💙A28= Tante muda

37 2 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu, tak seperti hari minggu biasa nya, kali ini Alana menghabiskan waktu nya untuk belajar, kerena satu minggu lagi ujian Nasional.

Alana memang anak yang pintar, jadi tak perlu belajar keras untuk menghadapi ujian, Ia hanya perlu membaca buku nanti juga pelajaran nya masuk sendiri di otak nya.

Mami Anisa membawakan susu hangat, dan kue coklat untuk mendampingi Alana saat belajar, "Ini Mami bawain kue buat Alana."

Alana menaruh buku nya, "Makasih." Alana kembali melanjutkan aktivitas nya.

******

Sama seperti Alana, Aladin juga sedang belajar, beda nya saat Aladin belajar tak boleh ada satu orang pun yang boleh masuk ke kamar nya.

Dinda kakak Aladin yang selalu mengganggu adek nya kapan pun dan dimana pun masuk ke dalam kamar Aladin, Dinda duduk di pinggir ranjang Aladin. "Bisa gak kalau gue belajar lo jangan ganggu?" kesal Aladin sambil menatap buku nya.

"Gak bisa, tujuan gue hidup kan buat ganggu lo." jawab Dinda tak berdosa.

"Sehari aja, hari ini aja lo gak ganggu gue bisa gak? Gue cuma mau belajar dengan tenang." pinta Aladin.

"Gak bisa. Emang nya lo gak kangen sama Alana?" goda Dinda.

"Enggak." jawab Aladin singkat.

"Kangen dong," Pinta Dinda, "Biar lo bisa ke rumah nya hari ini."

"Lo mending keluar deh!" suru Aladin.

Dinda mengambil handphone Aladin yang tergeletak di ranjang Aladin, lalu menelpon Alana, tak menunggu lama Alana langsung mengangkat handphone nya.

"Aladin Alana ngangkat telpon lo." bisik Dinda.

Aladin menatap handphone nya yang di pegang oleh Dinda, "Halo kenapa Din?" terdengar suara Alana di seberang sana.

Sebelum Aladin benar - benar mengamuk, Dinda berlari keluar dari kamar Aladin, "Kak Dinda!" teriak Aladin.

Begitulah hubangan kakak beradik tidak akan pernah akur.

******

Alana kegerahan berada di dalam kamar nya, karena matahari tepat berada di atas kepala.

Alana mendengar suara mobil masuk ke halaman rumah nya, seperti nya mobil itu tidak asing dari pengelihatan Alana.

Alana menuruni anak tangga melihat siapa yang bertamu, dan seperti yang ada di fikiran Alana, yang datang adalah Dokter Amran.

"Dokter Amran datang lagi?" ucap Alana yang berdiri di anak tangga.

"Iya, ini saya bawain kamu sepatu." ucap Dokter Amran sambil menyodorkan kantong plastik.

Alana melipat kedua tangan nya di perut, "Aku butuh nya buku bukan sepatu." ketus Alana.

Mami Anisa menarik Alana naik ke atas kamar nya, "Alana Mami mohon Mami juga mau bahagia." ucap Mami Anisa.

"Mi Alana juga mau bahagia." tegas Alana.

Mami Anisa bertekuk lutut di hadapan Alana, "Alana Mami mohon." pinta Mami Anisa seperti anak kecil yang meminta mainan.

Alana tidak sanggup melihat Mami Anisa bertekuk lutut di hadapan nya, "Mami berdiri dong."

Mami Anisa masih bertekuk lutut, berharap Alana setuju dengan keputusan nya saat ini, "Enggak mau." kekuh Mami Anisa.

"Iya Alana setujuin, biar Mami nikah sama Dokter Amran Alana juga setuju." ketus Alana.

Mami Anisa langsung berdiri dan memeluk putri semata wayang nya, "Makasih Alana."

Alana mengangguk pasrah.

****

Mami Anisa menuruni anak tangga, wajah bahagia Mami Anisa tak bisa membohingi semua orang.

"Mas kamu mau makan apa?" tanya Mami Anisa.

"Gimana kalau kita makan di luar, sekalian ngajak Alana."

"Wah aku setuju tuh."

******

Alana, Mami Anisa, dan Dokter Amran berkendara menuju Mall yang tak jauh dari rumah Alana.

Alana sebenarnya tidak mau ikut dengan mereka, tapi dari pada Mami nya hanya berdua dengan Dokter Amran lebih baik dia juga ikut.

Alana membawa buku pelajaran nya di atas mobil, dari pada nanti Ia mati kebosanan di atas mobil lebih baik Alana membaca buku.

"Adek ku sama calon istri nya juga ikut makan loh sama kita." ucap Dokter Amran sambil menyetir.

"Waahhh ramai dong." balas Mami Anisa antusias.

Alana hanya menatap Mami nya sebentar lalu melanjutkan membaca buku, "Kamu cantik loh Nis pakai hijab." puji Dokter Amran.

"Biasa aja." Mami Anisa tersipu malu.

Alana berdeham keras berusaha mengheningkan suasana.

*****

Alana, Mami Anisa, dan Dokter Amran menyusuri Mall, mereka mencari keberadaan dari adek Dokter Amran.

"Hai!" sapa Dokter Amran kepada adik nya.

Seperti nya wajah itu tidak asing dari pengelihatan Alana, "Dunia sempit banget yah." batin Alana.

"Alana!" kaget Pak Azzam, dan Yasmin.

"Kalian kenal?" tanya Dokter Amran.

"Dia guru saya Dok." jawab Alana.

"Alana kamu panggil saya Om aja, jangan panggil Dokter, malu." bisik Dokter Amran.

Alana mengangguk paham.

"Yaudah kita pesan makan yuk." ajak Mami Anisa.

Kelima nya makan bersama - sama, Alana, Pak Azzam, dan Yasmin terlihat sangat canggung.

Alana meminta izin untuk pergi toilet sebentar, "Mami, Om Alana izin ke toilet sebentar."

Mami Anisa, dan Dokter Amran mengangguk, "Saya ikut." ucap Yasmin.

Alana membasuh wajah nya sambil mencerna apa yang terjadi hari ini, "Aneh yah."

"Apa yang aneh?" tanya Yasmin.

"Aneh aja, kayak nya ada hikmah nya deh Pak Azzam nolak gue."

"Saya gak ngerti Na." bingung yasmin.

"Nih seandainya Pak Azzam jadi suami gue, Mami jadi istri nya Dokter Amran, berarti Om ku adalah suami ku dong."

Yasmin tertawa terbahak - bahak, "Ooh jadi Mami lagi kasmaran nih." tebak Yasmin.

"Iya, tapi kali ini gue harus setuju, kasian kan Mami gue sepuluh tahun jadi janda."

"Setuju aja Na, kalau nanti Mami nikah sama Dokter Amran, saya jadi Tante kamu dong."

"Cieee kecil - kecil udah jadi Tante." ledek Alana.

Yasmin mendengus kesal, "Tante Yasmin Alana minta duit dong." ucap Alana sambil menirukan suara anak kecil.

"Cari duit sendiri!" balas Yasmin berlagak seperti Tante - tante galak.

Bersambung......

Alana VS AladinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang