Bagian 07 - Tukang Ngadu

165 40 14
                                    

BAGIAN 07

Kamu mencintainya? Aku baik-baik saja. Kamu memilih dia dibanding aku? Aku pun baik-baik saja. Namun, satu hal yang membuatku jauh dari kata baik-baik saja, yaitu mencoba untuk melepasmu.

-SaniaAzanindia-

*
*
*

Sania hanya membenci orang-orang yang merebut kebahagiaannya. Biar bagaimana pun, dengan kondisi apapun, sebaik apapun, tetap jahat di mata Sania. Seperti saat ini. Meskipun Arsha adalah satu-satunya cewek lugu yang menjabat sebagai pacar Lukas, tidak membuat Sania bersikap baik. Karena disisi lain, Arsha adalah satu-satunya alasan yang membuat hubungannya dengan Lukas harus berakhir.

Disini Sania memang belum mengikhlaskan. Hal itu membuatnya tidak bisa melepaskan Lukas, karena sejatinya apapun yang pernah dimiliki lalu menghilang, harus bisa melepas dengan cara mengikhlaskan.

"Lo punya mata nggak? Jalan ati-ati dong!"

Arsha mengerjap. Matanya mulai berkaca-kaca. "A-arsha eng-gak sengaja. Tadi Arsha udah hati-hati kok. Tapi Kak Sania nggak lihat ke depan jalannya makanya ketabrak."

"Jadi lo nyalahin gue?"

Arsha tak banyak berbicara. Ketakutannya begitu terasa sampai bibirnya memerah karena gigitan kecil. Sania sudah seperti singa yang sedang berhadapan dengan santapannya. Siap diterkam. Tapi, wajah Sania tidak begitu asing di mata Arsha. Dari suara hingga gestur tubuh.

"Kenapa diem? Udah salah malah nyalahin orang. Emang nggak ada bedanya lo sama Lukas," cecar Sania.

"Maaf," lirihnya tertunduk, "Arsha yang salah."

"Terus mau ngapain lagi?" tanya Sania mengintimidasi.

Arsha tersentak kaget. "Arsha boleh minta no whatsapp kakak, nggak?"

Sania tidak menjawab. Matanya memicing.

"Arsha nggak maksa kok kalau kakak nggak mau ngasih juga enggak papa."

Rasanya begitu indah jika Sania berdamai dengan Arsha. Tapi, Sania tetap Sania, yang tak bisa dikalahkan egonya, yang selalu memerangi orang-orang yang membuatnya sakit, terpuruk dan hampir mengakhiri hidup.

"Enggak."

Arsha meloloskan napas panjangnya. "Kalau Arsha boleh tau alasannya, kenapa ya kak?"

"Karena gue nggak mau temenan sama lo, Sha. Udah sana minggir gue mau lewat!"

Arsha segera menggeser tubuhnya ke samping sebelum Sania mendorongnya. Tatapan Sania masih sama. Mengerikan. Arsha yang memang penakut hanya memejamkan matanya.

"Denger ya, jangan pernah ngomong sama gue lagi. Anggap kita nggak pernah kenal." Sania menghentikan langkahnya, memberi peringatan kecil agar rasa bencinya tidak terlalu mengembara.

"Tapi kan, Arsha kenal kak Sania. Kata Bunda, nggak boleh bohong, dosa kak." Kalimat Arsha sukses membuat Sania semakin menajamkan tatapannya. "Bocah. Nggak usah bacot!"

"Kak-" ucapan Arsha terpoting akibat siulan pelan dari mulut Sania.

"Ssst!" Sania menempelkan jari dimulutnya. "Udah nurut aja."

Truth Or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang