Miracle

88 12 3
                                    

Jin Hyuk melangkah memasuki sebuah ruang perawatan di ujung. Bibirnya mengukir senyum termanis khas miliknya seraya menghirup aroma harum dari mawar merah yang digenggamnya.

Lima detik selanjutnya, gadis berperawakan kurus tampak terbaring di depan mata lelaki jangkung tersebut. Kondisinya, bisa dibilang tidaklah baik apalagi dengan beberapa alat kesehatan yang terpasang pada tubuh sang gadis.

Jin Hyuk menduduki kursi yang memang disediakan untuk pengunjung saat menjenguk pasien.

"Selamat pagi sayang."

Jin Hyuk tahu, kekasihnya itu tak akan membalas sapaannya. Seperti biasa. Jin Hyuk hanya akan duduk, mengganti bunga mawar darinya yang telah layu dengan yang baru, kemudian bermonolog sepanjang hari di ruang tempatmu berada.

Bahkan, orang asing mungkin akan menganggap Jin Hyuk sebagai orang sinting acap kali melihatnya tertawa seorang diri di hadapan gadis yang sedang koma. Dia seakan tak peduli pada reaksi orang-orang yang kebetulan menyaksikan tingkahnya dari balik jendela ruangan yang terbuat dari kaca.

Yang Jin Hyuk paham ia merindukanmu dan harus bertemu denganmu setiap hari. Jin Hyuk mengambil tanganmu yang tidak terhubung dengan alat kesehatan apapun untuk dia genggam.

"Ini hari ke seribu delapan ratus dua puluh lima. Kau sudah menghukumku selama itu, apa kau belum puas?"

Dahulu, kau bertengkar hebat dengan Jin Hyuk disebabkan salah paham di antara kalian. Jin Hyuk menuduhmu menduakannya dengan Woo Seok, rekan kerjamu yang sering mengantarmu pulang. Kau jelas tidak terima atas tudingannya karena memang Woo Seok hanya sekedar mengantarkanmu yang hampir setiap hari pulang malam.

Kau tidak pernah meminta Jin Hyuk untuk menjemput, sebab kau tahu profesinya sebagai idol tidak memungkinkan dirinya melakukannya. Tetapi, rasa pengertianmu kepadanya tidak dimaklumi sepenuhnya oleh Jin Hyuk dan malah menganggapmu berselingkuh saking seringnya.

Dia bisa mentoleransi untuk satu dua minggu, tapi tidak seterusnya. Jin Hyuk sudah berpikir buruk tentangmu. Kau terus mencari cara agar kalian tak sampai berpisah hanya karena kesalahpahaman. Kau pernah mencoba mengajaknya berdiskusi dengannya untuk beralih pekerjaan, demi dirinya kau mengalah, tetapi bukannya berhasil, kau justru mengalami kecelakaan kala mengejar Jin Hyuk yang menghindar ketika dirinya mendiamkanmu beberapa waktu.

Kecelakaan tersebut menyebabkanmu tidak sadarkan diri hingga hari ini. Hal itu membuat Jin Hyuk terpukul dan menyesal sampai sekarang. Mengapa dia tidak memberimu kesempatan menyelesaikan masalah kalian dan mementingkan egonya? Bahkan orangtua Jin Hyuk sempat menyarankan sang putra untuk menikahimu saja agar kau tidak perlu bersusah payah bekerja. Terlebih kau anak tunggal.

"Seharusnya, aku mengambil keputusan yang baik bukan? Walaupun itu berhenti dari pekerjaanku sekalipun. Daripada kehilanganmu, aku tidak bisa."

"Selamat pagi, Jin Hyuk-ssi."

Jin Hyuk bangkit dari duduknya, dia tersenyum singkat mendapati Han Seung Woo, dokter yang merawatmu selama kau di rumah sakit, memasuki ruanganmu.

Seung Woo memasang stetoskopnya ke telinga dan mulai memeriksamu. Dia sampai hafal dengan Jin Hyuk yang memang rutin mengunjungimu. Setelah selesai dengan kegiatannya, Seung Woo menghela nafas berat.

"Kemarin, Tuan dan Nyonya Jung menemui saya. Mereka mengobrol banyak dengan saya kemudian-"

"Tidak! Saya tidak pernah setuju dengan apa yang mereka katakan. Dokter jangan pernah coba-coba merealisasikannya. Kau disumpah bukan untuk membunuh pasienmu kan?"

Seung Woo tampak frustasi, terjadi perbedaan pendapat antara kedua orangtuamu dan Jin Hyuk mengenai kelanjutan penanganan dirimu. Orangtuamu mengikhlaskan pihak rumah sakit jika mereka bermaksud melepas alat-alat penopang hidupmu, sedangkan Jin Hyuk tidak. Maka, dalam beberapa tahun terakhir hubungan Jin Hyuk dan orangtuamu merenggang.

Siapa sangka, orangtuamu benar-benar mewujudkan pemikiran mereka.

"Saya mengerti ini berat bagi Anda. Nona Jung adalah perempuan yang Anda cintai, tetapi-"

"Tutup mulutmu atau aku akan memukulmu, dokter kurang ajar."

Jin Hyuk menarik kerah kemeja Seung Woo. Sementara sang dokter akhirnya memilih pasrah.

.

Lee Jin Hyuk tengah terlelap setelah nyaris berkelahi dengan Seung Woo tadi. Mendadak keajaiban itu menghampirimu. Kau sudah sadar sejak lima menit yang lalu, tetapi kau enggan bergerak sedikitpun. Hanya kedua matamu yang terus menerus mengamati bagaimana tenangnya Lee Jin Hyuk saat tertidur.

Seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya, tubuhmu tidak merasakan kaku dan sebagainya. Kau bisa mengingat dengan baik setiap potongan peristiwa yang menimpamu dan Jin Hyuk sebelum kecelakaan itu. Dengan susah payah, kau menahan tangismu agar tidak mengusik Jin Hyuk.

Walau bergetar luar biasa, kau memberanikan diri mengusap surai hitamnya dengan lembut sembari menggumamkan kata-kata cinta untuknya. Begitu lembut sampai-sampai Jin Hyuk tidak mendengarnya sama sekali.

Kau tidak sengaja melirik ke arah nakas, dimana di ujungnya sebuket bunga mawar tergeletak dengan posisi yang dapat membuatnya jatuh kapan saja. Kau mencoba mengulurkan tanganmu untuk meraihnya. Namun, tiba-tiba rasa sakit menelusuri sekujur tubuhmu hingga kau tak mampu menahannya.

Akibatnya, tanganmu yang hanya menyenggol bunga itu malah membuat benda tersebut meluncur ke bawah dengan mudah. Pada detik itu juga, tanganmu seolah kehilangan tenaga disertai netramu yang kembali memejam secara perlahan. Kemudian suara melengking dari monitor di samping berbunyi dan membangunkan Jin Hyuk.

Dia merasa kaget sekaligus panik saat melihatmu yang sedikit berubah posisi.

"Sayang? Apa yang terjadi? Dokter!!"

Tepat sekali Seung Woo melewati koridor yang melintasi ruang rawatmu. Mendengar teriakan Jin Hyuk Seung Woo lekas berbelok guna memastikan keadaan.

"Astaga?! Bagaimana bisa begini?"

"Aku tidak tahu. Aku terbangun setelah mendengar suara monitornya."

Seung Woo langsung memeriksamu beberapa menit. Jin Hyuk hanya mengamati seraya berdo'a dalam hati. Tetapi, terhenti ketika dirinya menemukan bunga mawar pemberiannya berada di lantai. Jin Hyuk memungutnya dengan perasaan tidak karuan. Sampai kalimat Seung Woo menyadarkannya.

"Mohon maaf, Nona Jung telah tiada."

.
.
.









Sad lagi, aduh. Harusnya happy ending buat bonchap ya. Mianhae ne🤧. Biasanya aku up pas malming, gak papa deh, kangen kalian akuu😁.














Lee Jinhyuk Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang