Become

75 19 0
                                    

Kim Min Kyu membaringkan dirinya di atas rerumputan lapangan. Kedua matanya terpejam dengan tangan telentang. Matahari belum sepenuhnya terbenam, jadi silau sinarnya masih mungkin mengganggu penglihatan laki-laki itu.

Kemudian laki-laki lain, yang lima tahun lebih tua darinya, ikut serta merebahkan diri di samping Min Kyu. Peluh membasahi nyaris sekujur wajahnya yang tak kalah tampan. Dengan senyum mengembang, dia juga melawan terpaan sinar matahari dan hembus angin. Mereka berdua sedang menghabiskan waktu luang dengan bermain sepak bola di lapangan dekat rumah. Kebetulan sekali lapangan tak banyak orang.

Min Kyu mendadak menaruh salah satu pergelangan tangannya di wajahnya. Tepatnya pada bagian matanya. Lee Jin Hyuk, menyadari kekalutan yang menghiasi teman yang sudah dia anggap seperti saudara itu.

"Ada yang mengganggu pikiranmu? Mau cerita pada hyung sekarang?"

Alasan mengapa Jin Hyuk tak hanya menganggap Min Kyu sekedar teman, sebab memang mereka sudah terbiasa berbagi kisah hidup satu sama lain dan tidak sehari dua hari mereka menjalin hubungan yang akrab.

Sehingga wajar jika Jin Hyuk dengan gampangnya membaca situasi hati Min Kyu yang tengah tidak baik-baik saja.

"Kekasihku hyung. Dia menyinggung soal 'putus' kemarin siang. Aku paham dia hanya bercanda, tapi kemudian aku sangat terngiang dengan kata itu."

Jin Hyuk menatap terkejut ke arah Min Kyu.

"Tiba-tiba?"

"Iya, dia berandai-andai kalau saja dia tidak lumpuh, mungkin aku akan lebih bahagia. Dia juga bilang, jika Tuhan mengkehendaki, dia ingin supaya aku mendapatkan pasangan yang sempurna secara fisik, bukankah itu gila?"

Jin Hyuk sudah beralih memandang langit yang mulai berganti warna menjadi oranye saat Min Kyu melirik kepadanya. Kentara sekali ekspresi muram yang dia tunjukan.

Lagi-lagi Jin Hyuk mengulum bibir, mengerti bagaimana kecemasan Min Kyu saat ini.

"Bukan gila, tapi kelewat batas untuk ukuran candaan."

Kedengarannya mirip, antara gila dan kelewat batas. Min Kyu mengira masih ada kelanjutan dari sebaris kalimat yang Jin Hyuk lontarkan, jadi dia memilih tidak menanggapi.

"Mengalami kesulitan karena kekurangan dari pasangan, bukanlah sebuah dosa. Tidak seperti fakta, kalau kau mengalami kesulitan karena pasanganmu tidak menghargaimu atau mengkhianatimu. Justru di sanalah seharusnya cinta itu berperan kuat, dimana dia berfungsi sebagai sumber utama kasih sayang berjalan. Jika dia buta, maka kau siap menjadi matanya, jika dia tuli, maka kau siap menjadi telinganya, jika dia tidak mampu berjalan, maka kau siap menjadi kakinya. Apapun itu, kau ada untuk melengkapi dirinya. Dan secara otomatis kau dan dirinya sama-sama merasakan bahagia, itu cinta."

Min Kyu bangkit dari posisi tidurannya, melihat ke arah Jin Hyuk dengan raut berbinar.

"Aku rasa aku harus mentraktirmu, hyung sebagai ucapan terimakasih kali ini."

Jin Hyuk tertawa. Min Kyu masih tergolong remaja polos dalam memberi reaksi atas nasehat sederhana yang dia terima.

.

Jin Hyuk menutup pintu kamarnya, bergegas mengistirahatkan dirinya di ranjang. Laki-laki bertubuh jangkung itu terdiam beberapa detik, sebelum kembali bangun dan meraih sebuah pigura yang terletak di nakas.

Jin Hyuk memandang seksama pigura bergambar dirimu tersebut. Seorang gadis yang amat dicintai oleh Lee Jin Hyuk hingga sekarang, atau mungkin juga sampai nanti di akhir hayatnya.

Sosok yang menjadi sebab utama Jin Hyuk tetap betah sendirian tanpa pasangan mendampingi hingga usianya kini yang menginjak tiga puluh lima. Dirimu.

"Kim Min Kyu beruntung. Dia masih mempunyai peluang besar memperjuangkan orang yang dia cintai, tidak seperti diriku yang dengan bodohnya membiarkanmu pergi meninggalkanku seorang diri. Dulu, aku pikir, kau yang jahat, tapi sekarang tidak, akulah yang tolol, sayang."

Itulah sebabnya, Jin Hyuk tidak keberatan memberi Min Kyu nasehat. Iya kalau pasangan kita menderita karena kekurangan fisiknya, masih mungkin didorong dengan fisik sempurna yang kita punya. Tapi jika pasangan kita menderita karena kondisi psikologisnya?

Itu yang terjadi padamu. Kau menderita depresi selama kurang lebih tiga tahun lamanya. Di tahun kedua kau dan Jin Hyuk dipertemukan dan kalian resmi menjalin hubungan kasih. Jin Hyuk adalah sosok yang luar biasa ketika mendampingimu pada masa-masa sulit itu. Hingga pada tahun ketiga, kau memilih menyudahi hidupmu sendiri tanpa sepengetahuan Jin Hyuk.

Jelas Jin Hyuk terpukul, menyesal, sampai saat ini. Meskipun kepergianmu sama sekali bukan disebabkan olehnya. Setiap saat dirinya merasa bersalah karena tidak mampu menahanmu untuk terus menjalani hidup hingga kini. Ini pula yang mengurung hati Jin Hyuk kepadamu.

Walau sesekali orangtuanya, teman-temannya, bahkan orangtuamu juga menyarankan agar Jin Hyuk mulai membuka hatinya untuk wanita lain, pemuda itu selalu menolak. Baginya, kau adalah cinta terakhir untuknya.

.
.
.









Duh siapa nih yang susah move on kayak Jinhyuk? Tetap semangat ya, akan ada rainbow setelah rain😁.

Lee Jinhyuk Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang