BAB 13 : Lari

440 74 2
                                    

"Olahraga yang Lo sukain apa?"

Rama yang baru saja datang memilih untuk duduk sebentar setelah itu meletakan buku-buku miliknya di atas meja menaikan satu alis saat melihat Bitha yang sekarang tersenyum sembari menyerahkan potongan kertas yang tidak karuan bentuknya bersama berberapa tinta yang menggores membentuk kata di sana mau tidak mau membuat Rama mengambilnya. setelah membaca kertas yang gadis itu tulis Rama memilih menatap Bitha dengan senyuman mengesalkan. "Gue gak suka Olahraga."

Bitha hanya mencebik pelan yang di mana membuat gadis itu terlihat sangat lucu di mata Rama, melihat bagaimana Bitha mulai menuliskan kembali kata di sana terlihat surai milik gadis itu menjuntai panjang ke bawah bersamaan dengan wajah putih milik Bitha yang bagaikan jerawat atau bercak merah tidak Sudi mampir dan menetap di wajahnya, kulitnya terlihat halus dan bersih. Bitha sering sekali memakai Sweeter atau Jaket di musim hujan dan panas, sangat berbeda dengan berberapa gadis yang lebih suka memakai pakaian terbuka dengan menampakan lekuk tubuh mereka. Bitha itu sederhana dan menarik, itulah yang membuat Rama tertarik sejauh ini.

"Hidup itu hanya sekali, jadi manfaatin waktu sebaik mungkin." Baca Rama saat Bitha meletakan kertas yang sebelumnya gadis itu tulis, kemudian gadis itu tersenyum ke arah Rama membuat lelaki itu hanya mengulas senyum tipis. "Salah, kita cuma mati satu kali. dan kita hidup setiap hari."

Bitha mengerucutkan bibirnya sebal, kenapa sih pikiran Rama itu sempurna sekali. Bitha jadi minder sendiri kalo mau menasehati seorang Rama, gadis itu mengetuk-ngetuk ujung pena miliknya nampak melamun. Rama yang melihat itu ikut memperhatikan raut wajah milik Bitha yang nampak murung------terlihat lebih murung dari sebelumnya. Lelaki itu berdeham pelan. "Jadi olahraga apa yang Lo senengin?"

Gadis itu nampak berpikir sebentar, sebelum menulis pada kertas miliknya. "Gue suka lari, gue bisa istirahat setelah lelah sehabis lari."

Rama menaikan satu alisnya merasa ada yang janggal dengan pernyataan tentang apa yang di tulis Bitha, lelaki itu memainkan ujung robekan kertas kemudian menatap ke arah Bitha yang sekarang ikut menatap ke arahnya. Kantung mata milik gadis itu hitam dan besar, matanya merah berkaca-kaca. Lipatan bengkak matanya sedikit membuat mata milik gadis itu mengecil------terlihat habis menangis semalaman. "Bukan karena lari Lo bisa meredahkan emosi Lo jadi rasa lelah?"

Gadis itu menatap Rama sebentar, sebelum berbalik melirik ke arah lain. Rama mendekatkan kursi ke arah meja yang mereka tempati, melirik seksama bentuk rupa milik Bitha yang sekarang terlihat jelas jika gadis itu tidak baik-baik saja. Mengehela nafas berat, Rama memberanikan diri untuk bertanya. "Sekarang gue tanya, kenapa Lo nangis?"

Bitha terdiam bersama segala ingatanya tentang kejadian semalam di mana gadis itu memilih berjalan dan berlari keluar dari rumah dengan perasaan sesak bukan main, tidak tahu ia berjalan dan berlari sejauh apa. Pukul setengah tiga pagi dia pulang dengan kaki kebas bukan main dengan raga yang mulai melemah butuh istirahat karena kelelahan. Tampak Bitha mengigit bibir bawahnya kuat sesekali menekan ujung lancip pena menyebabkan tinta mengotori ujung ibu jari miliknya. "Gue gak nangis, gue cuma kurang tidur."

Bitha ini kalau sedang sedih bisa menjadi sosok manipulatif, padahal sangat terlihat jelas getar tubuh gugup gadis itu menjawab dengan matanya yang bergetar gelisah-----ketakutan.

"Ta?" Bitha menoleh sesekali mengulas senyum paksa, membuat Rama gemas sendiri melihatnya. Apa masalah gadis itu sangat besar sehingga Bitha memilih untuk memendamnya sendiri, dan menjadikanya bodoh sendiri karena melihat diri Bitha yang mulai membatasi lingkaran lukanya dari jangkauan Rama.

Mulut lelaki itu terbuka ingin mengatakan berberapa kata namun terhenti saat suara dering ponsel milik lelaki itu memecah keheningan, Rama mendecak pelan sesekali mengatakan kata tunggu buat Bitha. Gadis itu hanya mengganguk, berterimakasih kepada orang yang menelpon lelaki itu. Sehingga Bitha untuk sekarang tidak perlu membicarakan perihal kesakitan hebat yang ia lalui semalam.

Bisu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang