15. Ikatan batin.

963 46 0
                                    

Budayakan Vote ya guyss.

"Rose."

Rose yang sedang membenamkan wajahnya di lututnya tersentak mendengar namanya di panggil.

Dia mendongak dan melihat seorang lelaki paruh baya tapi tetap kelihatan tampan melangkah menuju ke arahnya.

"Tuan?" panggil Rose saat Mr. Fandri sudah berjongkok dihadapannya.

Mr. Fandri tersenyum. Dia meletakan pinggan dan segelas air ke lantai. Tangannya dilarikan mengusap sayang kepala Rose.

"Shuhs, panggil papa saja."

Sungguh, demi mendengar kata itu keluar dari mulut Ayah kandungnya air matanya jatuh dengan deras.

Air mata Mr. Fandri turut jatuh. Selama 5 bulan kehadiran Rose menyadarkan dia. Rasa sayang mengalir untuk gadis yang tak lain adalah anak kandungnya sendiri. Ikatan batin antara dirinya dan Rose tak akan putus.

"Boleh papa peluk kamu?" tanya dengan suara serak.

Rose mengangguk.

Mr. Fandri segerak memeluk anaknya untuk yang pertama kalinya.

Dan rasanya benar-benar berbeda saat dia memeluk Clara.

Karena Rose adalah anak kandungnya.

Dia menyesal. Sudah banyak waktu yang terlewatkan antara mereka.

Dia tak mampu mencurahkan kasih sayangnya untuk anaknya.

"Maafin papa. Papa nggak bisa jadi papa yang terbaik buat kamu." katanya dengan air mata deras mengalir.

Rose menggelengkan kepalanya. "Rose sayang papa. Rose kangen." Rose memeluk erat papanya.

"Iya sayang papa janji mulai dari sekarang papa bakal jadi papa yang terbaik buat kamu."

Hampir 30 minit mereka berpelukan melepas rasa rindu bertahun-tahun lamanya.

Mr. Fandri melepaskan pelukan dengan lembut. "Sekarang kamu makan ya sayang papa temanin habis itu ke kamar kamu lalu tidur."

Rose mengangguk. Hari ini menjadi salah satu hari paling bahagia untuknha. Dia sungguh bersyukur karena papanya menerimanya. Dia juga sadar selama ini papanya selalu menatap dengan sayu dan... Penuh sayang.

Setelah Rose selesai makan, Mr. Fandri membawahnya keluar dan menuju ke kamrnya yang terletak di sebelah dapur.

Kamar itu hanya kecil tapi cukup bagi Rose.

Rose berbaring di kasurnya. Mr. Fandri menyelimuti anaknya.

"Tidur ya sayang. Papa sungguh sangat menyayangi mu." katanya diakhiri kucupan hangat di dahi Rose.

Tanpa mereka sedari seseorang memerhatikan mereka dengan tatapan sinis dan tak percaya.

Saat hari sudah pagi Rose bangun seperti biasa dan menyiapkan sarapan. Maid yang lain biasanya datang pukul 9 pagi.

Setelah selesai menghidangkan sarapannya Rose mengetuk pintu Kamar para penghuni rumah sekadar tanda bahwa sarapan sudah siap.

Semua menuju ke meja sarapan.

"Selamat menikmati sarapannya." kata Rose dan ingin berlalu pergi tapi ditahan oleh suara seseorang.

"Rose, gabung aja. Kamu bisa sarapan dengan kami." Kata Mr. Fandri menatap hangat Rose.

Rose membalas tatapan papanya tapi dia ragu.

"Dady, apaan sih. Kok gitu. Nggak boleh dong dia itu PEMBANTU Dad!" bantah Clara.

"Clara Dady ketua keluarga dan Dady berhak untuk menentukan keputusan." balas Mr. Fandri tenang.

"Mas, kita nggak setaraf sama anak haram itu." kali ini Mrs. Claudi yang membantah.

"Jaga mulutmu Claudi. Rose duduk." akhirnya semua diam dan Rose ikut serta sarapan pagi itu.

Saat selesai sarapan Rose membereskan meja lalu lanjut mencuci piring.

Tiba-tiba dia merasa tarikan kuat di lengannya dari belakang hinggah memaksanya berpusing

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi mulusnya.

Rose melihat orang itu dengab tatapan tak percaya.

Enisa.

Ibu angkatnya yang menampar pipinya.

"Ibu..."

"Benar-benar nggak tahu malu. Dengar ya Rose sekali lagi kamu menyakiti hati Clara saya nggak segan-segan buat kamu terluka."

Enisa berkata demikian lalu berlalu pergi.

Rose menangis.

Tiada hari tanpa tangisan.

Di sisi lain Clara sedang mengamuk karena perlakuan papanya tadi ke Rose.

Sungguh membuatnya sakit hati.

Tok tok tok.

Clara melihat ke arah pintu.

"Masuk."

Melihat siapa yang masuk Clara mengangkat alisnya.

"Kenapa?" tanya Clara tak santai ke Rasya.

Rasya hanya tersenyum sinis.

"Calon suami lo datang."

Clara mengangguk lalu bangkit berdiri. Tapi langkahnya terhenti.

"Gue rasa posisi lo udah nggak aman." kata Rasya.

Clara memandangnya tajam. "Apa maksud lo."

Rasya memberikan senyuman sinis. "Kemarin gue nggak sengaja lihat Dady lo di kamar Rose dia menyelimuti Rose dan mencium keningnya dan mengatakan dia sangat menyayangi Rose."

Mendengar itu Emosi Clara naik dia segera turun ke bawah yang ternyata sudah ada Claudi, Fandri, Enisa, dan Matias.

"Maksud Dady apaan? Dady mencium kening Rose dan Dady menyayanginya." Clara berkata dengan penuh emosi.

Semua kaget mendengar hal tersebut.

"Mas, apa itu benar."

Wajah Mr. Fandri tenang seperti selalu. Dan dia mengangguk.

"Dady, Dady udah nggak sayang Clara ya Dad?"

Fandri menghembus nafas lelah. Sungguh dia sangat lelah menghadapi sikap Clara dan Claudi.

"Dady sayang kamu Clara. Tapi mau bagaiamana pun Rose anak kandung Dady yang lebih berhak. Dady nggak akan buang kamu kok. Tapi Dady harap semua yang ada di sini berhenti bersikap jahat ke Rose. Karena Rose anak Dady."

Semua terkejut mendengar itu.

"Matias bawah Clara pergi untuk melihat dewan dan baju kalian. Pernikahan kalian tinggal beberapa hari lagi. Bersikap lah matang Clara."

Kata Mr. Fandri lalu bangkit dari duduknya.

"Mas, mau kemana?" tanya Claudi ke suaminya dengan nada menahan amarah.

"Ingin membawah Rose mencari gaun untuk nanti mjlis pertunangan Clara. Aku ingin habiskan waktuku berdua bersama anakku."

Clara menatap kepergian Dady nya dengan tatapan marah dan air mata turut mengalir.

TBC

Yoi, maap dengan typonya ^^

ROSE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang