BAB 9 : Ungkapan Hati Jaka

507 81 4
                                    

"Kamu udah tau orang tua Bitha bercerai?"

Jaka yang baru saja mendudukan diri di meja makan lantas terdiam, sudut hatinya berdetak sakit. Entah kenapa, ia terkejut mendapati fakta jika orang tua Bitha bercerai, terlebih mengingat kejadian kemarin saat di perpustakaan kota Bitha menangis menyesakkan di sana, dapat Jaka simpulkan jika tangis gadis itu adalah perceraian di antara kedua orang tuanya.

Lelaki itu mengambil satu potongan telur dadar, meletakkannya pada piring yang telah berisi nasi miliknya. "Mama tau dari siapa coba, salah informasi kali."

"Terus kamu sebagai pacarnya aja gak tau, gimana ceritanya coba? Kamu tau kan Tante Ismi temen Mama arisan itu yang tetanggan sama Bitha bilang sama Mama. Kalo sebelum sama sesudah Bitha sakit itutuh mereka udah banyak bertengkar. Mama kasihan sama Bitha, kamu ajak main gih dia ke sini biar Bitha bisa sedikit cerita sama Mama." Wanita paruh baya itu menuangkan air ke dalam gelas, kemudian meletakkan cangkir yang telah terisi air putih itu ke samping piring makan milik Jaka.

"Aku udah putus sama Bitha, semingguan yang lalu." Kata Jaka, lelaki itu menunduk sembari memainkan makanannya. Takut mendengar reaksi Mamanya saat Jaka berbicara seperti itu.

"Pasti karena Karen itu ya, kamu selingkuh dari Bitha?" Merasa nama Karen di ikut sertakan, Jaka mendengus tidak setuju. "Mama kenapa sih gak pernah suka sama Karen, Bitha juga selingkuh jadi gak masalah dong kami putus."

"Kamu gak tau ya, si Karen itu kalo ke sini Ka, Mama perhatiin banget, dia lebih sering nempel sama kamu gak tahu malu. Sedangkan Mama ada loh di samping kalian, gak sopan itu. Buktinya kalian makan di rumah si Karen itu gak pernah bantu Mama masak, nyiapin makanan sama nyuci piring bekas makan dia sendiri aja ngak. Di sana aja udah keliatan dia anaknya manja, pemalas. Beda sama Bitha, baru dateng aja dia nyamperin Mama dulu baru kamu, Bitha rajin. Buktinya kamar kamu aja yang berantakan dia yang bersihin." Wanita paruh baya itu mengoceh panjang lebar, sesekali kakak dari Jaka nyeletuk untuk ikut menceramahin adiknya. "Bersyukur Lo dapet Bitha, tapi Bitha yang kasihan punya pacar brengsek kek Lo."

"Heh Abang, gak boleh bicara gitu sama adek." Sang mama menegahi, membuat Jaka menatap malas kakak laki-lakinya yang berada lima tahun lebih tua darinya itu bernama Sakti Pratama----pengusaha muda, masih proses percarian Bini. Sok-sokan menasihati Jaka padahal dia sendiri belum mendapat pasangan hidup dengan umur yang semakin bertambah, tingkah tengilnya sering membuat Jaka kesal setengah mati seperti sekarang ini.

"Gue aja kalo Lo gak mau sama Bitha, gue jadiin istri dia kalo bisa, itu kalo dia juga mau. Bukan kek hubungan Lo gak jelas." Jaka ingin saja melemparkan cangkir yang berisi air putih ini kepada wajah Sakti yang sekarang melihat dia dengan raut wajah mengesalkan. "Apa? Udah jadi mantan juga kenapa Lo marah?"

"Heh, kamu dengerin mama dulu Jaka. Jangan masuk kuping kanan keluar kuping kiri kalo Mama lagi ngomong. kamu itu keras kepala banget. Heran Mama mau ngomong sama kamu ini biar ngerti kek mana. Udah Mama bilang berkali-kali, carilah cewek yang bisa ngerawat kamu dengan baik, bukan cuma bisa manja-manja sama kamu. Mau dia cantik kalo pemalas percuma Ka, gak penting itu derajatnya mau tinggi atau rendah. Cukup bisa ngerawat keluarga ,anak sama suami itu kunci pokok yang pertama." Jaka yang mendengar itu hanya diam, sesekali menatap kesal Sakti yang sekarang ikut mengganguk-angguk setuju dengan perkataan Mama. "Tuh dengerin tuh, jangan mau makan cinta aja Lo. Mau apa segala urusan hidup Lo pembantu Lo semua yang ngerjain, sedangkan istri Lo cuma leha-leha. Lo capek pulang kerja cari duit, kang urut yang mijitin bukan istri Lo, mau Lo?"

"Apaan sih, orang baru juga kuliah udah ngomongin istri-istri. Bang Sakti noh. mau Lo jadi pejaka tua?" Sakti yang mendengar itu ikut menahan kesal, sementara Jaka puas dengan perkataanya bisa menyinggung lelaki tua yang tidak ingat umur itu. Wanita paruh baya yang berada di tengah-tengah mereka melihat kedua putranya itu hanya memijit kepala pusing. "Untuk kalian berdua, carilah istri yang baik yang bisa ngerawat keluarga, anak dan suami. Almarhum Papa kalian juga bilang begitu, jadi Mama mohon banget sama kalian jangan suka main sana sini, karena nyari temen hidup itu susah."

Bisu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang