8 ▪︎ Pertengkaran

1.5K 388 64
                                    

"Hai bro!" sapa abi. Sorry gue telat, tadi sibuk ngajar disekolah. Abi duduk dimeja luar cafe bersama teman band nya. Mereka sengaja memilih diluar, karena area bebas rokok.

"Rokok!" sodor dito.

"Udah lama gue nggak ngerokok bareng lo semua."Ungkap abi.

Cuaca siang itu terasa terik, akhirnya abi membuka jaket hitam dan kemeja putih yang membuat tubuh nya bercucuran keringat. Dia hanya meninggalkan kaos putih yang melekat di tubuh kekarnya. Penampilannya semakin maskulin ditambah tatto yang menghiasi kedua lengannya yang berotot.

"Bete banget gue!" ucap abi kesal.

"Masih mikirin shilla lo? Udah, lupain aja!" Celoteh dodo.

"Ngapain juga lo berharap banyak sama shilla. London banyak cowok keren bro! iya kali shilla bisa setia."

Mendengar kata-kata dodo, abi hanya berdengus sembari mengisap rokok dan mengeluarkan kepulan asap yang berbentuk seperti awan-awan kecil.

"Oh iya! gimana ngajar nya bi? Lancar?" Tanya dito.

"Ya, lo tau gue kan? Gue paling nggak bisa ngajar, itu bukan dunia gue." Tutur abi. Kemudian abi menceritakan semua yang dia alami selama beberapa hari disekolah itu.

"Dibawa santai aja bro! Gue yakin, lo pasti bisa." Dito menepuk punggung abi.

"Indro mana ya? Gue nggak lihat dia dari tadi." Tanya abi menatap satu persatu temannya.

"Dia nggak bisa datang, sibuk persiapan skripsi. Lo tau sendirikan? Skripsinya nggak kelar-kelar juga. Indro aja yang betah jadi mahasiswa abadi." Dodo berhasil membuat kedua temannya tertawa.

"Sebenarnya kita ngumpul disini mau ngebahas undangan peresmian hotel Dwikarya. Tadi bagian event nya telpon gue, suruh ngisi acara. Lagu yang dibawain cukup tiga aja, mereka juga udah ngirimin draft acaranya." Dito menyodorkan ponsel yang berisi pesan ke abi dan dodo.

****

Terik pulang sekolah seakan membuat tenggorokan ke empat murid itu kering tekak.

"Gue haus banget! mampir ke cafe bentar yuk!" ajak ava pada ketiga temannya.

Ia mengelap keringat yang bercucuran di kening hingga pelipisnya. Kedua motor itu sementara menyudahi perjalanannya diparkiran depan cafe.

"Kita duduk disini aja!" ajak tia. Ia sengaja memilih meja itu karena walpaper dindingnya bisa dibilang instagramable. Ketiga temannya pun mengikuti ajakan tia, karena mereka tahu persis kelakuan tia yang selalu mengabadikan tiap moment dengan kegilaan selfienya.

Perhatian ava terhenti sejak dodo memanggil namanya.

"Va!" Sapa dodo melambaikan tangannya yang hanya berjarak 4 meja dari tempat ava.

"Kak dodo?" Seru ava.

"Lagi ngapain kak?"

"Biasalah, lagi bahas kerjaan!" jawab dodo

Ava hanya membalas ucapan dodo dengan senyuman.

"Siapa do?" Tanya abi.

"Tetangga gue. Adiknya, teman gue main basket dikomplek. Udah dua tahun ini dekat dengan keluarga mereka. Keluarganya baik menurut gue, paling lucu tuh leon,adiknya. Teman mainnya nggak ada yang seumuran dia, semuanya anak kuliahan."

"O gitu!" decak abinara dingin.

Mendengar pengakuan dodo tak urung membuat abinara ingin menoleh kebelakang. Seolah ada kutub magnet yang menarik perhatiannya. Lalu dia memutar perlahan kepalanya kearah suara perempuan itu. Namun, yang didapatinya adalah wajah ava dengan ketiga temannya.

HEARTIESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang