BAB 19 : Rantau

465 72 0
                                    

Ketukan pena pada meja membuat Rama hilang fokus dengan tugas yang sedang ia kerjakan, nampak Bitha terus-terusan mengetuk dengan pandangan kosong seperti sedang menimang-nimang sesuatu, raut gelisah dan cemas tampak menghiasi setiap lekuk wajah milik Bitha, Rama yang melihat itu menurunkan pandanganya pada tangan Bitha yang mengetuk-ngetuk tidak berhenti.

“Lo kenapa sih?” tanya Rama, lelaki itu melepaskan kaca mata tebal miliknya. Melihat ke arah Bitha yang nampak menyadari keresahannya sendiri, gadis itu menggigit ujung kuku miliknya ragu setelah itu mengacak-acak surainya frustasi. Membiarkan layar laptop miliknya mengarah sepenuhnya ke hadapan Rama, lelaki itu mengangkat alisnya tidak mengerti menatap ke arah Bitha sedangkan gadis itu mempersilahkan Rama untuk membaca apa yang berada di hadapanya.

Bitha melihat Rama mulai memasang kaca matanya kembali buru-buru mengetikkan sesuatu pada layar ponsel miliknya, sedangkan Rama tersenyum membaca kata per kata.

From: PT Bintang pustaka
To: Bitha Chalinda Berlyn

Selamat pagi, kami dari PT Bintang pustaka tertarik dengan novel yang anda ikut sertakan dalam lomba bulan lalu, tujuan kami mengajak anda untuk bekerja sama menerbitkan salah satu cerita anda dalam naungan perusahaan kami. Untuk pertimbangannya kami akan tunggu sampai akhir bulan, terima kasih atas perhatiannya.

Info lebih lanjut hubungi kami via E-mail, WhatsApp, Instagram.

Rama membalik layar laptop kembali ke hadapan Bitha, masih dengan senyumnya. “Tunggu apa lagi, ini peluang Lo jangan di sia-siain.”

Bitha menyerahkan ponselnya ke arah Rama. Lelaki itu menerimanya, kemudian membacanya dalam diam. “Ini bukan penipuan kan? Gue gak percaya, perasaan cerita gue gak menarik sama sekali. Kenapa orang sampai mau nerbitin ini cerita, gue butuh alasan.”

Rama menghela nafas berat. “Gak semua butuh alasan Ta, cerita Lo bagus kok Lo aja yang ngerasa itu gak layak buat di lirik ataupun sampai di terbitin, coba aja dulu. Lo kan punya banyak Followers di Instagram promosiin aja di sana biar narik pengikut Lo buat beli dan baca karya Lo. Gak ada yang gak mungkin, mau di benci atau di puji itu urusan belakangan. Jarang-jarang ada orang yang di email langsung dari perusahaanya, biasanya penulis yang sibuk kirim-kirim naskah yang ngeluarin banyak biaya udah gitu nasib-nasiban di terima atau ngak.” mengembalikan ponsel milik Bitha, gadis itu terdiam di tempatnya. Nampak berpikir sejenak, kemudian kembali mengetik. “Gue gak mau buka akun sosial media milik gue, rasanya takut banget jadi korban Cyber bullying. Gue gak sanggup Ram, buat munculin diri gue lagi di publik dengan ketidaksempurnaan gue sekarang.”

Rama juga terdiam mencoba mengerti posisi Bitha yang sekarang sedang berada di bawah dan di tinjak-tinjak, sedangkan Bitha sudah membicarakan perjanjian dengan perusahaan saat di via Whats App semalam.

“Jika buku anda bisa menjadi best seller, ada kemungkinan karya anda kami tarik untuk segera di jadikan film. Di karenakan berberapa sutradara sekarang sibuk mencari berbagai macam karya tulis yang layak di jadikan film layar lebar.”

“Untuk biaya peruntungan akan kami bicarakan saat kita melakukan rapat secara langsung.”

“Jika anda berkenan dan mepersetujui penawaran kami, silahkan datang ke perusahaan pusat kami di Jakarta.”

“Awal bulan depan anda bisa datang ke kantor kami.”

Bitha tersadar dari lamunannya, saat Rama mengibaskan telapak tanganya di hadapan gadis itu-------mencoba membuat Bitha kembali sadar pada aksi lamunananya, dapat Bitha lihat  Rama nampak menahan kesal dan penasaran. “Lo kenapa sih Ta, udah gue bilang dari awal kan. Jangan pikirin perkataan orang, sekarang Lo maju tutup mata dan telinga Lo, mau sekuat apa badai di depan Lo nanti, Lo harus maju sampai nemuin titik di mana harusnya Lo berdiri, jangan mundur walau Lo udah penuh luka dan sekarat. Ingat, gue ada di sisi Lo, ngedukung Lo bagaimanapun caranya.”

Bisu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang