Don't Worry

80 21 0
                                    

Lee Jin Hyuk terlihat kacau. Dia berlari kecil melintasi koridor rumah sakit dan beberapa kali hampir menabrak pengunjung lain. Pria dengan netra lebih lebar dari kebanyakan ras Asia timur itu melempar pandangan kesana kemari, mencocokkan arah sesuai pedoman yang diberitahukan oleh salah satu perawat di sana.

Red rose dua puluh sembilan menjadi tujuan Jin Hyuk saat ini. Maka ketika dia berhasil menemukan tulisan tersebut, Jin Hyuk segera memasuki ruangan yang ternyata tidak terkunci. Tetapi Jin Hyuk mendapati ada sosok lain yang berada di sana selain kekasihnya yang tengah terbaring.

Dan itu bukanlah orang asing bagi Jin Hyuk, melainkan ibu dari gadis yang amat dicintainya. Jin Hyuk mengetuk pintu sebentar kemudian melangkah masuk setelah mendapat respon singkat dari dalam.

"Jin Hyuk oppa!"

Seruan dari sang dambaan hati mampu meruntuhkan pertahanan seorang Lee Jin Hyuk. Tak sampai hati sesungguhnya, menyaksikan dirimu duduk di atas ranjang rumah sakit dengan kondisi kaki diperban.

"Kau baru pulang dari Thailand, Jin Hyuk-ah?"

Ibumu tahu bahwa kekasihmu itu melakukan konser bersama grupnya di luar negeri beberapa minggu yang lalu. Jin Hyuk hanya bergumam pelan sembari mengangguk sebagai jawaban.

"Harusnya kau beristirahat dulu, Nak. Tapi karena kau sudah sampai di sini, kurasa kalian membutuhkan waktu untuk mengobrol berdua. Kalau begitu, eomma keluar dulu ya, sekalian eomma mampir ke kantin."

Kau dan Jin Hyuk mengangguk. Ibumu sempat menepuk pundak Jin Hyuk sebelum benar-benar meninggalkan kalian. Jin Hyuk kembali menatapmu dengan ekspresi pilunya. Tiba-tiba kau merentangkan tanganmu, sementara Jin Hyuk tak langsung bereaksi sehingga kau dibuat gemas oleh tingkahnya.

"Wae? Kau tak mau memelukku?"

Mendengar pertanyaanmu, Jin Hyuk seketika memelukmu erat. Kau tersenyum di balik rangkulannya. Laki-laki ini, yang selalu ada untukmu meski dia sering pergi jauh darimu. Yang menghiburmu kala kau bersedih, yang menenangkanmu saat kau takut. Dan yang menemanimu menikmati kebahagiaan.

Kau sangat merindukannya, mungkin dia juga sama. Jin Hyuk melepas pelukannya.

"Aku bukan tak mau memelukmu, bohong jika aku begitu. Tapi aku takut melukai tubuhmu. Ini?"

Jin Hyuk memegang tangan kirimu yang dipasangi infus. Merasa miris dengan keadaanmu sekarang. Kau menumpukkan tanganmu yang lain dan menyampingkan sudut bibirmu ke arahnya.

"Tidak seberapa sakitnya dibanding kau tinggalkan aku tanpa kabar berbulan-bulan dan ini juga salah satu yang membantuku untuk pulih. Kau tenang saja."

Jin Hyuk mengecup punggung tanganmu lalu duduk di kursi yang tersedia tanpa melepas fokusnya darimu.

"Kau tidak tidur ya, kantung matamu besar sekali."

Kau mengusap wajah Jin Hyuk.

"Aku minta maaf. Aku benar-benar khawatir mendengar kau tertabrak. Setelah konser, aku minta izin pada manager untuk pulang terlebih dahulu. Dan aku langsung kemari."

Kau memukul bahu Jin Hyuk, kesal padanya, yang kadang melupakan dirinya sendiri karena terlalu mencemaskan dirimu. Kau juga yakin bahwa Woo Seok-lah yang sudah memberitahu Jin Hyuk tentang keadaanmu.

"Bodoh! Lihat! Kau jadi tak membawa oleh-oleh untukku kan, karena terburu-buru menemuiku, dasar Jin-oh, kenapa kau menangis? Aku hanya bercanda.."

Jin Hyuk menggeleng, pipinya basah oleh air matanya.

"Aku, tidak bisa melihat kekasihku terluka seperti ini. Kau pasti sangat tersiksa bukan? Aku-"

"Ssstt. Kau bicara apa? Aku tidak apa-apa, hm. Aku ini hanya mengalami tabrakan kecil, oppa. Aku masih bisa berjalan eoh, tapi nanti, ketika kakiku sudah benar-benar pulih. Kalau sekarang belum saatnya. Jadi kau tidak usah khawatir begitu. Janji kalau aku sudah sembuh, kau mau kan lomba lari denganku? Kau jangan mengalah ya, aku akan melampauimu, percaya denganku."

Jin Hyuk kembali mendekapmu. Kali ini dadanya menjadi sandaran kepalamu. Kau tersenyum, lagi. Ya, inilah yang menjadi alasanmu mempertahankannya, sesulit apapun rintangan yang menghampiri hubungan kalian.

Jin Hyuk adalah sosok yang berharga di matamu. Sosok yang selalu memprioritaskan dirimu walau kadang kau tidak suka sikapnya ini. Sosok yang begitu menyayangimu. Sosok yang mampu memberimu kekuatan dalam menjalani hidup.

Dan tanpa Jin Hyuk ketahui, kau ikut menangis dalam rengkuhannya.

.
.
.









Ini berdasarkan pengalaman pribadiku sih, tapi bukan karena tabrakan. Karena bisulan yang sampe ngalirin darah waktu dipake jalan. Ada yang pernah ngalamin?

Lee Jinhyuk Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang