Setelah salat asar, Rakana diajak berkeliling pesantren. Tentu tidak sendiri ada ke empat teman barunya yang menemani. Mereka berjalan berkelompok dengan Ustaz Taqy paling terdepan. Rakana, dia ada di samping Rakana yang terlihat ogah-ogahan. Beberapa kali menguap dan berjalan lesu.
"Boleh ganti baju gak sih?" Rakana beberapa kali mengangkat kain sarungnya berwarna hitam. Pakaian yang dikenakannya berbeda sekali dengan kebiasaannya di rumah. Kali ini anak itu memakai koko lengan panjang, di tambah peci putih dan sarung kain.
"Gak. Ini tuh cara kami menyambut kamu." Ustaz Taqy menepuk bahu kiri Rakana. Yasir, Amar dan Bilal tertawa kecil lain halnya dengan Fayyadh yang tersenyum tipis.
"Besok itu terhitung kamu sebagai santri, jadi seragam santri bisa dipakai. Jika masuk kelas pakai seragam sekolahnya, jika tidak ya pakai gamis putih pondok," jelas Ustaz Taqy. Mereka masih berkeliling area pondok.
"Ini kantinnya, sarapan pagi pukul 07.00, makan siang setelah salat zuhur, makan malam setelah isya," jelas Ustaz Taqy. Mereka kembali berjalan sampai ke mesjid yang ada di bagian luar. Rakana yakin dia tidak hapal seluk beluk pesantren yang luasnya minta ampun.
"Masih banyak gak sih? Capek nih." Rakana berhenti mendadak yang langsung di tabrak Bilal.
"Yeee, mana mata lo!"Rakana menatap tajam Bilal yang memundurkan langkahnya.
"Kamu yang salah! Kenapa berhenti mendadak?" Bilal yang pemberani suka ceplas-ceplos apa adanya.
"Kita juga ogah nemenin kamu. Ini bukti solidaritas kita buat kamu karena kamu bagian dari kita." Kini Amar yang bersuara, dia sibuk mengambil tisu basah guna mengelap tangannya.
"Salahin dia nih!" Rakana menunjuk Ustaz Taqy dengan telunjuknya.
"Gak sadar diri, harusnya kamu itu yang tanya sama diri kamu sendiri. Apa salahmu? Bukannya melempar ke orang lain!" Bilal mendorong bahu Rakana pelan.
"Apaan, nih! Ngajak ribut!" Rakana mendorong bahu kanan Bilal lagi. Keduanya hendak baku hantam jika Ustaz Taqy menahan Rakana, sedangkan Amar menahan Bilal.
"Sudah atuh, jangan bertengkar. Ingat dalil dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda, orang yang kuat bukanlah yang kuat karena berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai dirinya ketika akan marah. Hadis Mutafaq 'alaih." Yasir yang pendiam sekalinya bicara langsung mengeluarkan hadis.
"Bagus, Sir. Kamu sering-sering keluarkan hadis maupun dalil lainnya supaya Rakana tercerahkan hatinya." Itu suara Ustaz Taqy yang langsung mendapatkan delikan tajam dari Rakana.
"Ckckck, gue tahu, gue anak baru. Oke silahkan kalian merundung gue sesuka hati. Ah, sialan." Rakana melepas peci yang dikenakannya dengan kesal.
"Rakana, ulah mengumpat. Dari Aisyah Ra ...." ucapan Yasir terhenti ketika Rakana membekap mulut Yasir menggunakan pecinya.
"Awas kalau lu berisik lagi soal dalil. Panas telinga gue!"
"Ya, namanya setan mah panas kalau dengerin dalil." Kini Bilal ikut bersuara.
"Nyeselin lo, ya!" Rakana beralih menghadap Bilal yang masih ditahan Amar.
"Tuh kan? Dalam diri lo itu masih ada setan nyebelin. Di bilang dikit panasan, dikasih tahu menolak, kayaknya kamu harus di rukiah, Ustaz." Bilal semakin memanas-manasi Rakana. Siapa yang tak kesal, Rakana ingin segera menghajar mulutnya Bilal dengan bogem andalannya namun, Ustaz Taqy tertawa kecil dan mengusak-ngusak rambut Rakana.
"Kamu harus belajar dicemooh orang, bukan hanya kamu yang bisa mencemooh orang lain. Apa yang Bilal lakukan itu sama halnya dengan apa yang kamu lakukan juga. Bagaimana? Marah dan kesal kan? Begitupun dengan orang-orang kamu cemooh secara tidak langsung." Rakana terdiam mendengar ucapan Ustaz Taqy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Rakana ✔ (Cetak)
روحانياتPergaulan bebas adalah pola hidup Rakana. Hidup tanpa beban dan bebas sebebasnya. Selalu membuat onar sampai di keluarkan dari sekolah. Tingkah Rakana tidak baik membuat Ayahnya kesal dan berurusan dengan pihak sekolah. Berakhir pengusiran Rakana da...