BAB 2 : Seperti orang buta kehilangan tongkat

776 104 9
                                    

Bitha menuliskan sesuatu pada note book miliknya kemudian mengetuk layar ponselnya, menampakkan video call sedang berlangsung bersama Jaka yang sekarang lelaki itu sedang asik mengedit video. Menoleh, menemukan satu kertas yang telah di coret tinta hitam yang sebelumnya Bitha tulis.

“Masih lama?” setelah membaca tulisan yang di buat Bitha, lelaki itu mengganguk. “Masih banyak banget Bi, pusing aku dua hari lagi mau di kumpul lagi.”

Bitha melupakan kejadian siang tadi di mana Jaka mengacuhkanya dan bersikap dingin, atau lebih tepatnya Bitha mencoba untuk melupakan sikap lelaki itu yang akhir-akhir ini menjadi menyebalkan. Sepulang dari kampus Bitha memilih untuk melanjutkan ceritanya yang sempat tertunda, menjadi penulis bukanlah hal mudah. Terlebih ia sering mengalami Mood yang tidak tentu, bahkan setelah mengalami kejadian berberapa bulan lalu, dan sampai sekarang. Ia tetap tidak bisa berpikir dengan jernih.

Bitha kembali menggoreskan tinta ke atas Note book miliknya, belum sempat ujung pena itu menyentuh permukaan kertas. Bunyi keras benda yang jatuh membuat gadis itu terkejut, Jaka juga sama lelaki itu langsung melirik ke arah kamera, menampakkan Bitha sedang menoleh ke arah samping membelakanginya.

Ada apa?” tanya Jaka, yang sayangnya Bitha tidak dengar.

“KAMU ITU ISTRI YANG GAK BECUS NGERAWAT ANAK!”

“APA BUKTINYA HUH?! KAMU YANG ADA GAK BECUS NGERAWAT ANAK, UANG SEMUA HABIS BUAT SELINGKUHAN-SELINGKUHAN KAMU ITU! GAK MIKIR SI BITHA SAKIT, SEKARANG APA YANG KITA HARAPIN DARI BITHA. DIA BISU, DAN TINGKAH KAMU BUAT DIA NGOSUMSI OBAT TIDUR TIDAP MALEM! KAMU YANG SALAH DI SINI DASAR SUAMI GAK GUNA!”

“KURANG AJAR KAMU!”

PRANG!

Jaka tidak lagi melanjutkan perkerjaanya, ia fokus mendengar apa yang sebenarnya terjadi dengan Bitha. Tubuh gadis itu bergetar selagi menutup mulut dan hidungnya, Jaka tidak bisa melihat jelas karena Bitha menghadap ke samping.

Bi, kam------”

Bitha menoleh, terkejut. Melupakan ia sedang melakukan Video Call bersama Jaka, lantas buru-buru mengambil ponsel dan memencet tombol merah yang berada di layar, buru-buru mengetik pesan di sana------takut Jaka salah paham.

Me: [ aku tutup ya, ngantuk ]

Bitha tidak perduli apa tanggapan Jaka nanti pada pesanya yang kelewat singkat itu, buru-buru gadis itu keluar dari kamar melihat Ibunya yang sudah tersungkur di lantai. Bitha otomatis mendorong tubuh Ayahnya untuk menjauh agar tidak menyakiti Ibu lagi, air matanya tidak bisa di bendung. Tidak bisa mengatakan apapun selain memeluk tubuh Ibunya.

“berani kamu ngelawan ayah huh?! Udah hebat ya, siapa yang ngajarin kamu kurang ajar gini? Ibu kamu? Iya.” Ayah sibuk memukul bahu Bitha, kebiasaan lelaki itu jikalau dia kecil dulu nakal. Ibu yang melihat itu lantas melepas cengkaman Ayah pada Bitha. “Iblis kamu! Jangan pukul Bitha, dia gak salah.”

“Coba aja kamu jadi anak penurut, gak nakal sampe ngosumsi obat tidur. Kamu bangga udah melakukan percobaan bunuh diri, hidup kamu itu udah enak Bitha! Kamu gak harus payah-payah cari uang buat keperluan kamu hidup, coba liat anak-anak di jalan apa mereka pernah hidup enak kek kamu! Ayah heran apa yang ada di pikiran kamu, gak ngerti lagi. Enakkan juga bunuh diri mati, ini malah nambah beban lagi.”

Bitha mencoba untuk meredam emosinya, namun gadis itu memilih untuk berdiri dan memasuki kamarnya. Menutupnya kencang dan kuat sampai suara menyebalkan Ayahnya kembali terdengar. “kurang ajar banget kamu jadi anak ya! Heh Bitha, dengerin kalo orang tua ngomong. Jangan sok ngelawan kamu.”

Bisu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang