Hariku tak lagi sama, semua terasa biasa saja tanpamu-
Malam ini tidak seperti bisanya baru saja sehari tak bertemu dengan Meira dada Galen terasa berat rindu sudah memburu.
Galen berusaha memejamkan matanya namun seperti ada yang mengganjal di hatinya.
Di sekolah tadi Galen merasa sepi kosong tak ada Meira. Galen sudah mencoba mentelfon Meira namun handponenya sedang tidak aktif.
Galen seperti merasakan ada ribuan ke khawatiran di kepala dan dadanya. Galen sudah tak kuat lagi menahannya.
Galen menyambar kunci mobilnya berjalan tergesa-gesa menuju garasi mobil memasuki mobil lalu menyalakan mesin kemudian mobil melesat pergi menuju rumah Meira dengan kecepatan tinggi.
Galen sangat khawatir keadaan Meira!.
Sesampai di rumah Meira, pintu gerbang tertutup Galen memencet bel lalu satpam rumah Meira keluar membuka gerbang.
"Pak Meiranya ada?" Tanya Galen.
"Aden ga tau emang non Meira di rawat den jatuh pingsan di meja makan tadi pagi sebelum berangkat sekolah." Jawab satpam Meira.
"Di rumah sakit mana pak." Ucap Galen dengan nafas tersengal-sengal mendapatkan kabar buruk.
"Di rumah sakit bunda den." Ujar satpam Meira.
"Makasih pak, saya pamit dulu." Ucap Galen lalu masuk kembali ke dalam mobil melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi.
Sesampai di gedung bernuasa putih itu Galen melangkah masuk ke dalam resepsionis.
"Permisi sus, di sini ada pasien bernama Meira?" Tanya Galen pada suster bagian administrasi.
"Ada pak, Meira Kanaya umur 17 tahun ruangan ICU di lantai atas pak." Jawab suster.
"Makasih sus." Balas Galen lalu melangkah pergi menuju ruang ICU dengan langkah cepat.
Sesampai di depan kamar ICU Meira. Galen dapat melihat dari kaca tubuh gadisnya itu tak berdaya dengan alat selang di hidungnya dan wajah yang pucat sekali. Tak terasa air mata mengalir dari bola mata Galen. Galen tak sanggup melihat Meira kesakitan.
Galen menggetuk pintu pelan. Tasya berjalan membuka pintu.
"Mag, Meira kenapa mah ?" Tanya Galen dengan raut wajah sedih.
"Masuk dulu sayang." Jawab Tasya.
Galen mengganguk melangkah masuk lalu duduk di sofa bersama Tasya.
"Asma yang di derita Meira sudah sangat parah Gal." Ucap Tasya kembali terisak.
"Kita serahkan sama Tuhan ya mah. Meira kuat kok Galen tau itu Meira pasti sembuh." Balas Galen menenangkan Tasya.
"Amin nak." Seru Tasya menghusap air matanya.
"Mah hari ini aku jaga Meira ya aku udah izin sama mama aku boleh." Ucap Galen sehabis menulis pesan pada Vilia dari ponselnya.
"Iyaa nak, makasih ya Galen." Ujar Tasya lalu tersenyum.
Ruangan ICU Meira terdapat fasilitas dua sofa, 1 kulkas dan AC karena vvip.
Hari sudah larut malam Galen dan Tasya merebahkan tubuhnya di masing-masing sofa.
Waktu terus berlalu, jam menunjukan pukul 02.00 wib malam. Tasya dan Galen sudah tertidur efek kelelahan.
Tiba-tiba Tubuh Meira kejang-kejang alat detak jantung EKGnya naik lurus.
Meira meracau nafasnya tersengal-sengal membuatnya meringis kesakitan.Galen yang mendengarnya sontak langsung terbangun dari tidurnya berlari memanggil suster di ruang jaga.
"Suster tolong pacar saya cepat!!!" Teriak Galen keras.
Suster yang sedang tidur langsung terbangun dengan cepat mengambil beberapa peralatan medis lalu berlari menuju ruangan Meira.
Tasya yang mendengar teriakan Galen terbangun lalu menghampiri putrinya sambil menangis tersedu-sedu tak sanggup melihat Meira menahan sakitnya.
Suster tak lama sampai di ruangan Meira mengecek keadaan Meira lalu suster memberikan beberapa suntikan membuat tubuh Meira kembali tenang.
"Saya tinggal dulu kalau ada apa-apa panggil saya lagi." Ucap suster lalu melangkah keluar.
Galen dan Tasya setia menemani Meira. Galen menggengam tangan Meira lembut sesekali memberi kecupan di sana dengan air mata yang mengalir di kedua bola matanya.
Tasya hanya dapat tersenyum meneteskan air mata melihat betapa Galen sangat menyanggi putrinya Meira. Galen yang menerima segala kekurangan Meira, Galen yang sabar menghadapi anaknya. Tak terasa air mata kembali membasahi wajah Tasya.
Meira menggerjapkan matanya membuka matanya pelan merasakan pusing di bagian kepalanya mencoba melihat ke arah sekelilingnya.
"Galen, mah." Ucap Meira lesu.
"Iyaa sayang aku di sini bertahan sayang aku mohon." Ujar Galen sambil menggenggam tangan Meira lembut. Air mata terus mengalir membahasi pipi Galen.
"Mama di sini sayang kamu harus kuat nak bertahan untuk Mama nak." Ucap Tasya lalu menghusap kepala anak putri semata wayangnya itu lembut.
"Mah, Meira udah ga kuat lagi. Mama sama Galen jangan sedih ya Meira baik-baik aja. Mama sama Galen harus selalu bahagia ya Meira sayang kalian semua. Meira pergi." Pamit Meira lalu nafasnya kembali sesak dan tubuhnya kejang-kejang. Alat EKG detak jantungnya perlahan lurus dan berhenti.
"Meiiraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" teriak Galen lalu tangisnya pecah.
Mimpi buruk Galen menjadi kenyataan.
"Meira jangan tinggalin mama sayang." teriak Tasya sambil menguncang tubuh Meira kencang.
Suster yang mendengar teriakan di kamar inap Meira segera datang lalu menutup tubuh Meira dengan kain kemudian membawanya ke ruang mayat untuk segera di bersihkan.
"Nak Galen Meira nak...hikss..hikss..Meira sudah pergi meninggalkan kita..hikss..hiks..." Tangis Tasya setelah Meira di bawa ke ruangan mayat.
"Mama jangan sedih. Mama haruss
kuat untuk Meira." Ucap Galen dengan mata bengkak lalu memeluk tubuh Tasya yang Galen sudah anggap seperti mamanya Vilia.Hari sudah menjelang pagi, menunjukan pukul 06.00 wib pagi.
Galen berpamitan Tasya untuk kembali ke rumah dan berganti pakaian untuk acara penguburan Meira kekasihnya.
*********************
Jgn lupa vote and comment bestiee 💖💖💖
Huaaaaa mau nangis:((( ga kuat kalau nulis org meninggal:(((
KAMU SEDANG MEMBACA
G A L E N ( END)
Ficção GeralGalen Vero Wijaya anak dari Marsel Vero Wijaya dan Vilia Valencia Florenza tampan, baik hati, penyanyang, tidak tegaan dan manja itulah sifat Galen. Galen di amanahkan harus menjaga anak dari sahabat ibunya sedari Sma, yaitu Meira, yang memiliki pen...