Selamat membaca... jangan lupa vote. Terima kritik dan saran kok. Sampaikan dengan ramah yaa. Terimakasihhhh
Aku tinggal di daerah yang lumayan dekat dengan pantai. Lima belas menit. Tiga hari berdiam diri saja di rumah membuatku bosan. Mungkin karena terbiasa hidup dengan banyak orang di pesantren. Ayahku memang bekerja dari rumah. Mengurus kolam lele dan jamur. Ibu juga di rumah. Ibu rumah tangga. Tetap saja aku merasa kesepian.
"Ayah!" Ayah hanya bergumam. Dia sedang mengamati beberapa ikan lele yang mati.
"Ayah. Aku pengen jalan-jalan. Bosan di rumah." Ayah menoleh. Boleh tidak ya?
"Jam berapa sih ini?" tanya Ayah. Dia melihat pergelangan tangannya yan tidak mengenakan jam.
"Jam tiga, Yah. Nanti aku sekalian sholat ashar di sana?"
"Sholat di pantai?" Ayah bertanya. Aku tahu dia sedang meledekku.
Aku mengerucutkan bibir. Aku memang masih manja saja meski sudah sedewasa ini.
"Iya, Ayah. Biar nggak ada tsunam," ucapku yang membuat Ayah tergelak.
"Berangkat dulu, Yah. Assalamualaikum." Aku menyalimi Ayah. Lalu berlalu keluar rumah sambil mengambil tas gendong berukuran kecil.
Aku mengenakan celana rok. Memakai kaos longgar dan jilbab instan. Aku mengayuh sepedaku santai. Menikmati udara siang yang lumayan panas. Lalu lalang kendaran ikut membuat cuaca semakin panas. Hari ini hari minggu. Pantai pasti ramai.
Dua puluh lima menit. Aku sampai. Sebuah patung ikan menjulang menantang langit. Sebuah taman mengelilingi patung ikan itu. Ikan berwarna biru. Kalau saat aku kecil itu namanya ikan terbang. Aku duduk di salah satu bangku taman. Perjalanan dengan sepeda ternyata cukup membuatku berkeringat banyak dan merasa capek.
Glek!
Alhamdulillah. Leganya setelah minum. Aku mengambil ponselku. Mengarahkan kameranya ke arah patung ikan yang cantik itu. Di belakang patung tertulis 'PANGANDARAN SUNSET' yang terlihat sangat indah jika malam hari. Lampu sorot warna-warni di depannya akan menambah kesan mewah di sini. Ditambah suara gemercik air mancur yang menambah pesona pantai ini. Ingin sekali aku melihatnya.
Aku beranjak dari dudukku. Sudah masuk waktu ashar. Aku beranjak. Melakukan sesuatu setelah melaksanakan kewajiban akan lebih tenang. Hari libur. Perlu mengantri untuk dapat wudhu dan sholat di sini.
Aku sudah berada di pantai. Menikmati deburan ombak yang selalu merdu di telingaku. Empat tahun di Jawa Tengah membuatku sangat rindu pantai ini. Meski setiap tahun aku pulang dan aku sempatkan mampir di sini.
Aku duduk di hamparan pasir. Menselonjorkan kakiku. Aaaaa. Aku tidak berteriak. Tenang saja. Aku masih waras untuk tidak jadi pusat perhatian. Aku hanya merasa dekat sekali dengan alam. Seolah menjadi manusia yang tidak punya masalah. Aku senyum-senyum sendiri. Persis orang gila kayaknya. Aku memejamkan mataku. Menikmati semilir angin sore.
"Boleh ikutan!"
Seseorang membuyarkan kegiatanku. Siapa sih? Aku membuka mata. Firman sedang tersenyum manis ke arahku. Aku hanya diam menatapnya. Tanpa persetujuanku dia duduk agak jauh di sebelahku. Bisa-bisanya makhluk kasat mata ini sudah di sini.
"Sendirian, Nad?"
Dia mula membuka suara. Harusnya dia tidak perlu bertanya. Sudah jelaskan aku sedang duduk sendiri. Kenapa pula dia datang. Padahal tujuanku ke siniuntuk menetralkan pikiranku dari makhluk manapun yang berjenis kelamin laki-laki.
"Seperti yang kamu lihat. I stay alone."
Aku tidak menghadapnya. Mataku masih asyik mengamati orang-orang yang bermain selancar. Kebanyakan turis sih. Anak lokal ada juga sih. Tapi lebih banyak yang main pasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN SOSMED (COMPLETE)
SpiritualSatu tahun berlalu setelah Nadia menemukan satu akun Facebook dengan face yg tampan. Berulang kali chat dan akhirnya saling kenal, walaupun Bintang sangat dingin. Hingga satu hari Nadia men-chat dan dibalas dengan kata kasar. Setelah itu dia berjan...