28. Gosip

928 112 3
                                    


Hanya tinggal menghitung hari Ramadan yang berkah segera berlalu. Semoga selalu di beri kesehatan dan kebahagiaaann... Selamat membaca, jangan lupa jaga kesehatan dan tetap tinggal di rumah.. Makasih buat kak @azizahazeha yang masih semangat buat bimbing.. 

Crystallbookwriteronlinecamp

...

Perempuan memang makhluk terpandai kalau untuk urusan memendam perasaan. Bagi mereka diam adalah cara terbaik untuk memelihara rasa tersebut. Tidak jauh beda denganku, jelas saja aku juga perempuan.

Aku tidak tahu kebenaran dari berita yang tersiar hari ini. Yang jelas ada tema tersendiri untuk kabar yang sedang menjadi trending topik. Gus Al akan melangsungkan lamaran. Aku juga tidak tahu pasti dari mana kabar ini tersiar, yang jelas semua santri putri sedang membicarakannya.

"Nad! Kamu tahu nggak siapa calonnya Gus Al?" Ini adalah orang kelima yang mengajakku membahas tentang lamaran Gus Al.

"Nggak, Mbak. Mbak tahu?" Namanya Mbak Sarah.

"Nggak tahu namanya sih, tapi katanya cantik." Aku tersenyum. Itu pasti. Gus Al saja tampan.

"Itu sih jelas, Mbak. Cocok kayaknya ya." Aku tersenyum kecut. Hatiku sebenarnya sudah sesak mendengar banyak sekali ucapan mengenai berita ini. Kenapa sih perempuan suka sekali bergosip.

"Iya, katanya juga dari kalangan orang terpandang. Sarjana juga, hafidzah pula. Lengkap banget, kan." Aku sih apa? Sarjana sih, tapi hafalan belum selesai. Tetap nggak sebanding.

"Kapan Mbak akad nikahnya?" Aku hanya memastikan. Memastikan hatiku untuk berhenti berharap.

"Mungkin secepatnya, katanya sih."

Semua berita memang hanya 'katanya'. Tidak ada yang bisa memastikan kebenarannya. Tetapi sekuat apapun logikaku membela, tetap saja hatiku termakan gosip itu. Apalagi tidak pernah ada janji untuk saling percaya sebelum ini antara aku dan Gus Al. Bahkan perasaan kami, mungkin saja bersebrangan.

"Nadia. Kok melamun?" Aku tersadar kembali ke dunia nyata.

"Ah, nggak. Mbak. Baru inget kalau punya baju yang belum dijemur. Pergi dulu ya, Mbak." Aku beranjak dari tempat dudukku. Dadaku sudah terlalu sesak mendengar berita itu.

Aku duduk di samping jemuran. Jangan bayangkan tempatnya kumuh. Tempat ini sangat bersih, di setiap sisi luar jemuran ada jonggol yang biasanya digunakan untuk duduk santai. Aku menghembuskan nafasku kasar. Menyadarkan hatiku untuk tidak berlarut memikirkannya.

Aku bernajak menuju kamar. Mengmbil buku jurnal kecil tempat biasa aku menulis. Aku tidak suka curhat kepada seseorang. Dulu dosen pendidikan matematikaku pernah bilang,

'jangan pernah menceritakan dirimu kepada orang lain. Tidak ada yang bisa mengerti kamu selain dirimu sendiri. Mereka hanya akan menatap iba masalhmu, dan iri terhadap kesenanganmu. Jika hatimu sedang gundah, sampaikan keluh kesahmu pada Tuhan.'

Sesuatu yang aku tuliskan juga tidak aku jabarkan secara jelas. Aku hanya menuliskan dengan bahasa singkat dan hanya aku sendiri yang memahaminya.

For My A

Aku sudah mengubur harapku dalam-dalam

Agar tidak ada aroma yang muncul ke permukaan

Berharap tiada yang mampu membayangkan

Namun engkau kembali

Menggalinya perlahan

Aku sempat berpikir bahwa harapku sudah mati

TEMAN SOSMED (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang