TYPO BERTEBARAN!!!
SELAMAT MEMBACA❤BAGIAN 21
Selesaikan permasalahannya, bukan hubungannya.
-TruthOrDare-
*
*
*Sania baru saja keluar dari kamar mandi. Gadis itu mengeringkan rambutnya dengan handuk tipis, sementara dia sudah mengenakan piyama tidurnya.
Matanya terpaksa harus menatap ponsel yang tergeletak di kasur tatkala dia mendengar bunyi dari benda itu, pertanda panggilan masuk.
Namun dia sedang tidak mood untuk mengangkat telepon dari siapapun, sekalipun itu orang tuanya. Entah, rasanya ia ingin sendiri untuk beberapa hari kedepan.
Akan tetapi, betapa menjengkelkannya ponsel itu terus-menerus berbunyi. Membuat gadis yang rambutnya masih terlihat basah itu mau tidak mau mengangkat sambungan tersebut.
Belum sempat jari jempolnya menggeser tombol warna hijau, hatinya tiba-tiba mendesir ketioka mengetahui nama si penelepon itu.
Lukasongong is calling....
Sania sangat kacau. Dia tidak bisa mengangkat telepon Lukas untuk saat ini. Lelaki itu menyebalkan dan dia tidak suka. Dia ingin hidup tenang, sebentar. Dan mantannya selalu mengganggu ketenangannya.
Gadis itu kemudian melempar asal ponselnya ke lantai hingga tak ada lagi suara dari benda tersebut. Ponselya sudah mati, entah masih bisa digunakan atau sudah rusak. Bodoamatlah, hati Sania jauh lebih rusak.
"Sania ... gue Bulan."
Terdengat ketukan pintu diiringi suara Bulan dari luar kamarnya. Sania hanya diam.
"San, lo pasti denger suara gue, kan?"
Sania masih enggan membuka mulutnya. Dia tahu Bulan akan menanyakan keputusan Arkan yang sangat menyakitkan itu, dan dia belum siap untuk mengatakannya.
Sania perlu waktu.
Sial, memori dan pikirannya tiba-tiba kembali pada kejadian tadi sore di taman. Setetes air kini meluncur deras melalui pipi mulus hingga mengenai piyama tidurnya.
"Lo tidur ya? Yaudah gapapa, besok aja. Good night my sepupu!"
"Night to, Lan." Sania membalas dengan suara yang sangat kecil, yang tidak akan terdengar oleh siapapun.
Pikiran Sania mulai kalut. Entah sejak kapan tangisnya pecah, tidak peduli ada yang mendengarnya. Yang dia inginkan sekarang hanyalah menangis dan berteriak sekencang-kencangnya. Sesak yang kian tak berujung kini harus tumpah, karena dirinya tak sanggup untuk menampung semuanya.
Bahagia yang dia inginkan perlahan sirna. Seseorang yang pernah memberikan kebahagiaan kini juga menorehkan luka dalam hatinya, luka yang pernah sembuh terbuka kembali. Belum seutuhnya mengering, kini terasa basah lagi.
"Kenapa sih orang-orang nggak bisa ngasih gue kebahagiaan selamanya?!"
Sania menjerit. Mengingat betapa sulitnya mencari celah kebahagiaan dalam dirinya.
"SANIA!!!"
Sania tidak mendengar decitan pintu yang dibuka secara paksa oleh sepupunya.
Bulan mematung menyaksikan Sania menumpahkan seluruh air matanya. Bulan menghampiri Sania dan segera mendekap sepupunya dari samping. Sania yang tanpa sadar saat itu memukul-mukul lengan Bulan, rasa sakitnya lebih terasa saat Bulan memeluknya. Tangisnya pun semakin menjadi, sambil sesekali mengatakan bahwa dia memang tidak pantas untuk bahagia di dunia ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/198424727-288-k110339.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare
Подростковая литератураBalikan karena permainan bukan perasaan. Tentang mereka yang kembali bersama atas dasar permainan. Diberi tantangan hanya dalam waktu satu minggu. Akan tetapi, apakah mereka memilih berhenti setelah mencapai batas waktu yang ditentukan, atau melanju...