"Jadi kamu temen sekelasnya adik Bitha?"
Manda terlihat mengganguk saat pertanyaan itu lebih dulu di lontarkan oleh Rama, sedangkan Bitha mengulas senyum ke arah Manda. Mereka telah membicarakan banyak hal selagi menyiapkan masakan dan menunggu Rama selesai dengan kegiatan berkemas untuk datang ke ulang tahun temannya-----Bitha pikir adiknya Rama akan mengejek dirinya seperti semua orang yang seringkali berbicara buruk merendahkannya, tetapi Bitha merasakan bersyukur jika Manda tidak melakukan itu kepadanya. Terlebih mendapatkan suatu fakta yang mengejutkan jika adik Rama berteman dengan adiknya.
"Siapa namanya tadi?" Tanya Rama, selagi lelaki itu memasukan makanan dan mengunyahnya, Manda yang mendengar itu hanya menghela nafas malas. "Bella."
"Abang gak pernah liat kamu ngajak Bella ke rumah, biasanya temen kamu ajak main ke rumah kan." Manda yang mendengar sikap Rama yang kembali mulai ingin mengetahui lingkaran pertemanannya hanya memutar bola mata malas, mengingat kembali kejadian berberapa menit lalu selagi menunggu Rama berkemas dan menduduki meja makan menyantap makanan yang mereka buat bersama atau hanya Bitha saja. mengingat kembali bagaimana Bitha berbincang denganya dengan menggunakan ponsel sebagai sarana perbincangan mereka. Sebelumnya Manda sudah tahu jika Bitha bisu, dan mengetahui kedatangan Bitha di sekolahnya berberapa hari lalu saat ia sedang menunggu supir menjemput pulang dirinya. Dan saat di dapur pun Bitha yang hampir merampas segala tugas, gadis itu nampak terbiasa memasak-----tidak berantakan dan tatanan masakannya sangat rapih.
"Gimana mau ajak Bella, sedangkan Bella gak mau di ajak temenan. Bella itu penutup banget orangnya, terlebih banyak banget orang yang nyinyir dengan urusan keluarga dia. Padahal itukan luka orang, gak seharusnya mereka berlaku sok tau sama kesakitan dan kebahagian orang yang mungkin gak pernah mereka rasain." Bitha terdiam sesaat, teringat saat ia menjemput Bella di sekolah milik adiknya itu banyak sekali yang membicarakan buruk tentangnya. Manda melihat bagaimana perubahan wajah Bitha yang sebelumnya ingin tahu namun mendadak menjadi murung, Rama menyenggol lengan adiknya sembari menatap tajam Manda yang telah membuat Bitha semakin murung.
"Maaf ya kak, aku ngomong gini biar kakak bisa lebih perhatian sama Bella. Bukan apa kak, takutnya Bella depresi terus ngelakuin hal-hal bodoh yang bisa ngilangin nyawanya sendiri." Rama melihat bagaimana reaksi Bitha yang hanya tersenyum menenangkan seolah mengatakan terimakasih kepada Manda karena telah memberikan masukan tentang kehidupan Bella di lingkungan sekolah, Rama ikut tersenyum kemudian melihat jam yang tertempel di atas pintu sudah menunjukan pukul lima sore. Buru-buru membereskan makannya Bitha yang melihat itu mengerti saat ia ikut melihat ke arah jam.
"Ayo Ta, kita nyari kado dulu baru pergi ke pesta, sisa dua jam lagi." Bitha mengganguk, membenarkan letak surainya sesekali merapikan Sweeter miliknya yang nampak kusut, Manda yang mendengar itu lantas menarik perhatian pada penampilan Bitha. "Seriusan mau pergi ke pesta sama pakaian itu?"
Bitha menatap binggung pikirnya emang apa yang menjadi masalahnya. Ia bahkan sering memakai baju seperti ini saat pergi ke acara apapun, menurutnya Jeans dan Sweeter adalah pakaian terbaik. Manda melihat ke arah Rama yang sekarang juga ikut melihat penampilan Bitha, menurutnya apapun yang di pakai Bitha selalu bagus jadi ia tidak mempermasalahkan selagi Bitha nyaman dengan apa yang ia pakai. Manda mendecak mendapatkan ekspresi bengong dari keduanya. "Abang mau pergi ke ultahnya Bang Agus kan?"
Rama mengganguk. "Iya, kenapa kamu mau ikut juga?"
Manda yang mendengar itu hanya menggeleng tidak habis pikir, Rama ini sudah kelewatan pintar jadi jika di hadapi dengan hal seperti ini lelaki itu menjadi orang yang paling bodoh. "Abang niat malu-maluin Kak Bitha di hadapan temen-temen Abang? Ya gila aja Abang suruh Bitha pake baju ginian buat acara penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisu ✓
FanfictionPerumpamaan Bitha itu seperti orang buta kehilangan tongkat, menghadapi masalah yang sulit tanpa satupun sandaran. kecelakaan dua bulan lalu tidak hanya merampas susunan kehidupanya, wajah pucat pasi itu terlihat murung sekali. bibirnya tak bersuara...