Pagi yang menyenangkan...
Selamat beraktivitas meski dirumah aja. Big thanks buat kak azizahazeha yang masih berkenan support... Happy reading. Vote, jangan lupa ya.
Setelah kejadian di lapangan. Shahila tidak henti-hentinya menceritakan kepada seisi rumah kalau sebentar lagi dia akan mempunyai 'Om'. Semenjak itu juga seisi rumah tidak henti-hentinya menanyaiku soal siapa laki-laki itu.
Aku bingung menjelaskannya. Masak iya aku bilang kalau itu Gus Al. Mbak Rara bisa histeris dan langsung menerka yang tidak-tidak. Alhasil aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan mereka semua. Untung saja Shahila tidak tahu siapa nama 'Om-nya' itu.
"Mau kemana, Dek?" Mas Dani sedang duduk di ruang televisi. Tadi malam keluarga kecil mereka menginap di rumah. Rutinitas setiap sebulan sekali.
"Ke pantai, Mas." Aku hendak keluar sambil membawa tas punggung rajut kesayanganku.
"Dek! Ke pantai terus sih? Emang 'Om-nya Lala' ada di sana?" ucap Mas Dani sambil tertawa.
"Iya, Mas. Lagi berendam. Nadia pergi, Mas. Assalamualaikum." Aku menjawab asal. Mana tahu aku di mana 'Om-nya' Lala sekarang.
Aku mengayuh sepedaku pelan. Membacakan sebagian surat Al-Baqarah yang aku hafal. Aku jadi ingat niatku untuk kembali ke pesantren. Ayah dan Ibu sudah setuju. Ayah bilang penjualan jamur cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi lele yang setidaknya setiap hari ada yang membeli. Jadi Mas Dani tidak akan terbebani lagi. Meski aku tahu, Mas Dani tetap akan mengulurkan dananya untuk masa depanku. Ah, Mas Dani memang terbaik.
Dua puluh lima menit berlalu. Aku sudah sampai di parkiran. Aku berjalan menuju tempat yang agak terlindung dari sinar matahari. Di bawah pohon. Letaknya tidak terlalu jauh dengan bibir pantai. Hari ini aku tidak membawa buku gambar. Aku hanya membawa note book.
Mataku memandang laut lepas di depanku. Laut memang selalu indah. Warna birunya seolah menyatu dengan birunya langit hari ini. Indah sekali. Aku akan selalu lupa dengan masalahku jika berhadapan dengan laut. Aku juga merasa begitu dekat dengan Tuhan.
Warna birumu menyatu bersama angkasa
Seolah tiada sekat seutaspun
Bahkan kapal di ujung sana
Yang masih saja terdiam
Tidak mampu membuat garis lengkung pemisahmu
Birumu, menyejukkan qolbu
Bahkan saat biru angkasa berlalu
Menjadi semburat jingga keemasan
Kamu dengan senang hati berpadu
Tiada mengingkari apalagi berpaling
"Permisi, Mbak." Aku menoleh pada seorang pemuda yang memakai pakaian go-jak memanggilku.
"Iya, Mas. Ada yang bisa dibantu?" Aku memperhatikan dia yang menyerahkan sebuah paperbag kepadaku.
"Ini ada paket untuk, Mbak." Aku merasa tidak memesan apapun.
"Saya nggak pesen apa-apa kok, Mas." Mas go-jaknya tersenyum.
"Saya hanya bertugas mengirimkannya, Mbak. Saya permisi."
Mas go-jak berlalu meninggalkanku yang masih bingung menatap bingkisan ini. Apa dia tidak salah? Bahkan dia tidak menanyakan namaku. Aku hendak memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN SOSMED (COMPLETE)
EspiritualSatu tahun berlalu setelah Nadia menemukan satu akun Facebook dengan face yg tampan. Berulang kali chat dan akhirnya saling kenal, walaupun Bintang sangat dingin. Hingga satu hari Nadia men-chat dan dibalas dengan kata kasar. Setelah itu dia berjan...