Lelaki dengan tubuh tegap itu memasuki ruangan kelas XII IPA 1 tepatnya kelas ava namira. kehadirannya seakan membuat hawa ruangan dikelasnya terasa berbeda.
"SELAMAT PAGI PAK ABINARA!" teriak semua murid dengan lantang dan bersemangat. Sudah menjadi tradisi kelas itu menyapa setiap guru dengan suara lepas.
Lantas abi menatap horor semua murid dengan alis kanan terangkat sebelah.
"Suaranya nggak usah terlalu keras!" ucap abi dingin.
"Nanti kelas sebelah terganggu dengan suara kalian!"
"Dasar killer!" gerutu ava dengan suara kecil sembari memainkan balpoin dijemari kanannya.
"KAMU!" Tegur abi dengan tatapan marah.
Belum memulai kelas, mood abinara sudah dirusak oleh gadis itu.
"Bicara apa barusan tentang saya!"
Semua murid terlihat hening dan pandangan mereka terfokus ke arah ava.
"Jangan pura-pura tidak tau! barusan kamu bicara apa tentang saya?"abinara mulai mendekati meja ava.
"Begini cara kamu menghormati seorang guru?"
"LIHAT SAYA!"ucap abinara ketus dan menatap lekat-lekat ava.
"Jangan menunduk kalau orang lagi ngomong."
Namun ava masih saja terdiam, ia sibuk mengutuki dirinya sendiri.
"Aduh,mampus gue!" gerutu ava dalam hati.
"Kok bisa-bisanya pak abi dengar omongan gue tadi."
Lalu abinara meletakkan stick panjang ke dagu ava yang masih diam tertunduk. Sekilas abi melihat badge nama anak itu.
"Jadi ini murid yang bernama ava namira?" Lirih abi dalam hati.
"Maaf pak! tadi saya nggak sengaja." kata ava dengan wajah bersalah.
"Pak, saya mohon!"
"Maafin saya!" Ava menyipitkan kedua matanya.
"Kamu sadar nggak? omongan kamu tadi tidak menunjukkan etika seorang murid kepada gurunya." Ucap abi menatap ava geram dan darahnya hampir naik ke mercu kepalanya.
"Saya sadar pak! Sangat sadar!"
Ava menyalahkan dirinya sendiri. Baru dua hari masuk semester baru, sudah membuat kesan yang buruk dihati pak abinara.
Seluruh murid dikelas itu masih hening. Sebutir airmata berhasil lolos diwajah ava, entah ia yang terlalu cengeng atau karena merasa dirinya bersalah.
"Jangan nangis!" kata abinara yang masih menatap wajah ava.
"Lain kali kalau ngomong itu dipikirin dulu."
Ava cepat mengelap air matanya. Ia sadar dengan kesalahan yang diperbuatnya. Kalaupun mau ngomel harusnya dalam hati aja! Nggak usah sampai kedengaran, kan jadi ninggalin kesan buruk dimata guru.
"Untuk kalian semuanya! Sebagai murid harusnya bisa menjadi teladan yang baik. Jangan sembarangan kalau bicara.
"Ingat! saya ini guru kalian! bukan pembunuh!"
Ava tidak pernah membuat kesalahan seperti itu sebelumnya. Terlebih perbuatannya itu sudah membuat abinara marah, orang yang spesial dihatinya.
Di menit selanjutnya abi melanjutkan pelajarannya, dia tidak mau terlarut dalam emosi yang membuatnya naik pitam.
"Baik anak-anak! Dalam kelas seni ini, saya mau kalian membentuk tugas kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang, dan kalian bebas membuat karya apa saja asalkan berkaitan dengan kesenian. Tugasnya berbentuk makalah dan dikumpulkan minggu depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTIEST
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA !! Mengenal mu, rasanya seperti mematahi segala kabutku. Kau berhasil mencuri gulitaku dan menggantinya dengan sepotong awan putih dibahuku. Suka duka dunia seorang siswi mood swing bernama Ava namira si mikrobiolog, juga...