Rakana senyum sendiri mengingat kejadian tadi siang. Umi merupakan sosok Ibu yang hangat dan penyayang. Jadi tidak salah, Rakana ingin disayang juga sama Umi. Sama halnya seperti Ustaz Taqy dan Aisya. Memang terlalu berlebihan tapi bolehkan dia merasakan rasa itu juga. Setidaknya selama dia menginap di rumah ini.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Ustaz Taqy menatap curiga santrinya ini. Mereka kini ada di teras depan rumah. Memandangi ikan-ikan berenang ke sana kemari.
"Terserah gue. Mulut-mulut gue, kenapa lo yang repot?" kesal Rakana.
"Jangan mikir macam-macam soal Aisya. Gak cocok buat kamu," kata Ustaz Taqy.
Rakana menatap Ustaz Taqy tajam. Kedua lengannya disilangkan di depan dada. Tatapan itu lagi. Kenapa setiap tatapan keluarga Ustaz Taqy tidak aneh? Tatapan Umi, tatapan Aisya dan Ustaz Taqy. Semuanya sama, seperti ada sesuatu yang siap meledak.
"Kebiasaan, tundukan pandangan," ujar Ustaz Taqy sambil menyentil kening Rakana.
"Lo juga! Kebiasaan main pukul aja," kesal Rakana.
Keduanya kembali terdiam menatap langit siang. Biru tak ada awan putih di sekelilingnya. Bagus sekali. Dan menenangkan. Rakana terhanyut dengan birunya langit begitupun Ustaz Taqy.
"Soal jawaban pertanyaan waktu itu, apakah sudah ketemu?" Rakana langsung menoleh pada Ustaz Taqy. Wajah tampan terlihat jelas.
"Gue malas mikir. Jadi jawabnya belum ketemu." Ustaz Taqy menggelengkan kepalanya. Sungguh, anak ini memang menyebalkan sekali.
"Yang begini nih, pantas saja terbawa arus. Gak kokoh pendirian, kalau ada yang ngajakin maksiat mau aja," kata Ustaz Taqy.
Rakana terdiam, dia ingin menyela. Tetapi tak ada bantahan. Semua yang diucapkan Ustaznya ini memang betul sekali. Tetap sasaran. Dia sering terbawa pergaulan teman-teman di luar sekolahnya, contohnya Michael.
"Dengar, hidup di dunia ini hanya sementara. Apa yang kamu lakukan mempengaruhi kehidupan di akhiratmu kelak. Sebelum kehidupan itu alam rahim, di mana ruh kamu ditiupkan setelah perjanjian dengan Allah,"
"setelah kehidupan itu kehidupan itu sendiri. Hidupmu di dunia ini. Untuk apa kamu hidup di dunia? Kenapa Allah menciptakan seorang Rakana? Tujuannya hanya satu. Allah menciptakan kamu itu untuk beribadah. Menghamba pada Allah. Semua kegiatan yang kamu lakukan akan bernilai ibadah,"
"bukan hanya salat, zakat, dan puasa. Ibadah itu banyak, setelah kehidupan itu alam akherat. Alam kubur, alam barzah, penghisaban sampai penentuan nanti itu sangat panjang. Dibandingkan hidup dunia, hidup akherat itu lebih panjang dan kekal," jelas Ustaz Taqy panjang lebar.
"Gue masih muda, ngapain ngurusin akherat? Masa muda itu ya, puas-puasin lah. Kalau udah tua baru mikirin akherat" sela Rakana.
Ustaz Taqy menggelengkan kepalanya. Pola pikir anak muda seperti Rakana ini yang suka salah jalur. Masa muda puas-puasin, masa tua baru mikirin dosa. Salah kaprah, maka tak heran banyak remaja-remaja kaum rebahan yang suka sekali menghabiskan waktunya dengan hal yang sia-sia.
Banyak remaja yang terbawa arus yang dunia barat tawarkan. Musik, fashion, film dan food. Semuanya menggiurkan pada kebahagiaan yang serba instan. Kebahagiaan yang sebentar, sebatas dunia. Sedangkan untuk urusan akherat nanti setelah tua.
"Kenapa ketawa?" tanya Rakana. Ustaznya ini tertawa kecil saat mendengar jawaban Rakana.
"Pola pikir kamu pendek sekali. Muda puas-puasin, tua baru ngurusin akherat. Ingat, masa mudamu itu akan dipertanggung jawabkan. Nanti di akherat akan ditanya. Masa mudamu dipergunakan untuk apa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Rakana ✔ (Cetak)
ДуховныеPergaulan bebas adalah pola hidup Rakana. Hidup tanpa beban dan bebas sebebasnya. Selalu membuat onar sampai di keluarkan dari sekolah. Tingkah Rakana tidak baik membuat Ayahnya kesal dan berurusan dengan pihak sekolah. Berakhir pengusiran Rakana da...