💙A14= Berubah 2

42 3 0
                                    

Sudah satu minggu Alana berubah menjadi pendiam, bukan sifat nya saja yang berubah, pakaian nya juga, yang dulu nya hanya berhijab namun tidak menutupi dada, kini berhijab syari.

Alana sedang mengaji di mushallah, mengenakan baju putih abu - abu dan hijab syari, tak lama kemudian seorang pria datang, lalu menghempar sajadah.

"Sudah shalat Alana?" tanya pria itu.

"Sudah Pak." jawab  Alana.

Alana kembali melanjutkan bacaan nya, belum sampai satu halaman, Alana kembali berhenti membaca karena Aladin muncul di depannya.

"Kenapa liatin saya?" tanya Alana

"Saya? Sejak kapan lo sopan banget?" ketus Aladin. Alana tidak menjawab pertanyaan Aladin.

"Alana gue mau ngomong." ucap Aladin.

"Ngomong aja." ketus Alana.

"Alana gue gak suka lo berubah." ucap Aladin to the point.

Alana mengerutkan dahi nya. "Bukan nya dulu lo minta gue berubah kayak Yasmin ya?"

"Na tapi jangan hindarin gue." ucap Aladin.

"Saya juga menghindari laki - laki lain selain kamu kok." jawab Alana.

"Gue cuma mau kita berteman kayak dulu." ucap Aladin dengan wajah memelas.

"Gak bisa Aladin." jawab Alana.

"Gue cuma kangen sama lo yang dulu, gue sadar mungkin gue dulu cuek sama lo, tapi jujur gue kangen sama lo semenjak lo menghindar dari gue." tegas Aladin, Alana tertegun lalu meninggalkan Aladin di mushallah.

Setelah Pak Azzam shalat duha ia datang menemui Aladin yang masih duduk ditempat nya. "Kamu suka sama Alana?" tanya Pak Azzam.

"Saya cuma mau Alana kayak dulu Pak, itu aja." jawab Aladin lalu meninggal kan Pak Azzam.

Baru lima langkah berjalan, Aladin menghentikan langkahnya. "Harus nya Bapak tau perasaan Alana Pak, perasaan yang dua tahun lebih dia pendam." ucap Aladin lalu kembali berjalan.

*****

Alana, dan Aishah sedang duduk di kantin, Alana masih memikirkan percakapan Aladin yang tadi. "Lo mikir apaan sih Na?" tanya Aishah.

Alana menggeleng kepala nya. "Cerita aja Na." ucap Aishah.

"Gue salah yah kalau gue berubah?" tanya Alana .

Aishah mengusap punggung Alana. "Gak salah kok, gue malah senang lo mau berubah, yang penting berubah nya karena Allah. "

"Tapi kenapa Aladin marah?" tanya Alana.

"Aladin marahin lo? Dimana tu anak? Sini gue datangin." Aishah berdiri dari kursinya.

"Gak usah, Aladin gak suka kalau gue berubah, dia mau kalau gue kayak dulu, yang akrab sama dia." jawab Alana.

Aishah memutar bola mata malas. "Aladin lo dengerin, gak jelas tu anak, dulu lo deket deket sama dia, dia marah, sekarang lo menjauh, dia mendekat, gak jelas kan." tegas Aishah.

"Iya sih."

"Siapa yang gak jelas?" tanya pria jangkung yang baru saja datang.

Aishah berdiri lalu melipat tangan nya di perut. "Lo yang gak jelas Aladin."

Aladin mengerutkan kening nya. "Ooohh gue, Alana ke perpustakaan yuk?" ajak Aladin.

"Maaf tapi saat ini saya gak bisa." jawab Alana masih menundukkan pandangan nya.

Aishah tertawa receh. "Emang enak di tolak mentah - mentah, belagu sih, dulu lo di ajak ke kantin sama Alana, lo tolak, eh sekarang di ajak ke perpustakaan, di tolak balik, sukurin."

"Aishah jangan gitu." ucap Alana pelan sambil mencubit paha Aishah.

"Emang enak di cubit." umpat Aladin.

Aladin kemudian duduk di depan Alana dan Aishah. "Numpang duduk gak papa dong." ucap Aladin.

"Serah lo." bentak Aishah.

Tak lama kemudian seorang gadis datang. "Aladin my baby." ucap gadis itu.

"Itu princess lo datang." ucap Aisha, Aladin kembali berubah menjadi dingin karena Bella yang baru saja datang.

"Aladin jangan jutek - jutek ih." ucap Bella.

Aladin meninggalkan Bella, Bella menggerutu kesal.

Tak berselang beberapa menit  Pak Azzam dan Yasmin terlihat jalan berdua, Aishah yang menyadari itu mengusap punggung Alana. "Sabar yah."

"Mungkin kalau gue gak memendam perasaan ini, rasanya gak akan se sakit ini." ucap Alana.

****

Jam pulang telah tiba, Alana, dan Aishah menunggu di halte sekolah, tak menunggu waktu lama kakak Aishah datang menjemput Aishah. "Ayo naik." ajak  Fadhel (kakak Aishah.)

"Alana gimana? Masa gue tinggal sendiri." kesal Aishah.

"Yaudah Alana biar kakak yang anterin pulang." ucap Fadhel.

"Gue." ucap Aishah tak terima.

"Makanya buruan naik." ucap Fadhel bertambah kesal.

"Yaudah deh. Alana duluan yah." pamit Aishah.

"Iya gak papa kok, gue kan udah besar." jawab Alana sambil tersenyum ramah.

"Alana cantik kalau senyum, mau gak jadi pacar kakak Fadhel." goda Fadhel sambil menaik turunkan alisnya.

"Berhenti godain teman gue." marah Aishah.

Aishah menatap jam tangan nya, sudah sepuluh menit berlalu sejak Aishah pulang, namun Alana belum menemukan satu pun angkutan umum.

Tak menunggu waktu lama angkutan umum berwarna merah berhenti tepat di depan Alana. "Sini masuk." ucap pria di dalam angkot yang tak lain adalah Aladin.

Alana masih berdiri di tempatnya. "Udah, disini kita gak berdua, ada supir angkot, dan ada ibu - ibu dari pasar." ucap Aladin.

Alana berjalan pelan memasuki angkot. "Motor kamu mana?" tanya Alana sambil meletakkan bokong nya di kursi penumpang.

"Lo gak perlu tau." jawab Aladin datar.

"Alana?" panggil Aladin.

Alana mendongak. "Kamu cantik, tapi aku belum suka sama kamu, gak tau kalau nantu sore." ucap Aladin sok puitis.

Alana mencubit perut Aladin. "Lo apaan sih, katanya ketua rohis, tapi centil kayak gini, jijik gue sama lo." bentak Alana.

"Lo? Gue?" Aladin tertawa kencang. "Gitu dong, ngomong biasa aja gak usah sok sok an ngomong 'saya''kamu' Alana yang gue kenal gak pernah kaku."

Alana memukul mulutnya sendiri. "Gak usah di pukulin mulutnya kasian." goda Aladin. Aladin meraih tangan Alana yang masih memukul mulutnya.

"Kenapa lo jadi kayak gue yang dulu sih?" tanya Alana.

"Karena gue kangen sama lo yang dulu, kalau gue gak bisa lihat lo yang dulu, setidak nya gue merubah diri gue kayak lo." ucap Aladin.

"Maafin Alana." ucap Alana.

"Gak usah minta maaf." ucap Aladin lembut.

Bersambung......



Alana VS AladinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang