11. 'Miliku'

1.2K 53 0
                                    

Berhati-hati dengan Typo guys.

Cahaya matahari sudah semakin tinggi di atas sana dan memaksa mata yang terpejam untuk segera terbuka.

Rose mula membuka matanya. Dia menggeliatkan sedikit tubuhnya.

Saat nyawa sudah terkumpul sepenuhnya, dia menggerakan tubuhnya untuk duduk tapi dia merasa ada tangan yang melingkar di pinggangnya.

Rose menoleh kesamping dan betapa kagetnya dia melihat Ian tidur di sampingnya.

SEKAMAR.

"Arghhhhhhhhhh!!" Rose menjerit sangat kuat sehinggah membangunkan lelaki disampingnya.

Ian membukan sebelah matanya dan memandang gadisnya.

"Baby, kenapa menjerit di pagi hari?" tanya Ian dengan sura serak basahnya khas orang yang baru bangun. Kedengaran sexy.

"Kenapa? Kenapa kau tidur di kamar ku Ian?" tanya Rose kesal.

Ian menaikkan sebelah alisnya. "Ini rumahku. Jadi terserah aku mau tidur dimana. "

"ta--tapi kamu bilang ini kamar untuk ku dan kamu tidur sekatil dengan aku Ian!" Rose semakin kesal karena Ian mempererat pelukannya di tubuh munggil itu.

Ian membenamkan wajahnya di ceruk leher Rose. "Memangnya kenapa? Aku nggak lakuin apa-apa kok. Cuma meluk kamu doang. Lagian kamu kan 'milikku'."

Ian mengatakan dengan menekan kata milikku.

"Milikku, pala mu pea." Rose menjauhkan kepala Ian dari lehernya.

"Baby, bahasamu nggak boleh kasar." Ian memberi amaran.

Rose hanya mengerut kan bibirnya.

Walaupun tinggal serumah mereka tidak tidur sekamar tapi apa-apaan ini. Ian mencoba menodainya.

"Yaudah lepas aku mau mandi." kata Rose sambil mencoba melepaskan pelukan Ian.

"Morning kiss dulu." kata Ian masih memejamkan matanya.

Rose menghela nafasnya. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Ian lalu mencium kedua pipi lelaki itu.

Cup.

Cup.

Ian tersenyum lalu membuka matanya dia membalas ciuman Rose tapi bukan di pipi melainkan di bibir munggil dan merah gadisnya.

Setelah itu Ian melepaskan pelukan dan Rose segera menuju ke kamar mandi.

Saat Rose selesai mandi dia tak melihat Ian lagi di kamarnya. Rose membereskan katil yang sedikit berantakan itu.

Lalu Rose membawah dirinya turun ke bawah menuju ke dapur.

"Rose kamu sudah bangun. Kesini lah kita sarapan bersama." panggil Jhon.

Rose mengangguk dan mendekati meja makan lalu duduk di tempat biasanya.

Lucca yang baru saja turun langsung menghampiri Rose membelai rambut halus Rose. "Morning beautiful." sapanya.

Rose membalas senyuman Lucca dan sapaannya.

Lucca mengambil tempat di sampimg Jhon.

"Kamu mau makan apa?" tanya Jhon.

Rose berdecak. Jhon memang seperti pengasuhnya saja.

"Roti campur selai coklat."

"Okay." setelah selesai, Jhon memberikan roti tersebut ke Rose.

Sebuah wangian yang sangat Rose suka mulai memenuhi rongga hidungnya dan ketika dia menoleh, dia menemukan Ian yang sudah rapi.

Lucca, Jhon dan para pelayan berdiri dan menunduk hormat kepada Bos besar mereka.

Ian membalas dengan anggukan kepala. Lalu ia menghampiri Rose yang tersenyum ke arahnya.

Cup.

Ian mencium kening gadisnya. Lalu duduk di tempatnya.

Dan mereka bersarapan dengan tenang diringi perbualan dan candaan ringan.

***

Setelah selesai makan, Ian membawah Rose ke makam kedua orang tuanya. Seperti katanya semalam ingin membawah Rose ke suatu tempat.

Dan mereka sedang duduk sambil memandang kedua makam tersebut.

"Ma, Pa, Ian bawah calon menantu kalian." kata Ian tersenyum memandangi Rose.

Wajah Rose seketika memerah mendengar kata-kata Ian.

Melihat rona di wajah gadisnya Ian terkekeh pelan. Lalu mengelus sayang rambut kekasihnya.

Sekitar satu jam disana, Ian membawah gadisnya pulang setelah pamit.

Saat didalam mobil Ian kembali memeluk gadisnya.

Rose membalas pelukannya. "Ian."

"Hmmm"

"Besok aku kuliah." kata Rose.

"Terus?" tanya Ian.

"siapa yang ngantarin aku besok, kamu atau Lucca atau Jhon?" tanya Rose.

Ian mengangkat wajahnya memandangi wajah Rose. "Memangnya kamu pengen siapa yang ngantarin kamu?" tanya Ian balik.

Rose menyandarkan kepalanya di dada bidang Ian sambil memeluk pinggang lelaki itu. "Kamu."

Ian membelai surai lembut gadisnya. "Yaudah." balas Ian.

Lucca yang sedari tadi memandu dan melihat kemesraan bossnya bersama kekasihnya hanya terkekeh.

Menurut Lucca Rose benar-benar membawah cahaya ke kehidupan Ian yang gelap setelah kehilangan kedua orang tuanya.

"Tapi...." Ian menjeda kalimatnya.

"tapi apa hmm?" tanya Rose.

"Kiss dulu." kata Ian lagi seraya menaik turunkan alisnya sambil tersenyum nakal.

"Issh dasar mesum." kata Rose. Rose semakin membenamkan wajahnya didada bidang itu.

Ian berdecak kesal. Ia mau dicium bukan dipeluk.

Ian merangkul erat tubuh munggil itu. "ngantuk?"

Rose hanya mengangguk.

"Yaudah tidur aja nanti sampai Aku bangunin." kata Ian seraya mengelus punggung belakang gadisnya.

Merasa mendapatkan kenyamanan Rose mula memejamkan matanya.

Ian dapat merasakan gadisnya sudah terlelap dengan nafas yang beraturan.  "Dasar kebo kesayangan." kata Ian terkekeh pelan.

***

Di Indonesia...

Clara yang sibuk berciuman di kantornya bersama Matias terpaksa menghentikan kehiatannya karena kedatangan orang suruhannya.

"Gimana?" tanya Clara kepada Alex orang suruhannya sekaligus tangan kanannya.

"Seperti yang kiga lihat, laki-laki yang menolong Rose adalah Ian Leone Lorenzo. Mereka tidak memiliki hubungan special dan Tuan Ian menolong Rose karena simpati dan karena Rose bekerja di perusahan Tuan Ian." kata Alex.

Sebenarnya Lucca sudah menyamarkan pencarian Alex tanpa disadari oleh lelaki itu.

Clara dan Matias mengganguk faham.

"Cih, Berani sekali Rose meraih simpati laki-laki kaya itu. Dasar murahan." kata Clara sinis.

Clara memandangi Matias lalu kembali memandangi Alex.

"Perempuan itu sudah bersedia??" tanya Clara.

Alex hanya mengangguk.

Clara tersenyum senang. "Baik, hantar dia ke Italia dan pastikan dia melakukan pekerjaannya dengan baik!" arah Clara tegas.

Matias kembali menarik tengku Clara.

Melihat itu, Alex menundukan kepalanya dan berjalan keluar.

TBC

Votemenn jangan lupa ^^

Semangat untuk yang mejalankan puasanya ^^

ROSE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang