4. Kejutan menyakitkan.

1.4K 73 6
                                    

"Matias?"

Merasa dipanggil, matias segera menoleh dan dia terkejut melihat ada Rose disana.

Clara dia. "oh, jadi ini ya kekasih Matias yang tinggal di perdesaan itu." batinnya.

"Sayang, kamu kenal sama dia?" tanya Clara menunjuk Rose.

Matias menatap Clara dan tersenyum "nggak aku nggak kenal."

Rose terdiam. Matanya sudah berkaca-kaca.

Andre mengepalkan penumbuknya.

Clara tersenyum sinis ke arah Rose. "Benar kamu nggak kenal??"

Matias menatap kedua orang tuanya yang juga ikut datang melawat Clara.

"Iya sayang, aku nggak kenal di..."

"Matias, apa maksud kamu. Aku ini kekasih kamu!" Rose coba untuk mendekat dan meraih tangan Matias.

Tiba-tiba dirinya didorong oleh Mama Matias. "Jangan dekat-dekat anak saya yah!" marahnya.

Rose menatap matias lalu meraih tangannya. "kenapa lakuin ini ke aku. Kamu bilang kamu cinta sama aku. Kamu bilang aku kekasih kamu." katanya bersama air mata mengalir deras.

Plak.

Semua terdiam menatap kejadi barusan. Matias menampar Rose.

Clara tersenyum penuh kemenangan.

"Nggak usah ngaku-ngaku ya lo jalang. Lo pikir gue mau gitu sama perempuan kampung kaya lo. Nggak tahu diri banget. Lo itu cuma orang yang sederajat dengan tapak kaki gue bukan sederajat dengan gue" Matias membentaknya dengan sangat kasar.

Rose memegang pipinya bekas tamparan Matias.

Buk.

"Arghh!! Matias!!" teriak Clara.

Iyaa Andre maju dan langsung menonjok wajah Matias.

Matias bangkit. Bibirnya berdarah. Ingin melawan tapi dia masih hormat orang tua. Tangannya terkepal kuat.

"Kamu itu lelaki tapi bicaramu seperti perempuan. Berani sekali tanganmu menyentuh pipi anakku. Kalau memang kamu jantan jangan menyakiti perempuan karena mereka itu seharusnya dijaga bukan disakiti!" dada Andre turun naik menahan amarahnya.

Matias mengetap kuat rahangnya.

"Berani kau melakukan itu kepada anak ku?" mama Matias yaitu Mrs. Melda menyentuh pipi anaknya.

"STOP!" Clara berteriak kencang. Suaranya memenuhi ruangan itu.

Clara menatap tajam Andre yang merupakan ayah kandungnya. "Hei orang tua. Apa kau tak tau kau berurusan dengan siapa ha?"

Semua terkejut.

"Woi. Lo nggak ada sopan santunnya ya sama Bokap sendiri?" Rasya maju tapi tangannya di tahan Enisa.

"Saya bokapnya." kata Mr. Fandri.

"Tapi dia ayah kandung Clara." kata Enisa menunjuk suaminga yang jelas terkaku di sana.

"Bukan, dia bukan ayahku!" kata Clara memandang tajam Andre, Enisa dan Rasya.

"Jon!" panggil Clara.

Jon segera menghampirinya. "iyaa Mrs."

Clara tersenyum sinis menatap Andre, Enisa, Rasya dan Rose. "Laporkan lelaki tua ini atas tuduhan menyerang dan mencederakan tuan Matias Giordano."

Jon memandang Andre dengan tatapan sendu. Dia mendengar semuanya dari luar. Dan dia hanya mampu mengangguk patuh dan berlalu dari sana.

"Lo... Lo perempuan sialan" Rasya sudah mengamuk seperti orang kesurupan dan Erika berusaha menahanya. Sedangkan Enisa sudah jatuh dan menangis kencang.

Andre menatap Clara dengan tatapan datar. Lalu dia pandang kearah Mrs. Claudi dan Mr. Fandri.

"aku menyesal dengan perbuatanku yang menukarkan anak kita dulu. Aku tau dia membesar dengan kemewahan tapi itu membuatnya menjadi kurang ajar dan sombong. Aku gagal menjadi seorang ayah dalam mendidik anaknya. Tapi tak mengapa aku sangat bersyukur mendapatkan anak seperti Rose."

Setelah ayat itu selesai terdengar ketukan dipintu. Dan terlihat beberapa orang polisi masuk ke dalam.

"Ikut kami. Anda ditahan atas tuduhan me..."

Kata-kata polis itu termati karena melihat Andre sudah menghulurkan tangannya dan mengangguk. Tapi yang membuat semua terkejut adalah ketika wajah lelaki paruh baya itu hanya terlihat tenang.

Saat polisi sudah akan membawah Andre pergi Rose segera berlari dan menahannya.

"jangan pak, saya mohon jangan. Ini bisa diselesaikan dengan berbincang. Tolong pak jangan ayah saya nggak salah." air mata yang mengalir di wajahnya membuat Andre merasa sakit.

"Biar saja Rose, ayah akan baik-baik saja. Jangan menangis putriku." Andre coba untuk menenagkan putrinya.

Enisa dam Rasya turut sama menghampiri Andre dan Rose.

"Mas..."

"Ayah..."

Mendengar rintihan itu membuat Andre turut sama hiba. Namun dia menahannya.

"Sudahlah aku tak akan apa-apa. Kalian pulanglah dulu ok." dia memujuk.

Sejurus selepas itu Andre dibawah pergi. Mereka bertiga menangis sehingga Enisa tak sadarkan diri lagi.

"Erika kamu saya pecat!" kata Mrs. Claudi.

Erika hanya mengangguk. Dan membantu kakaknya. Mereka semua keluar dari ruangan itu.

Sedangkan para orang kaya yang didalam tersenyum kemenangan.

***

Sudah 3 hari setelah kejadian itu berlalu. Dan Andre masih tidak dibebaskan. Mereka bisa membebaskannya jika membayar ganti rugi atau keluarga Mr. Fandri mencabut tuntutannya.

Tapi mereka benar-benar tidak punya uang yang cukup.

"Ini semua salah kamu." kata Enisa.

"benar ini nggak akan terjadi kalo papa nggak pertahanin lo waktu itu." kali ini Rasya yang berkata.

Rose hanya mampu diam, menunduk dan menangis.

"Kamu itu emang anak pembawah sial! Saya nggak mau tahu kita ke RS sekarang dan kamu minta maaf ke Clara." kesabaran Enisa memang sudah tipis.

Rose hanya mengangguk apapun akan dia lakukan untuk ayahnya.

Saat tiba Di RS tempat Clara dirawat Rose benar-benar merayu kepada Clara. Dia datang bersama Enisa dan Rasya.

"Tolong bebasin ayah. Aku mohon. " kata Rose kepada Clara yang tersenyum mengejek.

"melutut dulu!" arah Clara.

Rose diam.

Tiba-tiba Rose dipaksa melutut oleh Enisa. "cepat minta maaf!" arah Enisa.

Mereka semua tersenyum mengejek melihat 3 perempuan miskin itu terus merayu ke mereka.

"saya minta ma..."

Ucapan Rose dipotong oleh Erika yang baru saja datang dan mendobrak pintu.

Semua mata menala kearahnya.

"kak, Nisa, Abang Andre meninggal..."

TBC

Vote juga dong. Kan tekan vote itu nggak susah hehehe.

ROSE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang