💙A27= Tamu tak diundang

27 3 0
                                    

Semua anggota rohis mendengar kan ceramah dari Pak Azzam dengan seksama. Entah sudah berapa lama guru itu berdiri di Mimbar masjid.

Setelah mendengar kan ceramah yang lumayan panjang dari Pak Azzam, sekarang adalah saat yang di tunggu yaitu prmilihan ketua, dan wakil ketua rohis.

Pemilihan dilakukan dengan cara vote melalui handphone masing - masing, sekolah canggih vote nya juga canggih.

Alana, Aishah, dan Yasmin sepakat memilih sepakat memilih pasangan nomor 2 yaitu Rayhan, dan Roni, Alasannya karena Rayhan adalah siswa kelas sebelas yang pandai dalam mata pelajaran Matematika dan Agama, sedangkan Roni adalah siswa yang pandai dalam mata pelajaran Bahasa indonesia, dan agama. Keduanya dikenal karena sering mengikuti lomba.

Tak lama setelah vote di tutup Pak Azzam, dan pembina rohis yang lain keluar dari mushallah untuk melihat vote siapa yang paling banyak.

Tak butuh waktu lama untuk menghitung vote yang masuk, karena vote dilakukan menggunakan handphone jadi menghitung nya jadi lebih mudah.

"Assalamualaikum Wr. Wb. anak - anak." salam Pak Azzam.

"Waalaikumsalam Wr. Wb." jawab semua nya.

"Berdasarkan banyaknya vote yang masuk, kami telah menentukan siapa yang akan menjadi ketua rohis, wakil ketua rohis, sekertaris, dan bendaha."

Semua yang berada di mushallah tegang menunggu hasil vote.

"Jadi yang mendapat kan vote terbanyak adalah nomor urut........ " Pak Azzam menggantung pembicaraan nya.

"Dua, dengan hasil 30 vote." teriak Pak Azzam memeriahkan.

Semua anggota rohis bertepuk tangan, tapi ada juga yang kecewa, "Untuk pasangan nomor urut satu mendapatkan vote 16, pasangan nomor urut tiga mendapatkan vote 14, dan nomor urut empat 19 vote. Selamat untuk semua anak - anak ku yang telah ikut berpartisipasi dalam pemilihan calon ketua rohis, dan wakil ketua rohis yang baru."

Semua yang berada di musallah kembali bertepuk tangan, "Untuk Reyhan, Roni, Tomi, dan Tania silahkan maju kedepan. Selamat yah." ucap Pak Azzam.

"Semua panitia rohis yang lama juga maju kedepan, memberikan almamater panitia untuk adek - adek kalian."

Aladin memberikan almamater kebanggaan nya untuk Reyhan, "Jadi ketua rohis yang amanah yah, selamat." Aladin mengulurkan tangannya ke arah Reyhan.

"Makasih Kak." ucap Reyhan sambil memancarkan senyumnya.

Yasmin juga memberikan almamater nya kepada Roni."Selamat yah Ron."

Roni hanya menganggukkan kepala nya, Roni memang anak yang hemat bicara.

Aishah yang menjabat sebagai sekretaris rohis juga memberikan almamater nya kepada Tomi, "Selamat yah Tom, jadi sekertaris yang lebih baik dari aku yah." pesan Aishah.

Begitu juga dengan Ucup Ia juga memberikan almamater nya kepada Tania, "Jangan jadi koruptor lo." pesan Ucup.

"Makasih Kak." ucap Tania.

Akhirnya acara selesai dan berjalan lancar. Semua anggota rohis kembali ke kelas masing - masing, kecuali Aladin, Alana, Aishah, dan Yasmin.

"Assalamualaikum..... Pak." salam Alana.

Pak Azzam yang sedang sibuk menggulung kabel - kabel langsung menoleh, "Kenapa Alana?" tanya Pak Azzam seperti biasa.

"Maafin saya Pak, saya salah, saya udah ngebentak - bentak Bapak." ucap Alana sambil menangis.

Padahal Alana ingin terlihat tegar dihadapan Pak Azzam, tapi air matanya tak bisa di ajak berkompromi.

"Gak papa Alana saya sudah maafin kamu, jangan nangis yah." ucap Pak Azzam menenangkan Alana.

"Selamat yah Pak, Bapak berhasil menjadi guru yang baik bagi saya, bapak juga berhasil jadi pembina rohis yang baik, dan pasangan yang baik bagi Yasmin." ucap Alana sambil menangis tersedu - sedu.

"Udah yah jangan nangis." ucap Pak Azzam.

"Pak kita ke kelas dulu." izin Yasmin yang dari tadi berdiri di belakang Alana.

****

Alana memasuki halaman rumah nya dengan riang gembira, namun ada yang aneh di depan rumah Alana, mobil putih terlihat sedang parkir di depan rumah Alana.

"Mobil siapa tuh?" gumam Alana.

Alana memasuki rumah nya sambil bersenandung ria, "Aku suka bodi goyang mama muda, mama muda dadadadadada."

Alana berhenti bernyanyi menatap heran pria yang sedang duduk di ruang tamu sambil menyeruput coklat panas, "Dokter Amran, ngapain ke sini?" tanya Alana.

Mami Anisa yang baru saja keluar dari arah dapur sambil membawa biskuit coklat tersenyum ke arah Alana, "Ini Dokter Amran mau bertamu."

Alana tersenyum sinis sambil bertolak pinggang, "Jaman sekarang mana ada orang bertamu tanpa alasan, ingat satu hal yah Mi, gak ada yang boleh gantiin posisi Papi" tajam Alana.

Dokter Amran berdiri, "Saya kesini cuma bertamu kok Alana, jadi gak usah khawatir."

"Gue gak peduli." Alana masuk ke dalam kamarnya dan membantik pintu nya begitu keras.

Braaagggg

Mami Anisa, dan Dokter Amran sangat kaget. "Mas maafin Alana yah."

"Iya Nis gak papa kok aku ngerti." balas Dokter Amran.

******

Alana melempar tas nya ke sembarang arah. Alana sangat kesal jika ada pria yang berusaha mendekati Mami nya.

Sudah berulang kali Alana menggagalkan kencan romantis Mami cantik nya itu, entah kenapa Alana selalu bersikap begitu, namun Mami Anisa tetap sabar menghadapi Alana.

"Gue gak akan biarin satu pria pun yang boleh menikah sama Mami, gue gak butuh Papi tiri." ucap Alana sambil memandangi wajah nya di cermin.

*****

Malam tiba Alana tak kunjung keluar dari kamar nya, Mami Anisa sangat khawatir melihat sikap Alana yang sering mogok makan.

Perlahan Mami Anisa membuka pintu kamar Alana, "Alana?" panggil Mami Anisa.

Alana berhenti membaca buku nya, lalu menatap Mami Anisa yang berdiri di ambang pintu.

"Makan yuk." ajak Mami Anisa.

Alana memutar bola mata malas, lalu menggeleng kepala nya, "Ayo makan." ajak Mami Anisa.

Perlahan Mami Anisa mendekat ke arah Alana, "Alana gak suka yah lihat Mami bahagia?" tanya Mami Anisa sambil merangkul Alana.

"Mami gak bahagia sama Alana?" Bukan nya menjawab Alana malah berbalik tanya.

"Mami bahagia kok sangat bahagia, tapi Mami juga butuh pendamping untuk jagain Alana."

"Alana bisa kok jaga diri."

"Bukan begitu Alana, dunia ini keras, kamu butuh pendamping untuk menjaga diri kamu, pendamping kamu sekarang yah Mami, tapi pendamping Mami siapa?"

"Pendamping Mami kan Alana."

"Mami juga butuh pendamping hidup, Mami mohon kali ini kamu izinkan Mami untuk bahagia bersama laki - laki yah?" tanya Mami Anisa lalu mencium punggung tangan Alana.

Alana mengangguk, "Alana usahain Alana gak ganggu Mami lagi."

"Gitu dong, ayo makan." ajak Mami Anisa.

"Gak mau, Alana mau belajar ujian tinggal sebentar lagi Mi."

"Yaudah makanan nya Mami bawa ke kamar."

Alana mengangguk sambil tersenyum ke arah Mami. Walau berat Alana terpaksa berhenti untuk mengganggu kebahagiaan Mami nya.

Bersambung.....



Alana VS AladinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang