BAB 16 - Kedatangan Sang Mantan

450 77 12
                                    

“Kita pulang ya?”

Bitha yang sebelumnya terdiam menatap ke arah di mana Rama menatapnya dengan khawatir di sana, sedangkan Manda yang sebelumnya membantu untuk Bitha berganti pakaian milik gadis itu sebelum pergi ke pesta, baju yang pinjamkan Manda nampak basah terlihat dengan Surai milik Bitha yang masih lepek dan basah. Sedangkan bagian depan baju milik Rama ikut lembab akibat membantunya untuk keluar dari kolam, pandangan milik Bitha terlihat kosong dan bingung----masih terkejut dengan apa yang terjadi denganya.

Manda melihat ke arah Bitha dengan tatapan Khawatir, mengganguk mempersetujui ajakan Rama. “Iya, kak Bitha pulang aja. Nanti  masuk angin pake baju lembab gitu.”

Semuanya terjadi dengan cepat, kedatangan Manda bersama adik Agus adalah hal yang tidak pernah Bitha dan Rama duga. Ternyata Manda menyusul pergi dengan adik perempuan Agus yang menjemputnya untuk pergi bersama ke acara ulang tahun dan tunangan kakaknya. Terlihat Bitha menunduk melihat sepatu miliknya yang tidak terikat dengan rapih, tanganya kembali tremor----merasa bersalah atas kehadirannya yang hanya mengacaukan dan merusak acara orang, jujur ia kesal sama diri sendiri.

Gadis itu hanya mengganguk sebagai jawaban dengan Rama yang mengajak gadis itu untuk segera bergerak pada posisi awal untuk masuk ke dalam mobil, sedangkan Manda memilih untuk duduk di kursi belakang. Membiarkan Bitha dan Rama berada di depan, sebelum melajukan mobil miliknya Rama melirik sebentar ke arah Bitha yang masih terdiam dan menunduk. Menghela nafas pelan, menghidupkan mesin dan menarik rem tangan kemudian meninggalkan kediaman Agus.

×××

“Lo da-----eh Manda?” Bella yang sebelumnya ingin mencerca Bitha habis-habisan mendadak terdiam dan membolakan matanya mendapati Manda yang merupakan teman satu kelasnya itu berdiri berdampingan dengan Bitha, kemudian menatap keduanya secara bergantian mencoba meneliti bagaimana kedua manusia ini bisa saling kenal dan berakhir datang ke rumah secara bersamaan.

“Hai bel.” sapa Manda dengan senyum manis, melirik ke arah Bitha yang tersenyum tipis sekali. Kemudian melihat ke arah Bella dengan senyum yang ketara sekali tidak enak, sembari melirik ke dalam isi rumah di belakang punggung Bella yang pintunya terbuka setengah. “Oh Ya, gue langsung pulang ya, maaf banget udah larut gak sempet mampir. Mau nganter kak Bitha aja, lain kali pulang sekolah kita main bareng ya.”

Bella hanya mengganguk ragu, Bitha melirik ke arah Manda dengan senyum yang terlihat seperti mengatakan terimakasih telah membantu menyelesaikan semua masalah yang ia kacaukan hari ini.

“Kak Bitha, Bella. Gue pulang ya!”

Bitha dan Bella sama-sama mengganguk, Manda jalan menjauh keluar dari perkarangan rumah dan memasuki kursi penumpang samping supir mobil, membuka kaca jendela dan melambai dari sana------di balas oleh Bella dan Bitha juga, sampai saat keberadaan Mobil milik Rama menghilang setelah melewati persimpangan Bella masuk lebih dulu ke dalam rumah, namun sebelum benar-benar meninggalkan Bitha gadis itu berkata satu hal yang membuat Bitha menghela nafas lelah sekali

“Ada Kak Jaka, samperin gih jangan sampe pulang kemaleman. nanti jadi omongan tetangga, bertamu gak tau waktu.”

×××

“Kamu gapapa?”

Bitha hanya mengganguk, sesekali melihat ke arah jam di dinding sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Kemudian kembali melihat ke arah Jaka yang masih terdiam setelah pertanyaan yang di lontarkan lelaki itu, masih teringat jelas di ingatan Bitha saat jatuh di kolam tadi, lelaki itu memilih untuk mengejar Karen yang tiba-tiba saja meninggalkan tempat. Sebenarnya Bitha tidak mengharapkan jikalau Jaka akan merelakan dirinya ikut menyebur kedalam kolam untuk menyelamatkannya hanya saja Bitha lupa jika lelaki itu sudah punya sesuatu yang lain lebih penting dari pada dirinya.

“Aku baik-baik aja, sebaiknya kamu pulang, udah larut.” setelah membaca pesan dari ponsel milik Bitha, Jaka berdeham pelan. “Aku minta maaf buat nyakitin kamu terus, dan tadi gak nolongin kamu.”

Bitha yang mendengar itu hanya mendecih-----tidak habis pikir, gadis itu mengetik dengan cepat pada ponsel miliknya. Dan pada menit ke tiga ponsel miliknya telah mendarat dengan mulus di tanggan milik Jaka. “Sakit dari kamu gak sebanding dengan sakit yang berhari-hari aku rasain, sebelum aku kenal kamu juga aku udah sering sakit hati. Sakit dari kamu itu bonus dari rasa sakit yang udah biasa aku terima. Jangan pernah nyalahin diri kamu, aku bisa hidup dengan baik tanpa kamu. Buktinya aku masih bisa senyum, sehat dan gak ngehindarin kamu. Walaupun udah jelas-jelas kamu yang khianatin aku, aku mohon sama kamu Ka, udah baca pesan aku kan? Aku ngelepas kamu, kamu gak perlu merasa bersalah sebagaimana kamu nyelingkuhin aku dulu, aku gak butuh rasa kasihan kamu Ka. Jadi, mulai sekarang aku mohon banget buat gak perlu repot-repot ikut campur urusan aku lagi, kamu juga udah punya Karen kan? Kita mantan. Ngerti kan?

Jaka terdiam di tempatnya, Bitha mengambil ponselnya kembali untuk mengetikan berberapa kata sebelum ia mengusir Jaka untuk segera pulang. “Jangan ngelibatin orang lain dari hubungan masa lalu kita, Rama gak salah. Aku gak mau liat Rama sakit karena pukulan kamu. Aku gak pernah nyari masalah sama Karen, jadi jangan pernah ngejauhin orang yang untuk sekarang peduli sama aku.  Kamu boleh pulang sekarang, udah larut. Gak baik di liat tentanga.”

“Jadi Lo beneran suka sama Rama, udah pernah ciuman pelukan gitu. Oh, atau Lo takut gue nyakitin Rama karena cowok cupu itu ngadu ke Lo? Atau lebih parah lagi Lo udah jual harga diri Lo sama dia?” perkataan Jaka mendapat tamparan hebat dari Bitha yang sekarang menatapnya berkaca-kaca------perkataan Jaka keterlaluan, tidak seharusnya lelaki itu berkata demikian. Kemudian mendorong bahu milik Jaka dengan kasar untuk keluar dari rumah miliknya-----dengan keadaan lelaki itu masih memegang sisi pipi kanan miliknya yang terasa panas dan terbakar akibat tamparan Bitha. Pintu tertutup dengan kuat setelah Jaka sudah benar-benar keluar dari rumah milik Bitha.

Ting!

Satu pesan masuk, membuat Jaka membuka ponselnya. Nama Bitha terpampang jelas di pesan yang paling utama dan terbaru, lelaki itu membukanya mulai membaca kata perkata yang gadis itu ketikan-----masih dengan posisi tanggan sebelahnya memegang pipi miliknya yang sakit.

Bitha :

[ Aku gak perlu kamu kasihani, Aku baik-baik saja. Bahkan, sampai kamu menjatuhkan aku hingga titik terendah tak bersisa.
Jika awan gelap kembali menghampiri, Aku bisa menghindar agar tidak jatuh lagi.
Tidak sakit lagi. Bahkan, sampai rintik itu membasahi aku masih bisa memakai payung yang aku pegang seorang diri. Aku cinta, namun tidak bodoh. Aku bisa hidup tanpa kehadiran sosok kamu, tersenyum, makan dan menjalani aktifitas sehari-hari dengan baik tanpa goresan sedikitpun. Dulu, suka duka adalah milik kita berdua.
Namun sekarang; semua tidak ada artinya, semuanya hanya tinggal menjadi kenangan yang ada kalanya di kenang ataupun di lupakan. ]

[ ]

A/n: jadi gengs, mau bilang apa nih misal punya mantan kek Jaka yang labil sangat. Part ini lumayan pendek wkwk awas lo gak boleh protes tak tumbuk nanti kalean hehe

Bisu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang