Dua bulan telah berlalu, bingung harus menyikapinya seperti apa. Tidak bisa berbicara sebab suara miliknya terendam dan tercekik di tenggorokan------menyakitkan. Hidup sebagai orang bisu bukanlah kehendak Bitha, sebelumnya hidup gadis itu sangat sempurna tanpa celah sebelum Dokter memvonis dirinya tidak bisa kembali mengeluarkan suara, menjauhkannya dari orang-orang terdekat dan menampakkannya satu demi satu orang yang berpura-pura baik di hadapanya ternyata jahat di belakang.
Ia bisu, namun tidak tuli. Ia mendengar semua perkataan orang. Termasuk desas-desus jika kekasihnya telah berselingkuh di belakangnya semenjak kejadian ia terbaring lemah di rumah sakit, dua bulan lalu ia tidak berjumpa pada sang kekasih, dan pada hari ini gadis itu berjalan mengintari koridor kampus milik Kekasihnya. Berharap bertemu Jaka, namun sudah berulang kali ia mencari sama sekali tidak menemukan batang hidung lelaki itu.
Bitha melirik ke arah ponselnya berulang kali menelpon Jaka, namun berakhir dengan sahutan operator. Sampai pada telinganya mendengarkan suara gema ketukan tangan pada mikrofon yang berada tidak jauh di hapanya. Bitha tidak tahu pasti jika Falkultas milik Jaka sedang mengadakan acara apa, yang pasti Bitha datang jauh-jauh ke sini hanya untuk bertemu dengan lelaki itu, barang sebentar.
“Cinta pertama kali di mulai dengan mencintai diri sendiri.”
Ketikan di layar ponsel miliknya terhenti, saat tidak lama suara itu terdengar dan meresap kedalam otaknya. Untuk sekarang singkirkan Jaka sebentar, Bitha merasa tertarik dengan pidato seseorang yang sekarang berdiri tegap menggunakan jas hitam berserta kemeja putih dengan dasi hitam tertempel rapih di sana, perawakanya tegas dengan lesung pipi miliknya menambah nilai plus untuk menarik perhatian berberapa tamu yang hadir.
Lelaki itu membenarkan letak kaca matanya, melirik teks yang berada di gengamanya sebentar. Kemudian kembali melanjutkan pidato yang sempat terjeda tadi. “Mari kita ambil satu langkah lagi. Saya telah belajar untuk mencintai diri sendiri. Jadi sekarang, saya mendorong Anda untuk Speak you'r self. Saya ingin bertanya kepada anda semua, What's you'r name?”
“Apa yang membuat Anda bersemangat dan membuat jantung anda berdetak? Ceritakan kisahmu aku ingin mendengar suara Anda. Saya ingin mendengar keyakinan Anda. Tidak perduli siapa Anda, Identitas, gender Anda, Just speak you'r self. Find you'r name and find you'r voice by speaking you'r self.”
Lelaki itu kemudian tersenyum sangat manis di atas fodium, berberapa meneriakinya semangat dan tidak berhenti memberi pujian yang membuat lelaki itu terlihat tersenyum malu. “Saya Ramanditya Pradipta, sebagai Ketua himpunan Mahasiswa mengucapkan maaf bila ada salah kata, semoga kata Saya hari ini bisa memotivasi kalian semua para pejuang muda untuk mencintai diri sendiri. Akhir dari saya, terima kasih.”
Tepukan demi tepukan memenuhi ruangan yang sekarang terdengar sangat ricuh, sudut bibir milik Bitha naik ke atas. Tanganya tanpa sadar ikut beradu, menciptakan suara yang sama pada semua peserta di sana. Pikirnya baru kali ini ia menemukan seseorang yang sangat berpikiran luas dan matang seperti Rama. Matanya melirik bagaimana lelaki itu tersenyum, berjalan meninggalkan podium dan tidak sengaja berjalan melewati Bitha yang sekarang cukup membuat gadis itu tidak berkedip saat menatapnya, lelaki itu melayangkan senyum padanya.
Mimpi apa Bitha saat ini, sungguh senyum lelaki itu sangat manis.
Dua kerjapan pada kelopak matanya, gadis itu memukul pipinya yang entah kenapa terasa panas. Malu, kenapa bisa-bisanya ia begitu kepada orang lain. Bahkan pacarnya sendiri ia lupakan.
Ngomong-ngomong tentang pacarnya, Bitha menemukan Jaka sedang merekam dengan kamera yang dari awal lelaki itu berpidato, Jaka terlihat sangat serius ketika menempatkan posisi kameranya agar mendapat hasil yang bagus. Lelaki itu sangat tidak suka kekacauan ataupun kekurangan, pacarnya itu sangat menjunjung tinggi angka kesempurnaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisu ✓
FanfictionPerumpamaan Bitha itu seperti orang buta kehilangan tongkat, menghadapi masalah yang sulit tanpa satupun sandaran. kecelakaan dua bulan lalu tidak hanya merampas susunan kehidupanya, wajah pucat pasi itu terlihat murung sekali. bibirnya tak bersuara...