Perceraian, perpisahan dan perpecahan.
Berpisah dari seseorang yang terlalu melekat pada memori ingatanmu dari waktu yang lama salah satu orang pertama yang menunjukkan diri di saat kehadiranmu menyambut dunia, mengenalkan dunia dan mengisi memori sedih, bahagia bersama. Tidak bisa untuk Bitha membenci hanya dengan satu kesalahan yang Ayahnya perbuat hingga menghancurkan beribu di antaranya.
Sidang perceraian berlangsung dengan menyesakkan selama kurang lebih satu jam, berjalan lancar tanpa bantahan dari kedua belah pihak seperti semuanya sudah siap untuk melepas satu sama lain, walaupun yang berada di pikiran keluarga hancur itu adalah semua tentang kenangan indah yang mereka jalani sebagai keluarga utuh yang sekarang hilang satu di antara keempatnya yang dulu utuh.
Me : [ Dimana? ]
Sementara di waktu lain ada sosok lelaki yang sedang sibuk mengerjakan berberapa berkas proposal menatap ponselnya, membenarkan letak kaca mata miliknya yang sempat melorot ke bawah. Mengambil ponsel miliknya, kemudian mengetikan berberapa kata dan setelah merasa pesanya terkirim lantas mulai untuk bergegas membenarkan lembaran-lembaran yang bertebaran di atas meja bersiap untuk keluar dari ruangan namun langkahnya terhenti saat sosok lain juga ikut masuk dalam waktu bersamaan membuat mereka hampir menumbur satu sama lain.
Rama membenarkan letak kaca mata miliknya yang sempat melorot akibat gerak gegabahnya yang hampir saja menabrak tubuh milik Jaka yang sekarang menatapnya sengit, sebetulnya ia tidak perduli. Melihat tatapan Jaka yang seperti mengintimidasi hanya membuat Rama menghela pelan--------tahu kenapa Jaka bisa menatapnya sangat tajam, jika bukan karena Bitha.
Memilih untuk berjalan melewati lelaki bertubuh kekar itu lantas membuat Jaka mengendus tidak suka. "Lo suka sama Bitha?"
Rama yang mendengar itu lantas menghentikan langkahnya, berbalik menemukan raga milik Jaka yang sekarang menatapnya songong. "Kalo gue suka atau gak bukan urusan Lo, udah jadi mantan kan. Seharusnya Lo tahu batasan."
"Gue pikir orang sempurna kek Lo gak pernah mikir buat pacaran, hidup Lo aja kaku banget. Heran deh kalo Bitha di sukai sama orang yang hatinya aja di kontrol sama perintah orang tua." Jaka berkata membuat Rama melepaskan kaca mata miliknya, mengaitkan pada tengah kerah baju miliknya. Menatap Jaka tidak suka. "Urus hidup Lo sendiri, udah merasa cukup baik buat Bitha? Lagi pula, hubungan sekarang gak menyangkut yang udah lama kenal, udah saling tahu keluarga. Asalkan selalu ada buat dia, bahkan di posisi terendah dia. Sedangkan Lo bisa apa? Selain buat dia sakit hati terus sama tingkah Lo yang egois itu?"
"Urusan hidup gue mau bahagia atau tidak, bukan Lo yang ngatur." Kemudian Rama mengambil langkah buat menjauh meninggalkan Jaka yang sekarang terlihat terpatik emosi mendengar perkataan Rama, lelaki itu berjalan kemudian memukul wajah milik Rama kuat. Membuat berberapa kertas yang sebelumnya lelaki itu pegang berserakkan, Rama yang terlihat tertoleh kesamping saat Jaka memukul muka miliknya mendecih dengan air liur yang terlihat bercampur dengan merah darah. Menyerka sudut bibirnya yang terasa robek, terkekeh pelan yang nampak terlihat Jaka ingin kembali melayangkan pukulan namun terhenti saat berberapa orang yang berada di sana mengambil alih untuk menarik tubuh Jaka menjauh.
"Keras kepala, egois dan gak bisa ngontrol emosi. Bitha udah ngambil keputusan yang tepat buat mutusin Lo, gini Ka. Hidup itu harus ada timbal balik, saling membutuhkan, dan harus saling percaya. Sekali Lo tidak tahu Budi, tidak balas kasih dan berkhianat. Sebanding dengan gelas kaca yang Lo jatuhin dan pecah, ia tidak akan pernah utuh kembali. Walaupun ia utuh, itu akan terlihat berapa banyak retakan yang pernah ia rasakan saat terpecah berkeping-keping saat Lo jatuhin." Rama meringis, memegang sudut bibir miliknya. Kemudian bergumam pelan yang membuat Jaka hampir kembali lepas kendali saat Rama kembali menyeruakan perkataanya. "Oh iya, kebetulan gue sekarang mau nemuin Bitha. Gue mau Bitha nangis sambil meluk gue lagi sambil cerita kisah hidup dia yang berat dia laluin tanpa satu orangpun peduli termasuk lihat reaksi dia kalo tau yang mukul gue itu pacarnya yang emosian. O-oh iya lupa udah mantan ya. Gue bebas berarti meluk, nyium dia. Karena Lo bukan siapa-siapa Bitha lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisu ✓
FanfictionPerumpamaan Bitha itu seperti orang buta kehilangan tongkat, menghadapi masalah yang sulit tanpa satupun sandaran. kecelakaan dua bulan lalu tidak hanya merampas susunan kehidupanya, wajah pucat pasi itu terlihat murung sekali. bibirnya tak bersuara...