💙A33= Aladin

52 2 0
                                    

Pagi ini Aladin menyirami tanaman di depan rumah nya, sejak Alana menghindar dari nya, seperti ada yang kurang dari hidup Aladin.

Besok Aladin akan pergi ke Amerika, urusan paspor sudah di urus oleh guru nya jauh - jauh hari. Aladin sudah mempersiapkan  barang bawaan nya sejak kemarin.

"Aladin!" teriak Dinda.

"Apa?" jawab Aladin.

"Gue kecipratan air ego." kesal Dinda yang baru saja masuk ke dalam gerbang rumah.

Aladin yang menyadari bahwa yang Ia siram adalah Dinda langsung mematikan keran air.

"Maaf."

"Lo mikirin apa sih adek ku yang ganteng? Alana lagi, makanya datangin rumah nya, ngomong baik - baik  sayang, gak usah gengsi."

"Bukan gengsi, tapi takut gak di maafin."

"Belum juga ke sana." kesal Dinda.

"Besok deh ke sana."

"Besok kapan? Kalau ada sekarang kenapa harus besok."

"Hari ini gue sibuk."

"Sok sibuk lo." cibir Dinda.

Aladin masuk di kamar nya, menatap album foto nya, melihat foto kecil nya memegang es krim.

"Cie Kak Aladin udah besar." ucap seorang putri kecil yang berdiri di ambang pintu.

"Meira." sapa Aladin.

"Kak Aladin kalau di Amerika jangan lupa shalat yah, jangan lupa ngaji." peringat Meira.

"Iya pasti gak lupa kok." ucap Aladin mengembangkan senyuman nya.

"Jangan lupa Meira juga."

Aladin mencubit pipi adek kecil nya, "Enggak akan lupa dong."

"Kak Aladin, Meira mau tanya boleh?"

"Boleh dong."

"Kak Alana kok gak kesini lagi yah, besok kan Kak Aladin udah pergi, kenapa Kak Alana gak datang?"

"Kak Dinda nyuruh kamu yah?" bukan nya menjawab Aladin justru berbalik tanya.

"Enggak, aku sendiri kok yang mau nanya."

"Mungkin Kak Alana sibuk."

"Atau Kak Alana gak tau yah kalau Kak Aladin besok ke Amerika."

"Gak tau deh."

"Atau Kak Aladin putus yah sama Kak Alana?" tebak Meira.

"Siapa yang ajarin ngomong gitu?" tegas Aladin.

"Kak Dinda, kata Kak Dinda, Kak Aladin putus sama Kak Alana."

"Gak ada yang pacaran kok, gak boleh pacaran juga, kamu kan tau Allah membenci hubungan yang mendekati zina." jelas Aladin.

"Tapi kalau saling galau - galau an, masih mikirin lawan jenis, yah sama aja." terobos Ibu Ranti.

"Eh Ibu."

"Meira kamu keluar dulu Ibu mau ngomong sama Kak Aladin."

"Emang kenapa?" tanya Meira.

"Ini urusan orang besar."

"Tapi kan aku udah besar, Ibu sendiri kan yang bilang."

"Meira keluar gak!" ancam Aladin

Meira tertunduk lesuh, "Iya."

Setelah Meira keluar, Ibu Ranti menggenggam tangan Aladin, "Aladin."

"Iya Bu."

"Kamu kan udah besar, kamu jadi anak yang lebih dewasa yah."

"Aladin udah cukup dewasa kok."

"Ibu gak mau Aladin kamu pacaran. Kamu tau kan alasan nya?"

"Karena pacaran itu mendekati zina, dan zina itu dosa."

"Betul, tapi banyak kerugian di balik pacaran, kalau kamu pacaran dengan Alana sama saja kamu menghancurkan wanita yang sudah di rawat susah payah oleh orang tua nya, tuhan itu maha adil, kamu terima gak kalau misalnya sekarang kamu pacaran, terus suatu saat kalau Meira besar dia juga pacaran di ajak jalan gak jelas sama cowok yang gak jelas?"

*****

Siang ini Dimas datang ke rumah Aladin, "Aladin, teman lo yang ganteng ini gak disuguhi minuman." ucap Dimas.

"Gak usah disuguhi minuman." ketus Dinda.

"Apaan sih Kak, tamu adalah raja." jelas Dimas.

"Tamu emang raja, tapi kalau lo raja firaun."

"Sadis banget sih ngomong nya." cibir Dimas.

Selagi mereka bertengkar Aladin mengambilkan segelas sirup dan setoples biskuit keju.

Dinda sangat ketus dengan Dimas, kejadian saat kelulusan membuat Dinda menjadi tidak suka kepada Dimas.

"Tuh minuman." ucap Aladin lalu menyodorkan minuman, dan makanan.

"Gue sih mending gak punya tamu dari pada punya tamu model kayak gini." sindir Dinda.

"Aladin, kalau gue jadi lo sih, mending gue gak punya Kakak, dari pada punya Kakak model kayak gini." balas Dimas.

Dinda langsung mengangkat remot ac yang Ia pegang, "Gue jitak lo ya." ancam Dinda.

"Dinda!" kaget Ibu Ranti yang baru saja datang, "Kalau sama tamu harus sopan."

"Maaf Bu." lirih Dinda.

"Udah punya suami kelakuan masih kayak bocah." omel Ibu Ranti.

"Lo dari dulu suka banget jailin Kak Dinda." ucap Aladin.

"Abis nya jadi orang galak bener."

"Itu Kakak gue yah, awas lo." ancam Aladin.

"Iya enggak. Gue juga sayang kali sama Kakak lo."

"Ha?" kaget Aladin.

"Maksud nya sayang sebagai kakak."

"Ooh gitu."

*****

Alana berbaring di kasur nya, menatapa langit - langit kamar nya, "Aladin gimana yah? Udah makan belum yah? " batin Alana.

Tak lama kemudian Alana teesadar, "Astagfirullah, kenapa mikirin lawan jenis sih, kan gak boleh." kesal Alana memukul dadanya.

"Alana ada teman kamu nih datang." panggi Mami Anisa.

Alana segera mengambil kerudung nya, lalu turun menemui teman - teman nya.

"Hai Na, lo mau ikut gak ke rumah Aladin?" tanya Brandon.

"Enggak." jawab Alana datar.

"Kenapa?" tanya Mia.

"Kalau gue bilang enggak, yah enggak."

"Tapi Aishah juga ikut." ucap Brandon.

" Guys, gue bilang enggak. udah lah pergi aja lo semua, gue gak usah."

"Gak nitip salam?" tanya Aishah.

"Gak usah, gak penting, masih banyak orang yang butuh salam dari gue." angkuh Alana.

"Sok ngartis lo." sergah Brandon, Mia, dan Aishah.

"Gue juga sibuk."

"Sibuk apa?" tanya Brandon, Mia, dan Aishah.

"Sibuk bantu Mami stalker berondong - berondong nya."

"Ketularan lo yah?" cibir Aishah.

"Lo juga ketularan jkt48."

"Yaudah kita pergi dulu yah." pamit Mia.

Bersambung....

Alana VS AladinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang