Divorce?

150 22 8
                                    

Tanganmu meraih knop pintu rumahmu, menariknya sehingga kini benda berbentuk persegi panjang itu terbuka. Seketika kau merasa lesu melihat tamu yang berkunjung malam-malam begini, Lee Jin Hyuk, suamimu. Lebih menjengkelkan karena dia mengulurkan senyum khas miliknya juga.

Kau bersedekap, seperti biasanya. Membiarkan Jin Hyuk masuk ke dalam rumahmu adalah pantangan bagimu.

"Appa dan eomma akan ke rumah besok. Mungkin jam tiga sudah sampai. Mau kujemput?"

Bahkan tanpa kau bertanya, Jin Hyuk telah mengutarakan maksud kedatangannya. Yang dimaksud Jin Hyuk adalah mertuamu. Mereka tidak tinggal di Seoul seperti kalian, memang tak jarang mereka menengok keluarga kecil kalian.

"Kau bisa mengatakannya di telepon sebenarnya, ah sudahlah. Besok hari Minggu, aku bisa kesana bersama Jin Woo sebelum pukul tiga. Sudah ya."

Kau akan meraih knop pintu lagi saat Jin Hyuk menginterupsimu.

"Aku belum sempat membeli pulsa. Oh, dan ini untuk Jin Woo."

Kedua tangan Jin Hyuk yang sedari tadi disembunyikan di balik punggungnya, kini menyodorkan satu keranjang buah ukuran sedang degan beraneka jenis. Kau menerimanya.

"Ada lagi yang lain?"

Jin Hyuk menggaruk kepalanya seolah sedang kebingungan, kau jengah.

"Itu, um, untukmu juga."

Alismu terangkat, mengapa Jin Hyuk tampak sangat gugup. Akhirnya kau mengangguk perlahan.

"Terimakasih."

Balasmu singkat dan kali ini benar-benar menutup pintu rumahmu. Iya, pengusiran secara halus, daripada kau meneriaki Jin Hyuk seperti orang gila. Sangat tidak lucu.

"Sama-sama. Selamat malam untuk kalian. Mimpi yang indah."

Ucap Jin Hyuk dengan volume suara yang agak keras. Dia tidak peduli apa kau mendengarkan dia atau tidak, yang jelas Jin Hyuk merasa lega setelah berhasil bertemu denganmu, lagi.

Jin Hyuk merogoh saku celananya, menggenggam kunci mobilnya, ia harus segera pulang. Dari kantor, dia langsung ke rumahmu. Meski lembur, Jin Hyuk tak keberatan. Anggap saja ini malam minggu yang merupakan momen kencan layaknya sepasang kekasih. Jin Hyuk sudah bisa bersyukur atas hal itu.

Memang takkan seindah dulu, ketika kalian masih tinggal satu rumah. Tapi paling tidak, Jin Hyuk masih punya banyak kesempatan untuk mendekatimu, menyentuh hatimu kembali dan membawa kau serta buah hati kalian, Jin Woo, untuk bersamanya lagi nantinya. Jin Hyuk tidak akan pernah putus asa.

Gerakan Jin Hyuk yang akan memasuki mobilnya berhenti manakala ada mobil lain yang menghampiri rumahmu. Perhatiannya senantias fokus pada sosok yang baru keluar dari mobil tersebut. Seorang laki-laki dengan perawakan yang sama dengan Jin Hyuk, hanya sedikit lebih pendek darinya, melangkah masuk dengan santainya.

Jin Hyuk segera mencegat sang pemuda misterius. Dia merentangkan tangan dan menampilkan wajah garangnya.

"Siapa kau? Ada keperluan apa kau kemari?"

Sang pemuda sama sekali tak menunjukan kekagetannya, justru ia tampak tenang.

"Maaf sebelumnya, Anda siapa? Untuk apa Anda menghadang saya?"

Jin Hyuk gusar. Mengapa orang ini malah balik tanya.

"Aku suami wanita yang ada di dalam rumah ini. Kau siapa?"

Pemuda itu tertawa kecil, membuat Jin Hyuk semakin meradang. Sang pemuda mengajukan tangannya, bermaksud untuk mengajak Jin Hyuk bersalaman.

"Perkenalkan, calon suami baru istri Anda."

Lee Jinhyuk Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang