14 ▪︎ Panik

1.3K 384 102
                                    

Ava memilih untuk naik mobil abinara. Ia menghentikan segala ego yang mengutuki dirinya. Cemburu itu hanya pengakuan yang belum terungkap. Dipahami atau tidak dipahami, gue akan tetap milih dia!

Kini gadis itu ada di mobil bersama abinara. Tapi keheningan ada diantara mereka.

Sepuluh menit! Masih belum ada pembicaraan. Menuju ke menit lima belas abi membuka suaranya. Pria itu masih penasaran dengan perlakuan gadis disampingnya.

"Lo kenapa buru - buru pulang?" Tanya abi dengan santai.

Ava masih terdiam. Pria itu memang tidak paham dengan cemburu ava! Sama sekali tidak peka.

"Banyak tugas pak!" Sahut ava dengan cuek.

"Jangan bohong!"

"Gue nggak bohong!"

"Lo cemburu kan?"

"Cemburu? Sama siapa?" Ava berusaha menutupi kebenaran.

"Sama gue dan shilla!"

"Ya nggak lah pak! Ngapain juga gue cemburu. Bapak kan bukan siapa - siapa saya. Jadi, buat apa cemburu.

Ava memandang wajah abi. Ia berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Gue sadar, cemburu ini terlalu cepat! Kamu akan menertawakan segala kegilaan ku ini. Maaf, jika harus bohong!" Ava bergumam dalam hati.

"Jangan panggil bapak!" Ketus abi.

Pria itu memang tidak bisa hangat bicara dengan ava. Beda dengan shilla! Dia sangat hangat bicara dengan gadis itu.

"Maaf!" Jawab ava perlahan.

Abinara masih fokus menyetir. Jawabannya selalu datar sama seperti jalanan yang ada didepannya.

"Gue udah punya pacar! Jadi nggak usah berharap banyak sama gue." Tegas abi.

"Udah tau!" Balas ava singkat.

"Trus? Masih suka? "

"Masih!"

"Sampai kapan?"

"Belum tau!"

Abinara menoleh sekilas pada gadis itu. Ada kebohongan yang ditutupi. Ada juga kejujuran yang terungkap. Gadis itu jelas suka! Tapi tidak cemburu?

Dipertengahan jalan, abi menepikan mobilnya. Ava menatap heran pria itu.

"Kenapa berhenti?"

Abinara masih terdiam. Pandangannya mengarah tajam kedepan. Ada satu ucapan singkat yang ingin disampaikan ke gadis itu.

"Jangan suka sama gue lagi!"

Lima detik mereka berdua terdiam.

"Rasa suka itu datang diluar kuasa manusia! Nggak ada yang bisa nolak." Ava menatap erat wajah abinara.

"Lo bisa nolak!"

"Nggak bisa bi! " ucap ava serius.

Abinara menoleh kembali wajah ava. Untuk pertama kalinya gadis itu memanggil singkat namanya.

Pria itu menghela berat. Dia tidak ingin berbicara kasar dengan gadis itu. Hanya butuh penegasan saja.

"Banyak hal yang harus lo tau!" Ucap abi dingin.

HEARTIESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang