Tangan abinara sibuk membongkar laci meja yang ditumpuki banyak kertas. Dia terlihat sedang mencari - cari sesuatu. Kali aja ada modul pembelajaran yang masih disimpan ayahnya untuk mempermudah dirinya mengajar dikelas.
"Ini dia! lumayan juga untuk panduan belajar. Walaupun ngajar bukan bidangnya gue, setidaknya gue nepatin janji ke ayah."
Kali ini abi ingin membuktikan janjinya pada sang ayah juga pada semua murid, kalau abi layak mereka anggap sebagai pendidik.
Selembar foto terjatuh ke lantai, yang mengalihkan perhatian abi pada dua sosok. Selang beberapa detik dia memperhatikan foto itu. Terlihat senyum pak cipto yang mendampingi seorang murid sedang memegang piala dalam pertandingan mading sekolah tingkat nasional. Tampak caption bahagia" anak didik yang sangat membanggakan" tulis pak cipto.
"Ayah dan ava?" Abi berdecak heran.
Sejenak dia menyadari, ternyata selama ini murid yang sering dibangga-banggain ayahnya ternyata ava. Bahkan pak cipto pernah berencana untuk menjodohkan mereka berdua.
Abinara memasukkan foto itu ke tasnya. Dia mengingat ucapan ayahnya beberapa bulan yang lalu. Di meja makan, pak cipto membicarakan gadis itu.
"Hari ini ayah sangat senang sekali, mading sekolah ayah juara satu tingkat nasional. Lagi-lagi namira ( panggilan untuk ava ) membawa nama baik sekolah alfa lewat kompetisi mading bu." Cipto berujar dengan bangga.
"Anak itu memang cerdas, ayah senang sekali. Ayah suka dengan gadis itu."
"Ayah ingin menjodohkan abi dengan namira bu." Rayu cipto dengan senyuman.
"Huss.., ayah! Masa anaknya mau dijodohin sama anak sekolah." Sukma menyikut suaminya. Abinara hanya terdiam bisu melihat tingkah kedua orangtuanya.
Percakapan kelurga inti itupun selesai.
****
Diruangan nya abi masih sibuk berkutat sendiri. Dia nggak habis pikir dengan ayahnya itu. Harusnya ayahnya melarang putranya itu menjalin hubungan dengan muridnya sendiri. Ini malah mau dijodohin.
Dibilang zaman siti nurbaya bukan! Karena yang jadi korbannya disini ialah dia."Kalau aja ayah tau kelakuan gadis itu gimana! Ayah bakalan nyesal mau jodohin aku sama dia! " Abi berujar frustasi.
Detik selanjutnya, abi tampak berpikir serius. Dia mengerutkan keningnya membaca beberapa modul yang didapati dari laci ayahnya. Lalu abi dikejutkan dengan deringan ponsel yang diletakkan di atas mejanya.
"Ibu?" Decak abi. "Iya, halo bu!"
"Nak!" Terdengar suara gemetar yang sudah dibubuhi air mata menyapa sang anak.
"Ibu? kenapa bu?"
"Ayah kamu masuk rumah sakit, kamu bisa pulang sekarang?"
"Iya bu! aku pulang sekarang ya! Ibu tenangin hati dulu dan berdoa, aku kesana sekarang. Nanti ibu sms kan alamat rumah sakitnya, ya!" Jawab abi memelas dengan serius memohon ibunya untuk jangan panik.
Abi membawa tiap langkahnya dengan sangat cepat. Tanpa sepengetahuan nya ava sedang memperhatikan derap langkah abi yang terburu-buru.
"Pak abi kenapa buru-buru ya?" Gumam ava yang keluar dari perpus membawa setumpukan buku biologi untuk referensi belajar.
Sepanjang perjalanan, abi hanya berdoa dan berharap ayahnya akan baik-baik saja.
"Tolong yah! ayah harus sembuh! Aku belum nepatin janji. Tuhan, aku mohon tolong jangan terlalu cepat melepaskan ayah." Abi terus berdoa dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTIEST
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA !! Mengenal mu, rasanya seperti mematahi segala kabutku. Kau berhasil mencuri gulitaku dan menggantinya dengan sepotong awan putih dibahuku. Suka duka dunia seorang siswi mood swing bernama Ava namira si mikrobiolog, juga...