Ava namira kini ada dalam taksi bersama kedua orangtua abinara. Ia masih terdiam, belum bicara apa - apa. Setengah jam perjalanan, akhirnya taksi itu tiba dirumah keluarga abinara.
Sukma menduduk kan ava di sofa. Rumah itu tidak semewah rumahnya, tapi dirumah abi ia merasakan suasana yang beda.
Gadis itu meneguk secangkir teh hangat, memberi sedikit tenaga untuk nya. Abinara dan kedua orangtuanya seakan sedang mengintrogasi ava. Sukma melihat ava sepertinya sudah sedikit tenang.
"Ava, kamu lagi ada masalah ya?" Tanya sukma hati - hati.
Ava tertunduk, ia masih bingung. Apakah ia harus menceritakan aib keluarganya itu?
"Ya udah, kalau nggak mau cerita, tante nggak maksa. Tapi kamu harus ingat, masalah itu harus diselesaikan, jangan dipendam sendiri."
"Nggak usah gengsi! Cerita aja!" Celoteh abinara.
Sukma mengerjapkan matanya, memberi kode pada abinara untuk menjaga ucapannya.
"Papa saya selingkuh." Ava berucap tanpa ragu.
Kedua orangtua abinara saling berpandangan, tanpa bicara apa - apa.
"Kemarin malam wanita simpanan papa lempar kaca jendela kamar saya. Awalnya saya pikir itu maling, sampai akhirnya saya dan mbok sri keluar. Wanita itu teriak dan bilang kalau dia lagi hamil, ngandung anaknya papa." Ava menghapus sebulir airmatanya yang terjatuh.
"Mama belum tau tentang wanita itu. Mereka lagi ngurus acara pemakaman nenek, lusa baru pulang. Saya nggak bisa bayangin, gimana perasaaan mama kalau tau perbuatan papa selama ini." Isak tangis ava semakin menjadi - jadi.
Sukma langsung mendekap ava, ia tidak kuat mendengar kata - kata gadis itu.
"Udah, kamu yang sabar ya." Sukma mengelus rambut ava.
"Masalah dalam keluarga itu sangat banyak. Nggak ada keluarga yang selama nya harmonis atau baik - baik aja. Pasti ada waktu, dimana sebuah keluarga itu dihadang masalah yang besar. Salah satu nya perselingkuhan, itu adalah racun yang paling pahit dalam keluarga. Tapi sebagai anak yang cerdas, kamu harus bisa mengendalikan segala situasi, jangan stres, nanti sekolah kamu terganggu."
Ava hanya mengangguk kecil mendengar nasihat ibunya abi.
Setelah percakapan panjang diruang tamu, sukma menyiapkan makanan. Ava sama sekali tidak menyangka bisa mendapat perlakuan se istimewa itu. Ava merasa dirinya sudah tenang, ia izin pulang.
Abinara hanya mengantar gadis itu sampai jalan depan rumahnya. Dia belum cukup sehat menyetir.
"Gue udah pesan taksi online." Ucap abi dingin.
Ava hanya memandangi wajah pria itu. "Dia memang sangat dingin!" Gerutu ava dalam hati.
"T'rimakasih pak. Hari ini bapak udah banyak tolongin saya." Ucap ava.
"Gue bukan bapak lo!" Ketus abi.
"Salah lagi kan." Ava hanya bergumam dalam hati.
"Pak! Maksud saya abi! Gimana kalau manggilnya aku - kamu aja, jangan gue - lo!
"Supaya?" Tanya abi tanpa menoleh wajah ava.
"Supaya lebih enak dengarnya." Ava selalu mencari perhatian didepan wajah abi. Tapi pria itu tampak sangat santai.
"Abi!" Kata ava.
"Hm!" Abinara hanya menyahut singkat.
"Nanti kalau kamu nikah, trus punya anak. Anak kamu nggak boleh manggil abi ke papanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTIEST
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA !! Mengenal mu, rasanya seperti mematahi segala kabutku. Kau berhasil mencuri gulitaku dan menggantinya dengan sepotong awan putih dibahuku. Suka duka dunia seorang siswi mood swing bernama Ava namira si mikrobiolog, juga...