“Ka, cepetan bisa gak sih. Game Mulu di pantengin.”
Sebenarnya Jaka sangat tidak suka jika ia sedang bermain Game di suruh berhenti, jika saja yang bersamanya Bitha. Gadis itu tidak akan melarang, melainkan dia juga ikut bermain ponsel sesekali membaca buku online, dengan tanganya yang tidak berhenti mengelus puncak kepala Jaka nyaman. Masalahnya sekarang yang melarangnya adalah seorang Karen, gadis yang berberapa hari ini mengusik pikiranya. Berbanding terbalik dengan Bitha, Karen itu cerewet yang entah bisa membuat Jaka tersenyum sendiri jika Karen mulai mengomel masalah lelaki itu bergadang, melewati jam makan. Ataupun terlalu larut dengan Game.
“Kamu mau makan apa?” tanya Jaka, lelaki itu lebih dulu memasuki ponselnya ke saku setelah melihat raut merajuk Karen. “Gak mau makan, mau pulang aja.”
Jaka tersenyum jahil mencubit pipi gadis itu. “Tugas kamu sudah?”
“Udah dari tadi, kamu aja yang sibuk sama Game kamu.” Karen mengerucutkan bibirnya lucu, membuat Jaka mau tidak mau mencubit pipi gadis itu gemas. “Maaf ya, lain kali aku coba deh gak main Game depan kamu.”
“Dari kemarin Ka kamu bilang gitu sama aku, sampe sekarang kebiasaan kamu gak berubah.” menghela nafas berat, memang mengesalkan jika Karen sedang melakukan aksi merajuk seperti ini. Berbanding terbalik dengan Bitha, Biasanya Bitha selalu mengerti, malahan gadis itu sering berbicara kasar seperti; Mati aja lu sama tuh Game. Biar mampus sekalian.
Bicara tentang Bitha ia menyesal kemarin telah membuat gadis itu kecewa, terlebih gadis itu mengatakan jika ia pulang di antar Rama yang membuat Jaka kesal bukan main lagi. Memilih untuk tidak perduli, walaupun Bitha masih sering menanyakan gimana hari-harinya. Jahat sih, tapi Jaka sedang berada di fase ia nyaman dengan keduanya namun tidak bisa meninggalkan salah satunya.
Sampai saat ia mendapat pesan dari Mama, yang melihatnya saja sudah membuatnya pusing bukan main.
Mama:
[ Ka, kamu lagi di mana? Ini ada Bitha nunggu kamu di rumah ]
×××
Bitha berdiam diri sendari tadi mengetuk permukaan meja dengan ujung kuku jari miliknya, pikiranya melayang tentang perkataan Ibu Jaka yang mengatakan jika Jaka keluar sendari pagi berkata ingin bertemu Bitha, padahal sudah jelas dari pagi Bitha di rumah sampai ia merasa bosan. Bitha bertanya pada dirinya kemana lelaki itu pagi-pagi sekali meninggalkan rumah dengan alasan ingin menjemput Bitha.
“Kenapa? ngak biasanya main ke rumah. Mendadak lagi, kalo kamu mau main kan bisa aku jemput.” lelaki itu meletakkan ponsel di samping meja, kemudian ikut duduk di hadapan Bitha sembari mengulas senyum manis. Gadis itu hanya mengeluarkan senyum asimetris yang membuat Jaka bertanya-tanya dalam hati. Apa Bitha mengetahui semuanya? Maksutnya, tentang hal kenapa kemarin ia tidak menepati janjinya menjemput dan juga pagi-pagi menghilang. bicara soal orang tuanya sama sekali tidak bisa di ajak berkompromi masalah seperti ini, Mama Jaka itu sudah terlalu menyukai Bitha jadi tidak mungkin berbohong kepada Bitha kemana ia pergi pagi tadi.
“Bosen, Mama kamu nelpon buat main ke sini, sekalian nemenin masak.” Bitha menyerahkan kertas yang sendari tadi ia gengam-----ia sudah menebak pertanyaan ini, jadi Bitha sudah lebih dulu menyiapkan jawaban jikalau Jaka bertanya.
“Kamu udah makan?” tanya Bitha dengan uluran kertas berikutnya, gadis itu tidak melihat ke arah Jaka melainkan menggerakkan jemarinya ke benda persegi miliknya. Mengetik balasan pesan dari Rama, sebenarnya Bitha gatal sekali ingin menanyakan kemana lelaki itu pergi pagi-pagi atas alasan dirinya yang sama sekali salah. Namun kembali seperti awal, Bitha tidak ingin mencari masalah membuat mereka kembali bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisu ✓
FanfictionPerumpamaan Bitha itu seperti orang buta kehilangan tongkat, menghadapi masalah yang sulit tanpa satupun sandaran. kecelakaan dua bulan lalu tidak hanya merampas susunan kehidupanya, wajah pucat pasi itu terlihat murung sekali. bibirnya tak bersuara...