20. Menyatu.

1.5K 48 0
                                    

Happy reading.




Rose dan Ian tersenyum di atas pelamin.

Iyaa hari ini mereka menikah setelah menghadapi banyak rintangan.

"Widih yang udah nikah." Kata Putra saat dia dan yang lain naik untuk mengucapkan selamat.

"Iri bilang boss." balas Ian tersenyum sinis ke arahnya.

Putra hanya berdecak. "Ck! Btw selamat bro."

"Thanks."

"Makasi."

"Wow Rose, kamu cantik banget." kata Yuan coba menggoda istri sahabatnya itu.

Rose tersenyum. "Makasi."

Ian segera melingkarkan tangannya di pinggang istringa. "Gue cungkil mata lo ya."

Yuan hanya menanggapi dengan tawa.

"Congrass bro, selamat ya Jasmine. Semoga akan bahagia selamanya." Indra berkata.

Ian tersenyum dan mengangguk.

"Thanks bro."

Hari sudah hampir menujukan pukul 11 malam.

"Ian."

Ian menoleh, dia tersenyum. "Kenapa hmm??"

"Capek loh. Dari tadi nggak selesai."

Ian terkekeh pelan. Lalu mencium pipi Rose.

"Sebentar lagi, ok baby?"

Rose akhirnya menggangk.

Dan seperti yang dibilang Ian, majlis telah selesai. Dan kedua pengantin dibenarkan untuk masuk ke kamar mereka di hotel.

Setelah pamit dengan tante-uncle, kakek dan Mrs. Fandri Ian segera membawah istrinya ke kamar.

Setelah sampai di kamar Rose langsung merebahkan dirinya di kating king size yang duhiasi kelopak bunga mawar itu.

Ian mendekat lalu mencium keningnya. "Mandi dulu Mrs. Ian, kamu bau."

Rose membuka matanya. Dia menghulurkan tangannya dan Ian segera menariknya bangun.

Rose membukan perhiasan di kepalanya. Lalu saat akan membuka zip di belakang gaunnya Rose mengalami kesulitan.

"Ian tolongin." Rengeknya manja ke suaminya.

Ian yang baru melepaskan jas nya segera membantu istrinya.

Dengan perlahan dia membuka zip istrinya. Setelah terbuka dia mengucupi punggung polos itu.

Rose tersenyum, dia segera masuk ke kamar mandi.

Setelah Rose selesai, Ian ganti masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirunya.

20 minit kemudian Ian keluar hanya menggunakan yang terlilit di pinggangnya.

Dia mengamati wajah istrinya yang memerah. Ian tersenyum nakal.

Dia segera mendekati istrinya dan mendudukan istrinya di pangkuannya.

"Baby, aku mencintaimu dan menyayangi mu, hingga ke hujung nyawaku. Jangan pernah tinggalkan aku oke?" Tanya Ian lalu mencium sayang pipi putih kemerahan dan mulis itu.

Rose tersenyum. "Aku juga sungguh mencintaimu sayang."

Mendengar jawapan Rose, hati Ian menghangat. Dia mengucupi seluruh wajah itu.

Dari jidat, hidung comel itu, pipi pou putih kemerahan nan mulus dan terakhir di bibir munggil kemerahan itu.

'Selamat malam, I LoVe YOU'

***

Ian dan Rose melangkah beriringan di bandara menuju ke pintu keluar.

Tangan keduanya saling menggenggam.

Mereka baru tiba di Paris untuk berbulan madu.

Kenapa Paris. Karena Rose yang menginginkannya.

Mereka menuju ke mobil yang sudah ada disana. Dan segera memasukinya.

Lalu mereka dibawah ke hotel 5 bintang sesuai tempahan Ian.

Rose memeluk Ian dari samping. "Aku mau terokai perancis." Katanga manja.

Ian tersenyum. "Boleh, tapi..."

Rose mengerutkan keningnya. "Tapi apa?"

Ian mendekati telinga itu lalu berbisik. "Aku mau baby, 15 baby."

Rose membulatkan mata tak percaya. Dia menatap tajam suaminya. "Ishh dasar, kamu aja yang ngelahirin."

Ian ketawa mendengar balasan itu lalu memeluk tubuh munggil itu.

Selama perjalanan Ian tak melepaskan tubuh istrinya bahkan sesekali dia mencium puncak kepala istri kesayangannya.

Rose, aku akan menjadi durimu yang melindungi kamu.

Akhirnya mereka tiba di hotel tersebut. Setelah ian menyelesaikan urusan di kaunter, Mereka berjalan ke kamar mereka.

"Wow." Rose takjub melihat susun atur kamar itu.

Dan seperti semalam di katil ada kelopak bunga rose yang banyak dan cantik.

Ian memeluk istri nya dari belakang. Dia mencium leher putih dan wangi itu.

Rose tersenyum. Sungguh dua gembira melihat semua ini.

"Mandi dulu setelah itu kita makan." kata Ian.

Rose mengangguk. "Yaudah leoas dong."

Iam tersenyum sinis. Dan tanpa aba-aba tubuh itu dicempung menuju ke kamar mandi.

"Arkhh Iannnnnnnnn!!"

Setelah selesai ritual mandinya mereka segera memakai pakaian masing-masing.

Tak lama kedengaran lonceng kamar berbunyi.

Ian mendekat dan salah seorang pekerja masuk sambil menghidangkan makanan di meja.

Setelah pekerja itu keluar mereka mula menyatap makanan mereka.

Saat perut sudah terisi mereka berdua sedang bersantai di atas katil dan menonton acara di tv.

Posisinya Ian memeluk istrinya dan Rose menyandar di dada suaminya.

"Ian."

"Hmmm?"

"Aku sedih. Mama, Rasya, ayah dan ibu nggak bisa hadir di acara pernikahan kita."

Ian mengeratkan pelukan.

"Nggak usah sedih. Mama juga udah kita temuin sebelum menikahkan."

Rose terdiam. "Aku kasihan sama mereka."

Ian mencium pipi istrinya.

"Mereka berani melakukan kesalahan, mereka tau apa resikonya dan pastinya mereka haru berani menghadapi resiko dan hukumannya. Jika tidak seperti itu, mereka tidak akan pernah belajara dari kesilapan."

Rose mengangguk faham.

"Uda, nggak sedih baby, kita ke sini untuk mencipta kenangan bahagia bukan?" Tanya Ian.

Rose mengangguk dan membalas pelukan suami terchenta.

Clara sudah tenang di alam sana, Matias jatuh bangkrap, dioenjarakan dan namanya dibuang dari daftar keluarga, Mrs. Claudi dan Rasya di penjarakan sesuai hukuman dan Enisa yang tak bisa menerima kepergian putri bungsunya akhirnya mengalami gangguan jiwa.

Lihat, balasan ada untuk setiap manusia yang melakukan kejahatan.

Manusia tidak akan pernah bahagia di atas penderitaan orang lain.

Dan penyesalan selalu berada diakhir bukan diawal, karena kalau berada di awal itu bukan pemyesalan tapi itu pengharapan.

Tbc

Maaf typonya ^^

ROSE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang