"Ssstt.."
Fokusmu menulis langsung terpecah manakala kau mendengar suara lirih tersebut. Pandanganmu spontan tertuju pada jendela kaca kamarmu yang diketuk.
"Jin Hyuk? What are you doing?"
Kau menuruni ranjangmu sedikit tergesa. Lee Jin Hyuk, teman sekolahmu yang kini telah menjadi idol populer itu tiba-tiba mendatangi rumahmu. Tepatnya kamarmu dengan cara yang membuatmu geleng-geleng kepala.
Pemuda bertubuh tinggi itu menarik kedua ujung bibirnya hingga senyum manis tercipta dari wajahnya yang tampan ketika kau membuka jendela. Ini sudah sangat malam dan Jin Hyuk sangat nekad. Terlebih cuaca malam ini cukup menusuk kulit, kau tak sampai hati membiarkan Jin Hyuk bertahan lama-lama di luar.
"Masuklah."
Perintahmu disambut anggukkan semangat Jin Hyuk. Dia melangkah sedikit lebar agar bisa masuk ke kamarmu. Setelahnya kau cepat-cepat menutup jendela kamarmu guna menghindari angin merasuk.
"You can call me first, Jin Hyuk. Jangan bertindak seperti penjahat begitu."
Kini kau dan Jin Hyuk duduk di lantai dengan punggung menyandar pada sisian ranjang. Kalian tidak bisa duduk di atas kasur karena berantakannya kondisi kasurmu akibat kegiatanmu menulis.
"Aku hanya ingin memberimu kejutan."
Sahut Jin Hyuk enteng. Apakah dia tidak memikirkan siapa dirinya sekarang? Lee Jin Hyuk yang pernah bernama panggung Wei itu merupakan anggota dari sebuah grup idola ternama Korea Selatan, Up10tion. Jika dia salah langkah, bukan hanya media yang akan bersangkutan dengannya, tapi juga para penggemarnya.
"But you're an idol, Jin Hyuk."
Jin Hyuk melirik ke belakang, menyaksikan ada tiga buah buku yang berbeda ukuran, alat tulis beserta laptop milikmu. Dia hafal betul apa yang sedang kau lakukan.
"Itu bisa ditinggal sebentar, tidak? Aku ingin mengajakmu keluar."
Kau membuka lebar kedua matamu.
"Keluar? Malam yang dingin begini?"
Sekali lagi, kau tak habis pikir dengan sikap Jin Hyuk yang seolah tidak mempemasalahkan karirnya.
"Ada. Nanti kau akan tahu. Oh, ya sweater dariku, kau bisa menggunakannya karena bahannya cukup hangat."
Kau menghembuskan nafas berat.
"Aku bukannya menolak, tapi ini malam natal, Jin Hyuk. Aku bahkan bingung mengapa kau tidak memanfaatkan momen ini dengan pulang ke kampung halamanmu lalu menghabiskan waktu liburmu bersama keluargamu. Bukankah Woo Seok juga pulang?"
Jin Hyuk menggeleng.
"Aku bisa pulang kapanpun. Aku ingin di hari spesial ini, aku menghabiskan waktu denganmu. Please."
Jin Hyuk menaruh kedua telapak tangannya di bawah dagunya. Matanya menyempit dan tak lupa senyum manis miliknya ditampilkan. Kau harus mengakui, kalau tingkah Jin Hyuk yang demikian tergolong sulit ditolak.
.
Kau masih memikirkan alasan mengapa Jin Hyuk lebih memilih tetap tinggal di Seoul dan mengajakmu pergi pada momen spesial seperti ini. Apakah dia sedang terbelit suatu masalah dengan keluarganya sehingga dirinya enggan pulang?
Pemikiranmu ini terbaca oleh Jin Hyuk. Dia menyenggol bahumu lantaran kau berhenti mengunyah snack favoritmu selama dua menit.
"What happened? Kau menyesal pergi denganku?"
Kau mengkode Jin Hyuk kalau tebakannya salah melalui bahasa tubuhmu. Jujur saja, kau senang. Senang sekali malah.
"Aku hanya merasa tidak enak, seharusnya kau tidak di sini sekarang. Bagaimana dengan keluargamu? Kau bilang ini hari spesial, tapi kau pergi dengan orang yang berbeda denganmu?"
Ujarmu lesu, Jin Hyuk gemas melihat ekspresimu. Kalian berdua tahu, berbeda macam apa yang tengah kau paparkan pada Jin Hyuk. Perbedaan keyakinan. Itu terasa aneh bagimu, dimana bukankah sudah sewajarnya kalau Jin Hyuk berkumpul dengan keluarganya sendiri?
Jin Hyuk kembali menatap ke depan, mungkin ia sudah memenangkan rekor tersenyum dalam jumlah banyak hari ini.
"Answer me, Jin Hyuk."
"Karena di situlah letak keistimewaannya. Aku menyukai perbedaan itu sebab ia spesial."
Kali ini rasanya hatimu dihantam satu pukulan keras. Kau berharap telingamu mendengar kalimat yang salah.
"Like to be friends?"
Pertanyaan itu keluar dari bibirmu dengan susahnya. Sebenarnya otakmu sudah memproses sesuatu, hanya saja kau ingin memastikan lagi supaya jika dugaanmu salah, kau tidak akan jatuh sepenuhnya.
"Not. I like you as a girl."
Detik itu juga, segalanya seolah berhenti. Dunia seakan hanya ditempati oleh dirimu dan Jin Hyuk saja. Kau memang memiliki perasaan khusus kepada Jin Hyuk, perasaan lebih dari sekedar teman. Meski dia menunjukkan sikap yang tidak biasa terhadapmu, kau berupaya keras menguburnya.
Status pertemanan, perbedaan keyakinan adalah dua alasan terbesar mengapa kau tidak berterus terang pada Jin Hyuk. Namun siapa sangka, Jin Hyuk lebih dulu mengutarakan cintanya. Sayangnya, itu justru menambah rasa sakit di hatimu.
"Aku tidak peduli apakah kau mencintaiku juga atau tidak. Aku hanya ingin mengungkapkannya. Dan karena aku tahu kita tidak mungkin bersatu, aku mencoba membuat kenangan indah denganmu sebelum nanti, kita dipisahkan oleh status pernikahan yang mengikat diri kita masing-masing."
Kau tidak tahu, sejak kapan pipimu basah.
"Maukah?"
Kau tidak menjawab Jin Hyuk. Kau memberanikan dirimu memeluk Jin Hyuk. Beberapa detik Jin Hyuk mematung, sampai akhirnya dia membalas perlakuanmu. Lalu tak lama Jin Hyuk juga meneteskan air matanya.
.
.
.Ini versi keduanya ya, readers😊. Terimakasih buat kalian yang udah vote, komen dan menambahkan work ini ke library kalian. Aku sayang kalian😘.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lee Jinhyuk Imagines (Completed)
KurzgeschichtenKepada vdans, selamat membaca imagine ini😊.