Break Up

130 18 0
                                    

"Kamu ingat tidak? Beberapa waktu yang lalu, aku pernah bilang. Kalau misalnya suatu saat aku benar-benar lelah,  aku ingin menyerah dengan hubungan ini?"

Tidak seperti dirimu yang belum bisa menatap ke arah Jin Hyuk sepenuhnya, laki-laki jangkung itu malah sebaliknya. Dia benar-benar fokus kepadamu, apalagi setelah kau mengingatkan dirinya tentang ucapanmu dua minggu yang lalu.

Ada bayangan ketakutan sekaligus penasaran mengerubungi relung hati Jin Hyuk saat ini. Akankah kau mengatakan kalimat yang begitu Jin Hyuk benci? Kau menggenggam tangan Jin Hyuk, tangannya selalu hangat dan pas dengan milikmu yang mungil.

"Dan sekarang, aku sudah merasakannya, Jin Hyuk. Aku-"

Dengan seenaknya Jin Hyuk menarik tengkukmu dengan telapak tangannya yang bebas, lalu mempertemukan bibir kalian. Tentu saja ini diluar kendalimu, tidak bisa dipungkiri, kau menikmatinya. Sudah lama sekali rasanya kau tidak mendapatkannya dari pemuda pujaanmu itu. Kau merindukan Lee Jin Hyuk.

Namun pada saat yang sama, logikamu memperingatimu, kau tak boleh membiarkan ini terjadi. Kau sudah bertekad, kau harus melepasnya hari ini juga.

Kala Jin Hyuk mulai melumat bibir bawahmu, kau mendorong tubuhnya sekuat tenagamu, yang ternyata efektif membuat tautan kalian terlepas. Jin Hyuk sempat terdiam sesaat sebelum dia menggelengkan kepala.

"Jangan. Jangan pernah kau mengatakannya, sayang. Jangan pernah. Aku tidak suka. Aku tidak bisa."

Tubuh Jin Hyuk bergetar dan suaranya terbata-bata. Mungkin dia akan menangis.
Sungguh, sejujurnya kaupun tak menginginkan hal ini. Tapi tetap saja...

"Kau mungkin berpikir aku tidak dewasa karena marah akan hal-hal seperti ini, Jin Hyuk. Aku tidak akan mengelak dari fakta itu. Aku mungkin bisa menerima jika kau melakukannya satu dua kali, tapi itu tidak mungkin. Karirmu akan terus menanjak, sangat mungkin di masa mendatang kau akan terlibat projek serupa. Dan bukankah karir sukses adalah impian setiap idol, termasuk dirimu?"

Jin Hyuk bungkam. Untuk sementara, dia lupa bagaimana caranya meraup oksigen.

"Aku tidak ingin membuatmu membatasi karirmu hanya karena keegoisanku ini, Jin Hyuk. Dan bagaimanapun juga, aku seorang perempuan. Aku mencintaimu, aku mau yang terbaik untukmu. Biarkan aku melepaskanmu perlahan, seperti yang seharusnya aku lakukan sejak dahulu."

Kau kembali mengeratkan genggamanmu. Jin Hyuk tak lagi memandangimu, kepalanya tertunduk.

"Berjanjilah setelah ini, kau harus lebih sukses dan jangan pernah kecewakan penggemarmu, ya?"

Kau bangkit dari dudukmu, bermaksud pergi namun sia-sia karena Jin Hyuk menahan kuat-kuat tanganmu yang tadi menggenggamnya.

Dia ikut berdiri, memaksamu mendongak saking tingginya melebihimu. Kentara ekspresi putus asa di wajah tampannya.

"Kau sudah egois, kau tahu? Dengan memutuskan hubungan ini secara sepihak, sudah termasuk egois menurutku. Kalau begitu, aku juga akan bersikap egois. Terserah jika kau menganggap hubungan kita sudah berakhir, aku tetap akan mencintaimu sepanjang hidupku. Aku pergi."

Jin Hyuk melepaskan tangannya darimu kemudian melangkah meninggalkanmu seorang diri. Tanpa menoleh lagi. Kau terduduk seketika dengan tangisan yang tak dapat kau tahan lagi. Kau hanya tidak tahu, walaupun kaki Jin Hyuk terus berjalan, sesungguhnya dia juga berlinang air mata.

Tapi aku mohon maaf,  mencintaimu adalah hal yang tidak pernah bisa aku selesaikan.

.
.
.










Saya up lebih cepat, takutnya nanti kalau gak kesampaian di hari sabtu. Semoga suka yaa...

Lee Jinhyuk Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang