BAB 15 - Right here

402 73 17
                                    

"Ta?"

Bitha sendari tadi terdiam menatap pantulan dirinya dan bulan di atas air kolam renang yang sangat tenang, sontak menoleh ke arah dimana Rama sekarang memanggilnya setelah bermenit-menit berlalu, acara belum sepenuhnya di mulai pertemuan dirinya bersama Jaka sangatlah tidak terduga-----berberapa celaan dan hinaan kembali muncul kepermukaan Indra telinganya, meresap ke dalam hati miliknya membuat Bitha merasakan sesak di dada kembali menghampiri.

"Kita pulang aja kalo Lo ngak nyaman, gue anter Lo pulang ya. Urusan gue gampang, nanti gue balik lagi ke sini." Rama kembali buka suara di barengi dengan gerak kepala milik Bitha menggeleng pelan, menunjukan senyum tipis------seolah berkata dia baik-baik saja. Menarik lengan lelaki itu untuk berjalan meninggalkan tempat yang sebelumnya Rama mengajak gadis itu menjauh dari banyak orang berbicara buruk tentang dirinya.

"Dih emang gak punya malu si bisu, heran gue."

"Palingan juga Rama bakal jadi selingan dia."

"Rama bego, sama gue aja napah dari pada sama si bisu. Udah gak punya malu gak punya harga diri pula dia."

"Murahan banget liat tuh, habis putus dari Jaka dia deketin si Rama."

"Orang tua dia kan cerai gitu ya, dia bangkrut. palingan pingin morotin harta si Rama aja dia. Modelan si Rama kaya melintir gitu gak."

"Iya, dih kalo gue jadi dia buru-buru sadar diri. Dia malah gak punya malu anjir."

"Ada orangnya woi."

"Gue pikir udah pulang dia, masih kuat aja mental dia."

"Ya namanya aja si bisu gak tau malu."

Bitha hanya kembali menunduk tidak ingin kembali mendengarkan, atau mencoba untuk menulikan telinganya sendiri. Melihat ke arah gadis-gadis yang sebelumnya sibuk mencibir dirinya tadi nampak mengulas senyum tipis saat Rama menatap ke arah mereka, langkah kaki milik lelaki itu terhenti terlihat ingin mengatakan sesuatu namun dengan cepat Bitha mendongak menatap ke arahnya memohon untuk tidak membuat masalah, Rama hanya menghela berat selagi Bitha menarik dirinya menjauh dari jangkauan gadis-gadis bermulut ular.

"Ta, seriusan gue gak pa-pa dah nganter Lo pulang sekarang, kita pulang aja ya. Gue gak mau Lo denger yang buruk lagi." Rama berbicara selagi menarik sebelah lengan milik Bitha untuk ia gengam------berharap Bitha mempersetujui ajakannya, sungguh ia marah sekali bagaimana di setiap sudut pasti saja menatap Bitha rendah, jijik dan menghina. Bisikan-bisikan mereka justru membuat Rama semakin kesal, menyakitkan melihat bagaimana raut wajah milik Bitha yang jelas-jelas mencoba berpura-pura terlihat baik-baik saja.

Bitha merongoh ponsel miliknya, mengetikan berberapa kata di sana. Satu menit berlalu, sampai pada saat ponsel milik Bitha sudah berada di gengaman Rama dan lelaki itu membaca satu persatu kata yang Bitha ketik. "Gue gak mau kalah Ram, mereka mau liat gue sedih terus pulang karena kalah. Gue gak mau, Lo sendiri yang bilang kalo gue harus buat mereka yang hina gue jadi tunduk sama gue. Gue gak pa-pa, karena gue punya Lo di sisi gue saat ini. Lo udah janji, gak boleh ingkar!"

Bitha tersenyum saat Rama sekarang melihat ke arahnya dengan tatapan bangga, terlihat bagaimana mata Bitha berkaca-kaca menatap ke arahnya------ada banyak luka yang Bitha telah simpan dan di sembunyikan, bagi Rama yang mengerti di mana arah luka yang di miliki Bitha membuat lelaki itu ikut terenyuh sedih, bagaimana Bitha bisa tumbuh sekuat dan setegar ini setelah banyak luka yang ia terima tanpa jeda gadis itu masih bisa menahan tangisnya.

Puncak kepala milik Bitha terasa berantakan lantaran di acak oleh Rama. Bitha hanya kembali tersenyum saat jejak hangat pada kepalanya berpindah pada telapak tanggan miliknya. Rama tersenyum sembari menarik Bitha untuk berjalan ke inti tempat acara itu di adakan, lelaki itu mengulas senyum tipis saat berdiri berdampingan dengan Bitha sembari menatap ke arah Agus yang sekarang sedang memotong kue ulang tahun miliknya.

Bisu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang