🦋Tujuh Belas 🦋

67 4 0
                                    

Ada hal yang paling sakit dari patah hati, ketika melihat orang tua menangis😥



Matahari terbit di langit cerah Meira  sudah siap dengan seragam sekolahnya lalu melangkah turun ke bawah.

"Pagi mah." Sapa Meira ceria pada Tasya.

"Pagi sayang, makan dulu kamu Mei." Ucap Tasya.

"Iyaa mah." Balas Meira lalu duduk di kursi kemudian menyantap makanan yang sudah di hidangkan mamanya.

Sehabis makan.

Meira hendak beranjak untuk berdiri namun kepalanya pusing tujuh keliling. Meira berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya memegang meja makan namun tubuh Meira tak sanggup berdiri lagi hingga ambruk di lantai akibat penglihatannya sudah gelap seperti malam tanpa bintang.

Tasya yang melihat anaknya terkapar di lantai sedang makan schok kaget hingga piring makannya terjatuh ke lantai.

"Bi Ati cepat tolong ke sini." Teriak Tasya lantang.

Bi Ati yang tengah memasak di dapur mendengar teriakan majikannya langsung mematikan kompor berlari menghampiri.

"Ada apa nyonya? ya gusti non Meira." Panik Bi Ati lalu berlari menuju pos satpam.

"Pak satpam non Meira pingsan cepet ke dalam." Ucap Bi Ati dengan nafas tersengal-sengal.

Pak Tarno satpam di rumah itu langsung segera berlari menuju meja makan.

"Tolong angkat  Meira ke mobil pak kita ke rumah sakit." Ucap Tasya kelopak matanya sudah berlinang air mata melihat anak satu-satunya tak sadarkan diri.

Pak Tarno dengan cepat menggendong tubuh Meira dengan ala bride style lalu berlari menuju mobil yang di garasi membaringkan Meira di dalam mobil.

Tasya langsung berlari menyusul masuk ke dalam mobil bersama pak Tarno.

Pak Tarno mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi hingga mobil tiba di rumah sakit.

Pak Tarno langsung membopoh tubuh Meira ke dalam brangkar rumah sakit. Suster segera mendorong brangkar ke dalam UGD.

Tasya berjalan menuju bangku rumah sakit lalu duduk menenangkan dirinya. Air matanya terus mengalir membasahi wajahnya anak semata wayangnya sedang berjuang di dalam UGD sana tak lupa Tasya merapalkan doa untuk putri kesayangannya. Putrinya yang kuat namun sebenarnya sangat rapuh.

Setelah menunggu lama pintu UGD terbuka menampakkan dokter.

"Dok, bagaimana keadaan putri saya?" Tanya Tasya dengan kedua bola mata bengkak karena terus menangisi putrinya.

"Keadaannya kritis bu. Asma yang di derita Meira sudah menghambat pernafasannya. Anak ibu akan saya pindahkan ke ruang ICU secepatnya." Ucap dokter.

"Tolong selamatkan anak saya dok saya sangat menyanginya." Ucap Tasya lalu kembali menangis.

"Ibu tenang saja saya akan melakukan semaksimal mungkin menyelamatkan Meira. Ibu perbanyak berdoa pada Tuhan saja agar anak ibu cepat pulih, saya permisi." Ujar dokter lalu melangkah pergi.

Selepas dokter pergi, tubuh Tasya merosot jatuh di lantai tak kuat menahan kesedihannya.

Meira sudah di pindahkan ke ruangan ICU. Hidung Meira di pasangkan selang pernafasan. Alat detak jantungnya tak normal seperti biasanya semakin memburuk di layar EKG.

Tasya setia menemani putri semata wayangnya untuk membuka matanya kembali dengan air mata jatuh tak berkesudahan melihat anak perempuan satu-satunya terbaring lemah tak berdaya seperti ini.

Tasya menggengam lembut tangan Meira. Tasya takut akan kehilangan untuk kedua kalinya lagi orang yang ia sayangi.

Jika boleh Tuhan izinkan Tasya dengan senang hati sekali bertukar tempat dengan putrinya agar Meira tak merasakan sakit seperti ini.

Itulah cinta kasih seorang ibu tidak ada duanya di dunia ini seorang orang tua terutama ibu kandung kita sendiri yang akan selalu dan tetap menyangi kita meskipun kita berkali-kali menyakiti hatinya ataupun membuatnya menangis ia tetap menyangi kita sepenuh jiwa.

Tasya kembali meneteskan air matanya "Cepat pulih anak mama sayang." Tasya mencium telapak tangan Meira lembut.

Penuh harapan Meira kembali pulih ceria seperti tadi pagi.

**********

TBC

Jgn lupa vote and comment bestiee maaci 💖

G A L E N ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang