Sebelumnya, kamus bahagia tidak ada selain kata ia bersama Jaka. Sebelum mengenal lelaki itu Bitha tidak pernah bisa menunjukan perasaanya dengan nyata, gadis itu terlalu kaku dan dingin. Sampai pernah Jaka bertanya kenapa sebelum dan sesudah pacaran sikap Bitha tetap saja kaku, hanya saja tahun-tahun yang mereka lewati tidak pernah cukup untuk mengenal sisi gelap masing-masing.
Sampai pada titik di mana sekarang Bitha merasa tidak ada yang lebih menyakitkan di banding menyaksikan kehancuran keluarga dari hari ke hari, Bitha benci saat Ayah pulang larut malam atau tidak pulang sama sekali, benci mendengar mereka bertengkar karena masalah orang ketiga atau keuangan yang semakin hari semakin menipis. Sakit melihat tidak ada satupun keharmonisan di dalam keluarganya.
Saat di sekolah dan di rumah, sikap gadis itu berbanding terbalik. Rumah adalah kesakitan, dan sekolah adalah kebahagiaan. Bitha mulai berusaha untuk mencari uang sendiri mulai dari melakukan Live Music di berberapa Cafe dan mendapat bayaran yang lumayan untuk memenuhi kebutuhan sekolah miliknya, tidak jarang seseorang meminta akun sosial milik Bitha untuk melakukan Endorse berberapa produk dan dibayar yang bayarannya lumayan untuk saku anak sekolah.
Tapi melihat keadaan sekarang, semuanya hancur terbalik. Tidak ada Live Music ataupun Endorse. Banyak komentar buruk tentangnya, oleh itu berberapa hari semenjak kecelakaan gadis itu memilih untuk tidak membuka akun sosial miliknya. Menjadi terkenal, dan di kenal oleh banyak orang tidaklah menyenangkan. hanya saja ia memaklumi, setiap orang lebih banyak menilai seseorang dari apa yang mereka dengar dari pada yang mereka lihat.
Setiap kali Ayah membentak, Ibu di pukul. Melihat Ibu menahan tangis, melihat Ibu memilih bertahan hanya takut jika Bitha di ejek dari keluarga yang hancur. Itu menjadi trauma dari hari ke hari, tanganya tidak berhenti Tremor dan alasan puncak saat gadis itu melihat bagaimana Ayah menendang sang Ibu-------Bitha juga terkena sasaran. Mereka berdua terluka, oleh lelaki yang dulunya mereka anggap kepala keluarga yang hebat. Setiap malam Bitha mengonsumsi obat tidur agar gadis itu bisa tertidur dengan tenang tanpa memikirkan jantungnya dan pikirannya gelisah bukan main, menyesakkan mempunyai perasaan yang kalut seperti ini. Sampai di mana dua bulan lalu ia terlalu banyak mengonsumsi Obat tidur dengan air kelewat panas------dan apa yang di harapkan gadis itu hanyalah kematian. Yang pada kenyataanya ia selamat dari kematian dan hidup dengan masalahnya semakin bertambah dari hari ke hari.
“Bi, Karen itu temen aku. Gak lebih.”
Bitha menaikan satu alisnya, menatap Jaka yang sekarang bebicara berhadapan denganya. Buru-buru gadis itu mengetik sesuatu di ponsel miliknya. “Kita juga dulu temenan.”
“Kamu kenapa sih, akhir-akhir ini jadi nyebelin banget.” Bitha yang mendengar itu lantas kembali menggerakkan jemarinya untuk mengetik, kemudian menyerahkannya kepada Jaka. “Aku biasa aja kok, kamu yang mikir aku nyebelin karena kamu lagi ngalamin perasaan kamu sama aku itu udah gak sama. Kamu suka kan sama Karen, kamu yang berubah Ka, bukan aku. Kamu udah mulai risih sama aku, atau udah mulai gak perduli lagi. Hahaha, apa sih yang di harepin sama cewek Bisu kek aku ya gak? Mending Karen yang sempurna.”
“Jadi kamu pikir aku gini karena kamu Bisu? Bi, pernah gak kamu mikir aku binggung, khawatir dan marah saat kamu masuk rumah sakit dua bulan lalu. Kita pacaran Bi! Kamu yang bilang kalo sedih cerita, kalo lagi marah jelasin. Tapi apa Bi, kamu lebih sering ngindar saat aku nanya kamu kenapa, aku kesel ngerasa kek gak pernah ngenal kamu walaupun kita pacaran udah sampe dua setengah tahun ini. Kita kek orang asing, gak. Lebih tepatnya aku ngenal kamu kek orang asing.” Jaka menatap mata Bitha lurus tajam, mata lelaki itu memerah menahan kesal. setelah Bitha memilih untuk tidak menghubungi selama tiga hari Bitha pikir Jaka memang tidak perduli lagi denganya, melihat tidak ada usaha lelaki itu untuk menemuinya atau menjelaskan apapun denganya. Tapi kejadian yang tidak terduga saat Bitha sedang sibuk mampir dan bersantai sejenak di Cafe Gramedia. Tanpa kata-kata lelaki itu duduk di hadapanya, memegang jemarinya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisu ✓
FanfictionPerumpamaan Bitha itu seperti orang buta kehilangan tongkat, menghadapi masalah yang sulit tanpa satupun sandaran. kecelakaan dua bulan lalu tidak hanya merampas susunan kehidupanya, wajah pucat pasi itu terlihat murung sekali. bibirnya tak bersuara...