BAB 17 - Awal keberhasilan

483 75 13
                                    

“Pasti menang kita, yakin aja.”

Bitha sendari tadi hanya memutar bola mata malas saat melihat Rama yang juga sama gugupnya menunggu hasil pengumuman lomba tulis kemarin yang mati-matian mereka kerjakan, tinggal tiga hitungan mundur, Bitha memilih menjauh dari layar laptop karena tidak sanggup melihatnya menyerahkan laptop ke hadapan Rama yang menukik alisnya tampak serius.

“Tiga.”

“Dua.”

“Satu.”

Lelaki itu menghitung mundur, tepat pada hitungan satu Rama nampak terdiam sesaat. Membuat Bitha menghembus nafas pelan, melihat dari reaksi lelaki itu Bitha mengerti tidak perlu di jelaskan. mata gadis itu menatap ke arah Rama seperti-------kita gagal ya?

“Hah? Bentar-bentar, gue gak kelihatan nih tulisannya kecil amat.” kemudian lelaki itu memilih untuk mangambil kaca mata miliknya di belakang kursi kemudi-------setelah menemani Bitha terapi, mereka memilih untuk menunggu hasil lomba di mobil. namun saat telah menemukan kaca mata miliknya, Rama ingin berbalik ke arah Bitha namun gadis itu menungkupkan wajah, terlihat gemetar dan suara kecil melirih------Bitha menangis.

Rama sudah menebak jika tangis dari Bitha ini adalah hasil dari pengumuman yang mereka terima, Rama melihat ke arah Bitha sendu.

“Udah Ta, masih banyak lomba lain. Mungkin kali ini Lo belum beruntung, jangan nyerah sampe sini aja. Perjuangan Lo masih panjang, semangat ya!” kata Rama memilih untuk mengacak Surai milik Bitha yang tampak gadis itu masih setia menutupi wajah basah miliknya, Bitha menggeleng pelan. Membuat Rama binggung. “Udah gue tau Lo sedih, nangis aja kok Gapapa.”

Membuka telapak tangan yang sebelumnya menutupi wajah milik Bitha, dapat Rama lihat gadis itu menatap ke arahnya dengan wajah basah sehabis menangis. Kemudian memindahkan layar laptop ke arah Rama, lantas lelaki itu membenarkan letak kaca mata miliknya kemudian melihat ke arah layar laptop dan mencari apa yang membuat gadis itu sampai menangis seperti ini, dapat ia lihat nama Bitha berada di posisi ketiga membuat Rama membekap mulutnya dengan bola mata melebar. “Anjir Ta, beneran dah kenyang gue balik ini di traktir.”

Bitha tertawa dengan suara parau sehabis menangis, mencubit gemas lengan lelaki itu hingga Rama mengaduh sakit, dapat ia lihat raut wajah milik Bitha menahan senyum dan tangis, hidungnya merah dan matanya sembab. Melihat ke arah Rama yang juga menatap ke arahnya gadis itu mau tidak mau tertawa kemudian memukul bahu Rama lebih kencang. “Seneng?”

Bitha hanya mengganguk kelewat cepat, Rama yang melihat itu hanya ikut tersenyum. Kemudian gadis merongoh saku celana miliknya untuk mengetikkan sesuatu.

“Ram, gue gak tau gimana nasib gue kalo gak pernah bertemu sama Lo. Apa gue masih hidup atau enggak, gue gak yakin. Makasih untuk semua motivasi Lo, makasih untuk tetap di sisi gue. Makasih buat selalu ada buat gue, sampai gue bisa capai apa yang menjadi cita-cita gue. Gapapa juara ketiga, asal gue menang gue udah seneng banget. Ram, gue gak bisa buat berkata-kata lagi, gue seneng banget. Makasih yaa!” Rama yang melihat pesan yang sebelum gadis itu ketik hanya tersenyum hangat menatap ke arah Bitha yang terlihat matanya kembali berkaca-kaca, lelaki itu kembali tersenyum lebih lebar bersamaan lesung pipi yang muncul kepermukaan, salah satu hal yang paling Bitha suka, Rama manis. Sangat manis, sampai gadis itu lupa untuk mencari pemandangan yang lebih menarik dari pada presensi Rama di hadapanya.

“Gue udah pernah bilang mau bantu Lo kan? Janji gak boleh ingkar, ini baru permulaan, masih banyak yang harus Lo capai. Pasti gak pernah mulus, jalan yang Lo laluin untuk sampai ke puncak itu banyak rintangan dan berliku, jadi gue harap Lo gak pernah nyerah dan pesimis, Lo harus optimis! Janji sama gue ya Ta?” Rama menyerahkan jari kelingking miliknya ke hadapan Bitha, membuat gadis itu mau tidak mau mengaitkan jari kelingkingnya ke arah Rama dengan kembali menangis-------Bitha hanya terlalu bahagia, hingga ia tidak bisa menahan tangis haru.

Bisu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang