Aladin masih menemani Dimas yang terus mengoceh di rumah nya. Ia memang bosan mendengar ocehan Dimas, tapi Ia sadar di Amerika pasti Ia akan merindukan suara Dimas.
"Tumben lo dengar ocehan gue dengan seksama." ucap Dimas curiga.
"Jadi lo gak mau gue perhatiin."
"Gak gitu konsep nya Mas." kesal Dimas.
"Terus?"
"Yah aneh aja."
Tok.. Tok.. Tok...
Suara ketukan pintu berhasil menghentikan perdebatan Aladin, dan Dimas. Aladin membuka pintu dan melihat Brandon, Aishah, dan Mia datang.
Aladin memperhatikan teman - teman nya namun yang di cari Aladin tidak ada, "Alana mana?"
"Gak mau ikut dia." ujar Mia.
"Kenapa?" tanya Aladin.
"Tanya sama dia." sergah Aishah.
Aladin membawa teman - teman nya masuk ke ruang tamu. "Aladin lo ada masalah ya sama lo?" tanya Brandon.
"Lo gak tau?" tanya Aladin yang di jawab dengan gelengan.
"Beneran gak tau?" kedua kalinya Brandon menggeleng kepala.
"Lo kan suka sama Alana, masa Alana gak curhat sama lo." sinis Aladin.
"Gue suka sama Alana, Alana? Gak tau dia suka sama gue atau enggak." Brandon berdecak pelan.
"Kasian banget sih lo." hina Aladin.
"Dia masih mending, lo di musuhin sama Alana." ledek Dimas.
"Lo teman gue apa bukan sih?" kesal Aladin.
"Santai Mas."
"Aladin sebelum lo ke Amerika mending lo ke rumah Alana." usul Aishah.
"Gue di larang kemana - mana, gue juga mau nya gitu, biar minta maaf." murung Aladin.
"Sabar yah Aladin, kayak nya emang takdir lo musuhan terus deh sama tapir betina." cerocos Dimas sambil mengunyah nastar.
"Gue laporin Alana lo yah." kompor Mia.
"Jangan - jangan." Sontak Dimas berdiri dari sofa, "Alana mah gak seru, kalau di ledekin main nya ke ruang Bk, mentang - mentang Pak Azzam nongol mulu di ruang Bk." celoteh Aladin.
"Lo juga sih, suka banget jailin orang." kesal Aishah.
"Lo gak buatin kita minuman?" tanya Brandon.
"Tunggu."
Aladin memasuki dapur mengambil minuman. Selagi Aladin mengambil minuman Dimas, Brandon, Aishah, dan Dimas bermain ular tangga.
"Hai Kak." sapa gadis kecil yang baru saja masuk ke dalam rumah.
Mereka yang tengah asik bermain langsung menoleh ke sumber suara, suasana hening seketika melihat gadis kecil imut yang berdiri di depan mereka.
"Ngapain lo lihatin Adek gue?" tanya Aladin.
"Itu Adek lo?" tanya Brandon sambil menunjuk ke arah Meira.
"Kenalin Kak aku Meira aku masih kelas satu SD, jangan tanya kenapa gigi aku ompong soal nya bentar lagi gigi ku tumbuh kok." jelas Meira dengan suara cempreng nya.
Seisi ruangan melongo, Meira memang anak yang cerewet jika bertemu banyak orang.
"Gue ramal Adek lo bakal kayak Alana yang dulu." ujar Aishah dengan mulut setengah terbuka menatap Meira.
"Kak perkenalkan diri dong?" pinta Meira.
"Kenalin Mei aku Dimas."
"Udah tau." ketus Meira.
"Kenalin Dek aku Brandon." ucap Brandon sambil mengulurkan tangan.
Dengan senang hati Meira membalas uluran tangan mulus Brandon, "Hai Kak Brandon ganteng, kalau nanti Meira besar, Kakak mau gak jadi suami Meira." ucap Meira tanpa rasa malu sedikit pun.
"Meira!" bentak Aladin.
"Kenapa? Kata Ibu gak boleh pacaran, tapi kalau nikah boleh asal cukup umur, nanti kalau Meira udah cukup umur Meira mau nikah sama Kak Brandon."
Keadaan kembali hening. Dimas membuka suara agar keadaan kembali seperti semula, "Gini Meira cantik, kalau Kak Brandon nungguin Meira besar,Kak Brandon keburu tua, Kak Brandon kan pengen cepat nikah."
"Siapa bilang gue mau cepat nikah." sergah Brandon.
"Jadi lo mau nikah sama Meira?" tanya Dimas.
"Gak gitu juga."
"Jadi lo mau nikah muda apa nikah sama Meira nih?" tanya Dimas.
"Iya, Iya gue mau nikah muda." pasrah Brandon.
"Yaudah gini aja, kapan pun Kak Brandon siap nikah Meira juga akan siap." ucap Meira.
"Adek lo cepet banget puber nya." bisik Mia.
"Brandon gue yakin di list hidup lo, lo gak punya mimpi nikah sama bocil." lirih Dimas.
Brandon turun dari sofa mendekatkan dirinya ke arah Meira, "Meira cantik, Kakak yakin kamu punya mimpi besar, lebih baik kamu wujudkan mimpi kamu dulu, baru nikah."
"Tapi mimpi terbesar Meira membangun keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah." ucap Meira.
"Tapi Meira kan masih kecil jadi gak boleh mikir ke situ dulu." ucap Aladin sambil mengelus puncak kepala Meira.
"Yaudah deh." pasrah Meira.
Tak terasa sudah berjam - jam mereka bermain ular tangga. "Gue pamit pulang yah." izin Dimas.
"Kalau gitu kita juga deh." ucap Aishah, dan Mia.
"Gue juga." ucap Brandon.
"Makasih yah guys." teriak Aladin.
*****
Aladin menatap pantulan dirinya di cermin melihat diri nya yang tumbuh semakin dewasa.
Baju kaos polos, dan celana pendek terpampang jelas di tubuh nya, setelah beberapa menit bercermin Aladin merebahkan tubuh nya di kasur.
Perlahan Aladin memejamkan mata nya, dan tertidur pulas.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana VS Aladin
Genç KurguAlana dan Aladin adalah dua spesies yang sangat berbeda, Alana yang cerewet, sedangkan Aladin yang dingin. Namun mereka memiliki kesamaan yaitu sama sama menyukai Fisika. Kisah ini bukan tentang Alana yang jatuh cinta pada Aladin, begitu pun sebali...