu mengatur pergerakan fisikmu. Berlari memeluk tubuh jangkung di hadapanmu itu ataukah berlari meninggalkannya sejauhnya.

Pada kenyataannya, fisikmu tak melakukan pergerakan apapun. Sungguh, kau membenci situasi ini. Bahkan untuk sekedar membuang pandanganmu darinya, seakan sulit dilaksanakan. Mengapa?

Dan air mata yang mendadak mengucur melintasi pipimu menjadi langkah awal laki-laki itu mendekatimu.

Sialan.

Kakimu harus bergerak. Harus bisa. Tak selayaknya kau meraup belas kasihnya setelah sebelumnya kaulah yang terang-terangan menyudahi jalinan asmaramu dengan dirinya. Kau berhasil. Mengambil langkah untuk mundur, namun yang lebih brengsek, dia juga kian mengikis jarak antara dirimu dan dirinya.

Lantas, bagaimana?

Oh,perintah. Kau bisa memerintahnya agar berhenti.

"Berhenti disana!"

Bersyukurlah, tangisanmu tak sampai merampas suara lantangmu. Tapi siapa sangka, instruksimu sama sekali tidak diindahkan olehnya.

"Katakan itu pada dirimu sendiri, jadi aku  tak perlu terus bersusah payah mengejarmu."

Bagaimana mungkin kau bisa lupa kalau mantan kekasihmu ini mempunyai sifat keras kepala.

"Kubilang berhenti, Lee Jin Hyuk!"

Walaupun kau telah berteriak, Jin Hyuk malah mengubah caranya berjalan, menjadi berlari cepat hingga kini kau sudah berada dalam rengkuhannya. Aroma khas tubuh Jin Hyuk langsung menyerang indra penciumanmu. Dahulu kau sering menghirupnya seserakah mungkin karena bagimu dapat menenangkan. Serta tangan besarnya selalu sukses memberimu kehangatan.

Dan jangan abaikan detakan jantung yang bekerja dua kali lipat dari biasanya. Tidak ada perbedaan rupanya. Kau membeku dibuatnya. Meski yang saat ini kau pandang adalah taburan bintang, pikiranmu entah berputar kemana. Ke tempat dimana potongan-potongan masa lalumu dan Jin Hyuk tercipta.

"Aku tidak bisa. Aku sudah mencobanya berkali-kali. Tapi aku tetap tidak bisa."

Kau enggan menanyakan apa maksud pernyataan Jin Hyuk namun kau berharap dia akan sukarela menjelaskannya. Kau memang egois. Dan sepertinya Jin Hyuk sudah peka dengan keinginan tersembunyimu.

"Melupakanmu, menganggapmu seperti wanita biasa untukku, aku tidak bisa melakukannya. Itu sangat menyiksa dan aku menyerah."

Sama.

Kau juga merasakan hal yang sama. Meski perpisahan kalian adalah keputusanmu, tak dipungkiri, Jin Hyuk tetap menjadi daftar sosok yang menghampiri pikiranmu setiap hari.

Persoalan yang melilit percintaan kalian sebenarnya sederhana. Sayangnya, persoalan tersebut efektif membesarkan ego masing-masing. Semula kau hanya merasa cemburu karena pekerjaan Jin Hyuk yang mengharuskan dirinya melakukan ciuman dengan rekan kerjanya.

Ya, Jin Hyuk adalah seorang idol sekaligus aktor yang sedang naik daun. Sejatinya, kau telah berusaha tak mempermasalahkan karirnya sebagai aktor yang tentu saja akan banyak melakukan skinship dengan lawan mainnya. Termasuk adegan ciuman yang dilakoni Jin Hyuk tersebut.

Lee Jinhyuk Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang