Kedua insan itu terdiam, sembari menatap keluar kaca mobil terlihat hujan gerimis membasahi kota besar Jakarta, terdengar ribut seruan klakson mobil ataupun suara deru mesin. Sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam, Jaka memutuskan untuk mengantar Bitha kembali ke rumah. Hening------suara radio pun tidak terdengar sama sekali.
"Bi?" Bitha menoleh sesaat Jaka memanggil namanya, gadis itu melirik ke arah Jaka dengan tatapan mata kenapa. Namun terlihat jika Jaka mengulum bibirnya terbuka dan tertutup, seperti kalimat itu sangat susah untuk di ungkapkan.
"Kamu suka Rama?" Tanya Jaka ragu, Bitha yang mendengar itu mengganguk mantap. Jaka yang melihat jika mata gadis itu tidak bergetar berbohong lantas mengalihkan padangan ke arah luar kaca mobil, terlihat Jaka mengetukkan jemarinya ke sisi kemudi. "O-oh gitu."
Bitha tidak ingin menanyakan kenapa Jaka bertanya pertanyaan random seperti itu, teringat sebelum ia pergi ke rumah lelaki itu pasti Jaka sudah melihat dirinya di antar oleh Rama yang sempat berbincang dengan orang tua Jaka, untuk hari ini saja Bitha tidak ingin memikirkan perasaan siapapun, termasuk mungkin anggukan kepalanya tadi sudah menghancurkan hati milik mantan pacar. Suasana hati miliknya sedang kacau untuk sekarang, tidak ingin memikirkan apapun selain kepentingan dirinya sendiri.
Bitha ingin menjadi egois untuk hari ini, mencoba menghapus eksistensi Jaka pada hari-harinya. Mencoba terbiasa tanpa pesan, tatapan dan sentuhan lelaki itu yang mungkin meruntuhkan pertahanannya untuk perhatian, sayang dan kembali cinta. Bitha sudah mencoba segala cara untuk merelakan semua yang telah terjadi, menerima kehadiran Rama yang berberapa hari ini ikut serta menghapus perlahan perasaanya kepada Jaka.
Berberapa hari belakang Bitha telah menjadi sosok yang lain, tidak terlihat untuk menunjukan raut wajah kesal, senang dan sedih. Datar, kehidupan dan raut wajahnya terlihat sangat datar. Entahlah, Bitha merasa dirinya hanya perlu menunjukan apa yang sebenarnya ia rasakan, menjadi sosok yang belum pernah Jaka kenal sebelumnya.
Bitha terlalu banyak menerima luka dan rasa sakit, sehingga saat ia telah terbiasa bermandikan luka gadis itu akan terlihat biasa-biasa saja, namun tatapan matanya menjelaskan semuanya jika ia sedang tidak baik-baik saja. Kacau, tecekik dan ternggelam, gadis itu berharap di selamatkan. Namun yang ia temukan hanyalah lautan tanpa dasar, dan daratan tanpa tepi.
×××
"Liat diri Lo sekarang, Asik keluar dari pagi sampe malem dengan beda-beda cowo, bukanya bantuin Ibu lagi sakit, puas lo ngancurin semuanya, kenapa Lo gak mati aja sih kemarin dari pada jadi parasit di keluarga ini!"
Bitha baru saja melepaskan sepatunya lantas menatap ke arah presensi Bella yang duduk di ruang tamu menatap Bitha penuh amarah, tangan dan kaki milik Bitha ingin sekali berlari ke arah Bella, menerjang dan memukul gadis itu sampai babak belur, biar gadis itu merasakan apa yang ia rasakan. Namun Bitha memilih untuk tetap diam di tempat, menatap presensi Adik kecilnya yang dulu sangat mengemaskan berubah menjadi sosok monster yang mengerikan karena terlahir dari lingkungan keluarga yang hancur, memilih untuk berjalan menuju ke arah tangga meninggalkan Bella yang sekarang merasa marah terabaikan.
"Lari aja terus Lo dari masalah-masalah Lo, emang seperti itu sifat asli Lo kan?!" Pekik Bella menggema, Bitha menoleh dengan kepalan tangan yang ia gengam kuat-kuat sampai buku-buku kuku miliknya memutih. Andai ia bisa berbicara membalas perkataan menyakitkan Bella, tapi semua itu tidak mungkin terjadi walaupun ia berteriak sekencang mungkin suaranya tidak akan pernah kembali seperti dulu. Bitha berjalan dengan langkah terseret menuju ke arah Bella, mengeluarkan ponsel miliknya berusaha mengetik berberapa kata agar adiknya itu mengerti. "Terus salah Lo dimana? Kalo semua kesalahan Lo tuduh ke gue semua, terus gue mau nanya udah merasa berguna Lo, udah merasa paling bener sekarang Lo. Sekolah masih di biayain Gue aja bangga Lo, bukan Lo yang paling tersakiti di sini Bel. Keluarga ini hancur karena memang dari awal Ayah selingkuh, Ayah ngelakuin KDRT sama Ibu. Semua biaya rumah Ayah gak pernah ngasih lagi, apa Lo tau gue bolak-balik dari pagi sampe malem cari uang buat lo sama ibu, gue tahan gak kuliah demi nyari biaya makan sama sekolah Lo biar gak putus. Gue tanya deh sama Lo selain nyalahin gue, kurang ajar sama gue terus apa lagi? Mikir Bel, Lo gak bisa sekolah sampai di posisi Lo sekarang ini kalo bukan dari hasil keringet kerja gue nyari duit!"
"Lo itu gila! Depresi, penyakit mental milik lo itu yang buat keluarga ini semakin hancur! Udah sepantasnya Lo kerja buat bayar sekolah sama uang makan yang sebelumnya abis buat berobat nyelametin Lo karena penyakit mental Lo itu, impas kan! Emang kalo dari awal Lo gak nyari masalah semua gak bakal kek gini." Bitha yang mendengar itu tidak tahan untuk menampar mulut sialan milik Bella, layangkannya pukulan pada bibir milik Bella sampai gadis itu terdorong ke belakang sembari memegangi bibir miliknya yang terasa panas oleh pukulan Bitha.
Menatap ke arah Bitha tidak percaya, emosi Bitha semakin memuncak di kala Bella bersiap menamparnya balik. Bitha menangkis kemudian menjambak Surai milik Bella geram, sudah terlalu marah dan emosi. Bella benar-benar keterlaluan kepada dirinya, tidakkah Bella tahu bahwa hari yang Bitha lalui semakin berat dari hari ke hari, air mata telah luruh membasahi wajahnya kemudian berteriak sekuat mungkin di wajah milik Bella yang sekarang mendongak menatap Bitha saat gadis itu masih saja menjambak Surai milik Bella tanpa ampun.
"Bitha! Apa yang kamu lakuin, lepasin adek kamu!" Terlihat Ibu menarik tanganya yang sebelumnya menjambak kuat Surai milik Bella terlepas, menyisakan berberapa helai Surai yang rontok saat tertarik di celah jemarinya. Bitha terduduk di lantai, menatap kedua orang yang sekarang menatap ke arahnya takut. Terlihat Bella yang menangis sembari memeluk Ibu, di lihatnya pada jemari miliknya yang kembali Tremor parah, detakkan jantungnya menggila bukan main mengurai surainya ke belakang mengigit bibir kuat sampai lupa rasa anyir menyapa Indra pengecap miliknya.
Gue bukan monster, gue gak gila. Gue gak gila kan?
[ ]
A/n: sengaja bikin pendek, abisnya kesel bat gue sama semua orang hari ini. Kalian gimana? Baik gak hari kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisu ✓
FanfictionPerumpamaan Bitha itu seperti orang buta kehilangan tongkat, menghadapi masalah yang sulit tanpa satupun sandaran. kecelakaan dua bulan lalu tidak hanya merampas susunan kehidupanya, wajah pucat pasi itu terlihat murung sekali. bibirnya tak bersuara...