Bagian 20 - Pamit

179 5 4
                                        

TYPO BERTEBARAN
SELAMAT MEMBACA ❤

Bagian 20

"Karena nggak semua kata maaf mampu mengembalikan semuanya."

-SaniaAzanindia-

*
*
*

"Sesuai yang aku bilang tadi, aku mau minta kejelasan hubungan kita."

Berkali-kali gadis itu memejamkan matanya guna mentralisir degupan jantung yang entah gimana semakin berdetak kencang.

Sementara yang menjadi lawan bicaranya kini hanya diam. Ia ingin gadis itu menyelesaikan bicaranya sebelum ia menyampaikan keputusannya.

Keputusan yang sempat membuatnya uring-uringan seminggu terakhir ini.

"Gimana, Ar?" Gadis itu bertanya lagi, kali ini nampak dengan wajah penasarannya. Tapi sepertinya lelaki yang diajak bicara masih enggan menanggapi.

"Sebenarnya permasalahannya apa sampai kamu mutusin break dari aku?"

Untuk kesekian kalinya sebuah pertanyaan terlontar tanpa ada jawaban. Tapi hal itu tidak membuatnya menyerah, gadis itu kini bertanya lagi.

"Apa karena aku sama Lukas?"

Sepasang mata kini menatapnya intens, yang membuat gadis itu menerka-nerka maksud dari tatapan tersebut. Sangat menusuk dan menyiratkan sesuatu.

"Kejelasan gimana maksudnya?"

Bisa-bisanya Arkan melontarkan pertanyaan itu. Memangnya lelaki itu lupa dengan hubungan mereka yang sudah tak jelas arahnya.

Ditambah sikap Arkan yang selalu menghindarinya setiap bertatap muka. Seakan mereka tak pernah saling mengenal.

Hanya break saja sudah begitu, apalagi jika mereka putusan beneran.

Semua perubahan sikap Arkan pun tertangkap basah oleh teman-temannya. Sania memilih diam ketika mereka menanyakan hal itu. Dia tidak ingin masalahnya dengan Arkan diketahui oleh teman-temannya, terutama Lukas.

Lelaki menyebalkan itu akan senang jika tahu hubungan Sania dan Arkan sedang diambang kehancuran.

Lukas pasti merasa menang karena kunci permasalahannya ada pada dirinya.

"Kamu nggak mikirin hubungan kita ke depannya kayak gimana?"

Sania berusaha tetap tenang meskipun ada rasa sesak yang mengganjal.

"Emangnya harus kayak gimana?"

"Hubungan kita udah nggak jelas, Ar, dan aku minta kejelasan. Kamu bisa ngasih itu? Jangan digantung kayak gini, sakit."

Sania merasa matanya mulai memanas, namun dia berharap tidak menangis. Sebisa mungkin menahan agar air matanya tidak jatuh.

"Hubungan kita nggak akan jelas kalau hati kamu juga nggak jelas."

Sania mengernyit, ia tidak mengerti.

"Siapa yang kamu pilih dan siapa yang kamu cintai?"

Truth Or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang