💙A16= Kerja kelompok

45 4 0
                                    

Alana menaiki angkutan umum bersama Aladin, dan menuju rumah Aladin, tak sampai 20 menit Alana dan Aladin sampai di rumah Aladin.

Rumah Aladin nampak ramai, tentu saja Aladin memiliki 3 saudara, satu kakak, dan dua adik.

Anak pertama bernama Adinda, sikap nya jauh berbeda dengan Aladin, berusia dua puluh tiga tahun dan sudah menikah, suami nya bernama Dito.

Anak kedua Aladin kalian taulah usia Aladin berapa, anak ketiga Aditiya, berusia empat belas tahun, wajah nya tampan mirip seperti Aladin.

Anak bungsu Ameira, berusia enam tahun, gigi nya ompong di bagian depan, wajah nya imut.

Alana memasuki rumah Aladin yang besar bag istana. "Lihatin rumah gue gak usah kaget gitu, gue tau kok rumah gue besar." goda Aladin.

"Ge er lo." ketus Alana.

Adinda yang baru saja keluar dari kamar nya kaget melihat gadis yang tidak dikenalinya masuk ke dalam rumahnya.

"Lo bawa anak siapa?" tanya Adinda pada Aladin.

"Ini teman gue, mau kerja kelompok, Na ini Kakak gue, nama nya Adinda, panggil aja...." Aladin menggantung pembicaraan nya dan berfikir sejenak.

"Panggi aja Kak Dinda." jawab Dinda antusias.

"Aku Alana Kak teman sekelas nya Aladin." ucap Alana sambil mengulurkan tangan nya, dan di balas uluran tangan oleh Dinda.

"Gue ganti baju dulu, duduk dulu Na." ucap Aladin lalu bergegas menuju kamar nya yang tak jauh dari ruang tamu.

"Duduk dulu dek." ucap Dinda yang di balas anggukan oleh Alana.

"Ibu Aladin bawa teman cewek nih." teriak Dinda sekeras mungkin, jujur saja Aladin tidak pernah membawa teman perempuan nya ke rumah nya yang sangat besar itu.

"Aladin gak pernah bawa teman cewek yah?" tanya Alana pelan.

"Gak pernah, kamu adalah teman perempuan Aladin yang pertama memasuki rumah ini." jawab Dinda.

Alana ber - oh ria. Tak lama kemudian wanita paruh baya berkerudung keluar dari arah dapur. "Ooh ini teman nya Aladin, nama nya siapa cantik?" tanya wanita itu.

"Alana." bukannya Alana yang menjawab justru Dinda yang menjawab sangat antusias.

"Ibu gak nanya  ke kamu, udah Punya suami kelakuan masih kayak bocah." celoteh wanita itu lagi. "Kenalin nama saya Ranti, kamu boleh panggil saya Ibu."

"Iya bu." jawab Alana canggung. Ibu Ranti pun melanjutkan pekerjaan nya yang tertunda.

Aladin keluar dari kamar nya menggunakan  baju kaos berwarna hitam dan membawa banyak barang.

"Mia belum datang?" tanya Aladin.

"Belum." jawab Alana sambil menaikkan bahunya.

"Kerja kelompok nya berdua aja, gak usah nunggu Mia pasti lama." ucap Dinda.

"Kenapa lo yang repot sih." kesal Aladin.

"Biarin, Alana Kakak tinggal dulu yah, kalau Aladin macam - macam tonjok aja gak papa kok." bisik Dinda.

Alana dan Aladin pun mengerjakan pekerjaan mereka, tak lama kemudian seorang pria remaja, dan gadis kecil masuk ke dalam rumah Aladin dan duduk di sofa sambil memakan es krim.

"Barusan lo bawa teman cewek." ucap Adit dingin.

"Kakak gak ingat kata ibu, kalau ngomong sama yang lebih tua harus sopan." sergah Ameira.

Adit menatap Ameira tajam. "Iya ingat."

"Dari mana lo?" tanya Aladin.

"Dari beli es krim." jawab Adit.

"Lama banget beli es krim." ketus Aladin.

"Kak Adit dari warnet Kak, abis itu baru beli es krim." ucap Ameira.

Aladin tertawa sinis. "Kenapa gak main game di laptop gue?" tanya Aladin.

Adit berdecak kesal. "Nanti di marahin Ibu."

"Emang kalau main di watnet gak di marahin Ibu?" tanya Aladin.

"Di marahin, tapi rencana nya tadi gak gitu, gara - gara ini nih bocah kalau gak di beliin es krim bakalan di laporin ke Ibu." kesal Adit.

"Beliin gue es krim, atau gue laporin lo." ancam Aladin.

"Laporin aja gue udah siap kok." jawab Adit pasrah, lalu meninggal kan Aladin, Alana, dan Meira.

"Yeee pasrah, lo gak mau kenalan sama teman gue yang cantik?" tanya Aladin.

Alana tertegun bagaimana tidak pertama kali nya Alana di puji. "Cewek lo?" tanya Adit.

"Gue bilang teman." kesal Aladin.

Adit kembali menghampiri Alana. "Kenalin gue Aditya, panggil aja Adit." ucap Adit sambil mengulurkan tangan nya.

"Saya Alana." ucap Alana membalas uluran tangan Adit.

"Kakak nama saya Ameira, panggil aja Meira." ucap Meira dengan suara cempreng khas nya.

"Gak nanya!" ledek Aladin, dan Adit disertai kekehan.

Meira menggerutu kesal. "Ibu lihat nih Kakak."

"Aladin, Adit adeknya jangan di ledekin." teriak Ibu Ranti.

"Iya Bu." jawab Aladin, dan Adit.

Alana dan Aladin kembali fokus ke pekerjaan mereka, keheningan pun dimulai, setelah kurang lebih dua puluh menit mereka bekerja, suara ketukan pintu memecah keheningan.

"Biar aku yang buka." ucap Alana.

"Yaudah." jawab Aladin.

Alana kemudian membuka pintu, Mia terlihat di depan pintu sambil mengenakan pakaian feminim khas nya.

"Alana." sapa Mia.

"Masuk yuk." ajak Alana.

Mia menerobos Alana yang masih berdiri di depan pintu, Mia menatap kagum rumah Aladin yang sangat besar.

"Di rumah orang harus sopan." ucap Aladin.

"Eh ada Aladin." sapa Mia.

"Buruan kerja gue mau shalat ashar." ucap Aladin dingin pada Mia.

"Aladin aku juga belum shalat." ucap Alana.

Tanpa di sadari Dinda dari tadi melihat semua gerak gerik Alana dan Aladin. "Yaudah shalat berjamaah aja." goda Dinda.

"Yaudah ayo shalat berjamaah bertiga." ajak Aladin.

Sial! Padahal Dinda hanya ingin menggoda adik nya. "Gak bisa gue tadi udah shalat." ucap Dinda asal.

"Baru juga selesai Adzan." jawab Aladin.

"Iya deh." pasrah Dinda.

Alana, Aladin, dan Dinda shalat berjamaah.

Bersambung....





Alana VS AladinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang