13. Berpisah.

960 38 0
                                    

Italia...

Ian melangkah masuk ke dalam mansion dengan wajah lelahnya.

Para pelayan dan body gurd menyapanya dan menunduk hormat.

"Dimana Rose?" tanya Ian dingin.

"Ermm, Rose sedang main dengan Chino tuan." kata Miska.

Ian mengangkat sebelah alisnya. "Siapa Chino??"

Belum sempat Miska menjawab, kelibat Rose datang dari arah dapur sambil mendukung kelincinya.

Ian tersenyum tipis, sekarang dia tahu siapa itu Chino.

"Hai, sudah pulang." Rose mendekat ke arah Ian.

Ian mengangguk lalu mencium kening Rose lalu memeluknya.

"Tapi aku harus pergi lagi." kata Ian.

Rose mengerutkan keningnya. "Ke mana?"

"ke Amerika ada urusan di sana." kata Ian.

Rose tersenyum. "Ohhh. Yaudah aku nggak papa kok."

"Maaf ya. Nanti aku pulang jaga diri kamu." Kata Ian.

Tak lama seorang pelayan membawah turun beg pakaian Ian. Memang Ian sudah menyuruh pelayan itu menyiapkan keperluannya.

Ian memeluk Rose dan mencium wajah gadis itu.

"Ingat jaga Rose." arahnya tegas ke semua anak buahnya.

"Aku pergi dulu ya."

"Iya hati-hati."

Akhirnya Ian masuk ke dalam mobil, dan mobil itu melaju pergi.

Entahlah Ian tak ingin pergi, tapi kakeknya memaksa dan entah kenapa Ian merasa tak sedap hati.

Akhirnya Rose masuk kedalam kamarnya. Dia menangis sampai dirinya terlelap.

Saat pagi menjelang Rose sudah bersiap sedia untuk ke kampusnya. Tadi menghubungi Ian tapi Ian tak mengangkat panggilannya. Rose mencoba berfikir positif saja.

Dia turun ke bawah dan bersarapan. Lalu menaiki mobil yang segera dipandu menuju kampusnya oleh supirnya.

Saat tiba Rose berjalan sendirian menuju kelasnya karena Hefni juga ikut sama pergi ke Amerika bersama Ian, Lucca, Jhon dan beberapa body gurd lainnya.

Dan sekarang Rose duduk di bangkunya.

"Pagi Rose." Sapa Ella.

Rose hanya tersenyum menanggapinya karena dia masih sedih dan rindu dengan Ian.

"Kok lo sedih si?. Cerita aja ke gue. Kan gue sahabat lo." kata Ella.

Rose diam, dia tak pernah menganggap Ella sebagai sahabatnya. "Gue nggak papa kok."

"Gue nggak mau tau cepat cerita." Ella bersikeras sampai akhirnya Rose terpaksa menceritakan bahwa majikannya sedang pergi.

Dia bercerita sangat terpaksa.

"ohh. Tenang aja nanti juga pulang kan ke Italia. Mending sehabis pulang kampus kita ke apartemen gue." kata Ella antusias.

Rose ingin menolak tapi segera di bantah oleh Ella.

"Gue nggak terima penolakan. Btw gue ke toilet dulu." kata Ella.

Ella keluar dari kelas dan menuju ke rooftop. Sambil menghubungi seseorang. Saat panggilannya sudah diangkat dia tersenyum.

"Kita jalanin rancangannya sekarang Aja."

***

Indonesia...

Clara melangkah masuk kedalam apartemen. Dan melihat Enisa serta Rasya disana sedang bersantai di ruang tamu.

"Clara, kamu datang sayang?" tanya Enisa antusias.

Clara hanya mengangguk saja. Lalu duduk di sofa sambil menyilamgkan kakinya dengan anggun. "Gimana kehidupan mewah yang gue beri suka?"

Enisa dan Rasya mengangguk.

Clara tersenyum. "Mulai besok kalian bisa tinggal dirumah bareng gue, mama, sama papa. Karena 'babu' kita bakalan datang besok."

Sontak Enisa dan Rasya kaget.

"Maksud lo... Rose ya??" tanya Rasya.

Clara memggangguk lagi.

Kali ini Rasya dan Enisa tersenyum lebar. Akhirnya mereka bisa menyiksa Rose yang sangat mereka benci.

Selamat datang di mimpi ngerimu.

***

Italia...

Rose melangkah masuk kedalam apartemen milik Ella. Sebenarnya dia tak ingin datang tapi memaksanya.

"Yuk masuk." kata Ella.

Mereka masuk kedalam. Dan Rose duduk di sofa diruang tamu itu.

"Bentar ya gue bikinin lo minum." kata Ella.

Rose hanya mengangguk.

Kemudian Ella kembali sambil membawah Minuman dan cemilan.

"Diminum. Nggak usah malu-malu."

Rose pun meminum minuman itu.

Mereka mulai berbual. Tapi Rose hanya biasa saja. Sebenarnya dia nggak nyaman.

"Ehh Rose gue boleh liat nggak, baju-baju baru rekaan lo?" tanya Ella.

Sebenarnya Rose ingin mengatakan 'Tidak boleh' tapi wanita itu seenak jidatnya saja langsung membongkar isi tasnya Rose.

Ella mencermati rekaan-rekaan baju Rose. "Pada cantik semua lagi." kata Ella.

Rose hanya diam. Kepalanya mulai pusing. "Ella, kok gue pusing." kata Rose.

Ella memandangi Rose. Lalu tersenyum jahat. "Karena lo goblok."

Rose tak memahami maksudnya tapi apakan daya dirinya merasa keadaan sekelilingnya sudah tak jelas dipenglihatannya.

Dan keadaan mulai menjadi gelap.

"Bagus. Sekarang kita harus berangkat ke Indonesia." kata Ella.

Setelah itu beberapa orang bertubuh besar masuk dan menggendong Rose. Mereka membawah Rose ke bandara.

***

Di lain tempat Ian sedang mengamuk karena. Para body gurdnya mengatakan Rose hilang.

Segera saja di mengambil kunci mobilnya.

"Ian mau kemana kamu?" tanya Kakek Ian.

Ian hanya diam.

"Kalau kamu nggak mau kakek celakain kekasih kamu itu, nurut sama kakek. Jalin pertunangan kamu dengan Jessica.

"Ian nggak mau." kata Ian.

"Tidak guna membantah, kakek yang membuat keputusan. Kamu sudah jadi tunangan  orang, kakek sudah menjalinkannya. Dan kamu nggak boleh kembali ke Italia. Karena kakek mau kamu menjaga perusahan Dark Renzo." kata kakeknya lalu berlalu pergi.

Ian menggeram marah. Dark Renzo adalah perusahaan kakeknya tapi Ian tidak mau mengurusnya karena dia cuman mau mengurus Renzo Empire, perusahan yang dibangun sendiri oleh ayahnya.

Walaupun Dark Renzo cukup terkenal dan disegani tapi Ian tidak peduli karena Perusahan itu dibangun dengan cara kotor apalagi perusahan itu yang menjadikan keluarganya serta dirinya menjadi mafia.

Walaupun Ian senang menjadi mafia, tapi dia benci cara kerja perusahan Dark Renzo.

TBC

Jangan lupa di vote ya

^^

ROSE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang