19 ▪︎ Pengakuan dalam hati

482 208 125
                                    

Satu pesan masuk. Pesan itu dari ---,

"Cewek legato! Trimakasih ya essay nya!"

Pesan itu dari abinara.

Ava lagi - lagi dibuat kesal oleh abinara. Ia memandangi geram isi pesan itu.

"Dasar manusia kutub! Kuda nil! Jelmaan terminator!" Ava meneriaki layar ponselnya.

Ava meletakkan ponsel dan tidak membalas pesan abinara.

"Harusnya dia itu prihatin sama keadaan gue. Bukan manggil gue cewek legato. Nggak ada manis - manisnya tuh cowok!" Gerutu ava.

Ava merenungi sejenak malamnya. Seluruh masalah tersusun rapi mendatanginya.

Apakah aku harus percaya kalau cinta itu masih ada?

Gimana dengan papa? Apa cinta papa selama ini terbagi?

Gimana dengan mama? Apa mama kuat dengan lukanya?

Reno? Kenapa dia ingin kembali? Aku tak mau dia kembali!

Abinara? Aku tak tau! tetap menyukainya atau menghentikannya.

Siapa? Siapa yang menerorku disekolah?

Apa aku memang ditakdirkan untuk hidup rumit seperti ini?

Aku tak suka semua ini! Semua terasa pelik!

Ava membiarkan bayangan pikirannya merajai seluruh kemelut malam. Gadis itu menghembuskan nafasnya panjang.

Sementara abinara masih berkutat di meja belajarnya. Menyelesaikan deadline pengajuan beasiswanya yang tinggal dua hari, banyak yang harus dilengkapi. Dia cukup terbantu dengan beberapa contoh essay dari ava. Sesekali ia memandangi ponselnya. Gadis itu tak kunjung memberi balasan.

Hampir empat jam didepan laptop, membuatnya merasa lelah. Semua persyaratan sudah di email, termasuk surat rekomendasi sebagai mahasiswa berprestasi dari kampus sebelumnya.

"London! Wait for me!"

Ya, pilihan pria itu jatuh ke london. Seperti peribahasa "sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui". Selain ingin melanjutkan studinya disana, dia juga bisa bertemu shilla.

Abinara menghela berat. Sebentar dia menyandarkan kepalanya ke kursi, menenangkan pikirannya untuk sejenak. Tak lama, getaran ponselnya membuyarkan suasana.

"Indro? Ngapain dia nelpon malam gini?" Decak abi.

"Hm!" Hanya itu sapaan abinara untuk indro.

"Astaga! Bilang halo kek, malam kek, iya kek! Bosan gue dengar lo hm - hm mulu!" Indro memang paling sewot diantara ketiga temannya.

"Udah, nggak usah basa - basi! Ngapain lo telpon gue!"

"Ini nih! Sifat lo yang kayak gini nih bikin cewe nggak betah!" Celoteh indro.

"Kalau mau kasih nasihat jangan sekarang. Gue nggantuk! Mau tidur!" Abinara menutup telponnya.

"Bi! Abi! Halo! Ni anak kebiasaan banget da ah!" Kesal indro. Dia menelpon kembali abinara.

Keinginan abinara melelapkan kantuknya ternyata gagal. Ingin sekali dia menghabisi temannya itu. Berulang kali ponselnya dikecoh dengan panggilan dari indro.

Sebelum ada kata yang diucapkan oleh abinara, pria yang sedang menunggu didepan rumah nya itu tampak berucap memelas.

"Lo tega lihat gue kedinginan diluar?"

Abinara semakin heran dengan kelakuan teman nya yang satu itu.

"Maksud lo?" Decak abi.

"Gue didepan rumah lo!"

HEARTIESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang