1 tahun sebelumnya
“
Ta, akhirnya gue balikan sama Lea.”
Seingat Bitha, setelah Rama berkata demikian ia hanya bisa mengulas senyum teramat tipis-----hatinya bertedak tidak enak, juga rasanya sesak sekali. Ia tidak bisa sebagahagia sebagaimana raut wajah yang Rama berikan di awal tahun ketiga ia menetap di Jakarta, ada perasaan janggal saat Rama berkata demikian. Sungguh, Bitha tidak mencintai lelaki itu jelas Bitha mengetahui, namun bagaimana bisa kata-kata yang terlontar barusan bisa membuatnya melamun dengan hati yang patah.
“Ta? Lo kenapa melamun gitu, ada masalah?” tanya Rama, gemerisik suara deru mobil terdengar dari suar panggilan Video yang sedang mereka jalani. Gadis itu buru-buru tersenyum, tampak terlalu lemah. “Ga Pa-Pa kok, gue ikut seneng akhirnya Lo balikkan, terus sekarang Lo mau kemana?”
“Mau jemput Lea di bandara, sumpah gue deg-degan banget.” kata Rama sembari melihat jalanan sesekali melihat ke arah Bitha. Membuat gadis itu hanya terdiam di tempatnya, binggung ingin menanggapi bagaimana lagi.
“Eh, gimana hasil terapi Lo? Kedengeranya suara Lo udah agak mendingan.” Rama bertanya sesekali melihat ke kanan dan kekiri, membuat Bitha hanya berdeham pelan. “Alhamdulilah, udah agak mendingan. Tapi gue gak boleh teriak-teriak dulu.”
Rama terkekeh pelan di sana, membuat Bitha ikut tersenyum saat melihat samar lesung pipi milik lelaki itu-------ah rasanya rindu sekali. “Ya iyalah, masa Lo mau teriak-teriak di pikir gila kali.”
“Ga tau tuh, eh Ram.” balas Bitha tertawa, lelaki itu menoleh saat namanya di panggil. “Iya, apa Ta?”
“Hati-hati di jalan.”
“Gue pikir apaan, eh udahan ya. Lea nelpon Gue nih, doain gue ya biar gak malu-maluin depan dia.”
“Pas----------”
Tut
Bitha hanya mengulas senyum tipis saat sambungan diputus oleh Rama terlebih dahulu, pikiranya kembali melambung setelah mendengar apa yang lelaki itu sampaikan membuat Bitha terdiam dalam lamunannya, sesekali menyesap minuman Boba yang sendari tadi berada di gengamanya, gadis itu kembali mengulas senyum miring setelah merasakan jika ia telah benar-benar kehilangan Rama, sebelumnya mereka selalu bertukar pesan, saling menanyakan berakhir saling mengabaikan. Dan ternyata di balik sosok Rama yang mulai meninggalkan dirinya sedikit demi sedikit adalah sosok mantan yang kembali menjalin kasih.
Bitha pernah berpikir bagaimana jika Rama benar-benar menyukainya dan menanamkan rasa untuknya, sungguh. Saat itu Bitha tidak tahu akan menjawab apa, dan saat setelah lelaki itu benar-benar pergi meninggalkan. Bitha rasa ada yang salah pada dirinya, seperti kehilanggan sebagian dari hal yang seharusnya menjadi kebahagiaanya, alasanya ia berjuang di sini adalah untuk membuktikan kepada Rama, namun sepertinya setelah ini mungkin lelaki itu akan lupa dengan perkataanya sendiri.
Menatap kembali pada lembaran naskah yang seharusnya segera ia ajukan kepada penerbit, membuat Bitha hanya menghela nafas berat sekali, hampir saja putus asa.
“Bi?” panggil seseorang.
Membuat Bitha yang awalnya sedang duduk di salah satu bangku yang tersedia di depan Indomaret mendadak bungkam, menemukan sosok Jaka yang berdiri dengan muka sama terkejutnya. Pikir Bitha saat itu, bagaimana bisa Jaka berada di satu tempat yang sama dan saling menatap, bahkan sebelumnya mereka terpisah pulau dan kota.
Terpaku di tempat, Bitha tidak bisa berkata apapun selain diam menatap presensi Jaka yang ia hiraukan untuk berberapa tahun belakangan------sekarang nyata berada di hadapanya, dan saling bertukar tatap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisu ✓
FanfictionPerumpamaan Bitha itu seperti orang buta kehilangan tongkat, menghadapi masalah yang sulit tanpa satupun sandaran. kecelakaan dua bulan lalu tidak hanya merampas susunan kehidupanya, wajah pucat pasi itu terlihat murung sekali. bibirnya tak bersuara...