Tak terasa sudah berminggu minggu berlalu, hubungan Mami Anisa, dan Dokter Amran semakin dekat, Alana pun sudah menghadapi ujian nasional.
Hari ini adalah hari kelulusan, dan pengumuman beasiswa kuliah di Amerika, Alana datang sangat pagi berharap Ia akan mendapatkan beasiswa itu.
"Aladin." sapa Alana.
"Kalau ngajak ribut mending gak usah manggil." ketus Aladin.
"Sensi banget sih, lo bareng siapa ke sini?" tanya Alana.
"Bareng Kak Dinda, sama Ibu." jawab Aladin.
"Aladin, boleh gak yang wakilin gue hari ini Kak Dinda, soal nya nyokap gue sibuk hari ini."
"Iya itu Kak Dinda ada diluar." Alana keluar menghampiri Kak Dinda.
"Kak Dinda." panggil Alana.
"Kenapa cantik." jawab Dinda.
"Gini Kak hari ini Mami nya Alana gak bisa datang, Kakak mau kan gantiin Mami nya Alana, hari ini aja please." pinta Alana.
Dinda berfikir sejanak, tak lama kemudian Ibu Ranti datang membawa dua botol air mineral, "Iya gak papa kok." sahut Ibu Ranti.
"Iya deh." sambung Dinda.
"Makasih Bu, Kak Dinda." ucap Alana.
****
Tak terasa pengumuman sebentar lagi akan di umumkan, Alana, dan Dinda duduk di kursi.
"Alana aku kelihatan tua gak sih?" tanya Dinda.
"Enggak kok, beneran." jawab Alana apa ada nya.
"Masa sih?"
"Iya." jawab Alana meyakinkan.
"Dinda Mami lo makin cantik aja nih, hai Tante." sapa Dimas.
Dinda menggerutu,"Tuh kan Kak Dinda kelihatan tua."
"Dimas, ini tuh Kak Dinda, Kakak nya Aladin."
"Lahhh Kak Dinda makin tua aja nih." ledek Dimas.
Sebelum Dinda benar - benar menamuk Dimas pergi dari hadapan Dinda, "Ehhh bocah, gue sumpel mulut lo yang penuh dosa itu yah." teriak Dinda.
Alana sadar Dinda diperhatikan oleh puluhan pasang mata, "Kak malu." lirih Alana.
"Biarin, urat malu gue udah putus sejak SMA." bentak Dinda.
"Assalamualaikum Wr. Wb." salam Pak Rahmat.
"Waalaikumsalam Wr. Wb." jawab semua orang.
"Selamat pagi anak - anak yang saya cintai, dan selamat datang Ibu, Bapak yang saya hormati." ucap Pak Rahmat.
Setelah berpidato kurang lebih setengah jam akhirnya waktu yang di tunggu pun tiba, kini saat nya pengumuman beasiswa kuliah di Amerika.
"Yang mendapat beasiswa kuliah di Amerika adalah...... " Pak Rahmat menggantung pembicaraan nya.
"Aladin putra angkasa, selamat Aladin, silahkan naik ke panggung, bersama Ibu tercinta nya."
Aladin naik ke atas panggung, wajah bahagia tak bisa di sembunyikan lagi, Aladin menerima medali emas, "Pak Azzam selaku pembina Aladin silahkan memasangkan medali emas untuk Aladin."
"Selain penerima beasiswa Aladin juga meraih rengking satu umum di SMA Cempaka." sambung Pak Rahmat.
Nampak mata Alana berkaca - kaca, impian nya untuk kuliah di Amerika pupus begitu saja, "Hebat yah Aladin." puji Dinda sambil bertepuk tangan.
Dinda tidak sadar bahwa ada hati yang sakit di sebelah nya.
"Untuk peraih rengking dua adalah...."
"Alana syafiqah rania, selamat Alana." Alana dan Dinda menaiki panggung bersama - sama.
"Alana kamu sama siapa?" tanya Pak Rahmat.
"Sama Kak Dinda, kakak nya Aladin Pak." jawab Alana.
Pak Rahmat geleng - geleng kepala, "Mami kamu ini, gak pernah datang setiap pengambilan rapor."
Alana hanya tersenyum miris, "Biar Kak Dinda aja yang ambil medali Alana, Alana mau ke toilet dulu." Alana beranjak dari panggung menuju toilet.
Alana menatap dirinya sendu dari cermin, "Alana kenapa hidup lo gak pernah beres?" tanya Alana pada dirinya.
"Kenapa lo gak bisa dapatin apa yang lo mau?"
"Kenapa lo bisa kalah sama Aladin."
Air mata Alana mengalir deras, "Mami, kenapa Mami gak pernah datang setiap ada perayaan di sekolah Alana?"
Tiba - tiba seorang laki - laki masuk ke dalam toilet, Alana menghapus jejak air mata nya, "Ngapain lo?" ketus Alana.
"Gue bilang juga apa, gue itu jauh lebih pintar dari pada lo, buktinya gue yang dapat beasiswa." sombong Aladin.
Alana terdiam berusaha menahan amarah nya, "Mana lo, gak dapat beasiswa kan, jangankan dapat beasiswa, Mami aja gak datang kok ngelihat anak nya pakai medali."
Plakkkk
Satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan Aladin, "Puas lo? Ini kan yang lo mau? Bikin gue hancur?"
Aladin kaget, "Alana lo marah?"
"Gue benci sama lo." Alana menunjuk wajah Aladin.
Alana berlari meninggalkan Aladin, "Alana ini medali nya." panggil Dinda.
Alana menoleh lalu merampas medali yang ada di tangan Dinda, Dinda menatap heran Alana yang berlari begitu saja.
Tak lama kemudian Aladin keluar dari toilet, "Lo apain Alana?" tanya Dinda.
"Bukan urusan lo." bentak Aladin.
******
Alana menaiki taxi menuju rumah nya, Alana menangis tak berhenti, Alana masih memegang medali perunggu nya.
"Jangan nangis terus yah." pinta supir taxi.
"Kan udah dapat medali masa masih nangis, neng pasti pintar yah di sekolah? makanya dapat medali." supir taxi terus berusaha menghibur Alana.
"Bisa gak usah ngebacot gak? Gue mau cepat pulang." bentak Alana.
*****
Alana sampai di rumah nya, Alana melempar sepatu nya begitu saja. Tidak ada orang di rumah nya.
Alana benar - benar butuh teman saat ini, namun semua teman nya sibuk bersama orang tuanya.
Alana memasuki kamar nya, tanpa berganti baju Alana membenamkan wajah nya di kasur empuk nya. Lalu Alana tertidur pulas.
Bersambung....

KAMU SEDANG MEMBACA
Alana VS Aladin
Teen FictionAlana dan Aladin adalah dua spesies yang sangat berbeda, Alana yang cerewet, sedangkan Aladin yang dingin. Namun mereka memiliki kesamaan yaitu sama sama menyukai Fisika. Kisah ini bukan tentang Alana yang jatuh cinta pada Aladin, begitu pun sebali...