"Va!" Tia terus merengek meminta perhatian ava.
"Lo nggak liat gue lagi ngapain?" Sahut ava sembari merapikan dan menempel beberapa karya tulis terbaru di mading sekolahnya.
"Tapi gue penasaran kenapa lo bisa dirumah pak abi." Tia meninggikan nada suaranya.
"sssttt! suara lo bisa dipelanin nggak? lo mau? satu sekolah tau kalau gue kerumah pak abi?" Mata ava seperti mengeluarkan sihir api pada sahabat nya itu.
"Maaf! Tapi mata nya bisa santai dikit nggak? Soalnya pupil lo mau ikutan keluar." Tia memaksa diri sedikit tersenyum.
Ava mendesis perlahan. Ia kembali melanjutkan aksi madingnya.
"Va! Cerita dong sama gue! Please!" Tia berucap seperti sebuah bisikan.
Ava tidak merespon tia. Ia harus banyak bersabar dengan ke kepoan sahabatnya itu.
"Mading aja yang diurusin, gue dicuekin. Ngambek ni gue! Ngambek ni! Gue lagi ngambek loh! Lo nggak lihat gue lagi ngambek? berbagai macam gaya telah ia pamerkan didepan ava, tapi tetap aja tak direspon.
"Perfect!" Ava memandangi wajah madingnya yang sudah rapi.
Ava berjalan menuju kelas. Disusul tia dengan wajah kusutnya.
"Va! Seriusan lo nggak mau cerita? Lo nggak kasihan sama gue?"
"Kasihan si, nanti aja ya ceritanya. Gue lagi nggak mood." Ucap ava santai.
"Kapan lo mau cerita? Jangan lama - lama dong!" Pinta tia.
"Nanti! Tunggu lo ubanan, gue baru cerita!" Ava tersenyum licik.
"Ava!!!" Tia menghentikan langkahnya. Ia meneriaki gadis itu dengan kesal.
Sementara ava terus melanjutkan langkah nya tanpa peduli dengan tia.
Dipertengahan koridor ia berpapasan dengan reno. Mereka saling berhadapan, reno melepaskan headphone nya. Awalnya mata mereka bertemu. Tidak lama, ava membuang tatapannya. Ia belum mau bertegur sapa dengan pria itu.
"Ava!" Reno mendekati ava.
Ava menghindar tanpa bicara. Ia tidak ingin membuat keributan disekolah.
"Va, maafin gue." Reno tidak ingin berucap banyak didepan ava.
Ava menoleh ke arah reno, seakan tidak ada celah bagi ava untuk lewat. Reno masih menghadang langkahnya.
"Gue harap, lo masih ingat kata - kata gue!" Ava menerobos kasar tubuh reno yang menghalagi jalan.
Reno tidak mengejar ava, dia membiarkan gadis itu berlalu.
Sekarang ava sedang berkutat dengan buku biologinya, sedangkan tia harus berjuang memaksa otaknya yang tumpul dengan pelajaran itu.
"Va!" Tia memelas.
"Kalau mau nagih cerita gue. Jangan sekarang. Gue lagi baca!" Ketus ava.
"Gue bukan mau nagih cerita lo. Tapi gue nggak ngerti yang ini,--" tia menggaruk kepalanya. Ava melihat sahabatnya itu sudah mulai frustasi dengan pola - pola hereditas dibukunya.
"Makanya lo itu belajar! Taunya ngerumpi doang!" Sindir ava.
"Tuan putri, ajarin gue dong!" Tia memelas dengan sabar.
"Lo itu ya, semua minta diajarin. Lo bisanya apa si?" Ava meletakkan bukunya.
"Matematika! Tapi dikit! He..he..he." tia menyengir polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTIEST
Novela JuvenilFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA !! Mengenal mu, rasanya seperti mematahi segala kabutku. Kau berhasil mencuri gulitaku dan menggantinya dengan sepotong awan putih dibahuku. Suka duka dunia seorang siswi mood swing bernama Ava namira si mikrobiolog, juga...